Tautan-tautan Akses

Pertempuran Armenia dan Azerbaijan Meluas


Artileri Armenia menyerang pasukan Azerbaijan di jalur kontak Republik Nagorno-Karabakh. (Foto: AP)
Artileri Armenia menyerang pasukan Azerbaijan di jalur kontak Republik Nagorno-Karabakh. (Foto: AP)

Pertempuran antara pasukan Armenia dan Azerbaijan terkait Nagorno-Karabakh meluas hingga ke wilayah yang disengketakan itu pada hari Minggu (4/10).

Hikmet Hajiyev, staf Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, mengatakan, pasukan Armenia menggempur kota terbesar kedua di Azerbaijan, Ganja, dengan artileri berat dan roket, menewaskan satu orang dan mencederai 32 lainnya. Hajiyev juga mengatakan pasukan Armenia juga menarget kota industri Mingachevir dan kota-kota kecil lainnya.

Klaim Hajiyev dibantah pasukan pertahanan Armenia. Namun, Arayik Harutyunyan, pemimpin Nagorno-Karabakh yang diperebutkan itu, mengemukakan dalam postingan di Facebook bahwa pasukannya menarget objek-objek militer di Ganja sebelum ia memerintahkan mereka untuk menghentikannya guna mencegah tewasnya warga sipil. Harutyunyan memperingatkan bahwa pasukannya akan mulai menarget kota-kota besar lainnya di Azerbaijan dan mendesak kota-kota itu agar dievakuasi segera.

Pihak berwenang di wilayah yang memisahkan diri itu telah memperingatkan bahwa “pertempuran terakhir” untuk memperebutkan kawasan tersebut telah dimulai. Mereka meminta masyarakat internasional pada Sabtu (3/10) agar “mengakui kemerdekaan” Nagorno-Karabakh sebagai “satu-satunya mekanisme yang efektif untuk memulihkan perdamaian.”

Laporan mengenai serangan-serangan terhadap Ganja dan Mingachevir muncul sehari setelah Armenia menyatakan ibu kota wilayah itu, Stepanakert, menjadi sasaran pasukan Azerbaijan. Puluhan orang tewas dan ratusan lainnya cedera dalam pertempuran yang mulai berkobar hari Minggu sepekan silam.

Pasukan Armenia dan Azerbaijan mengabaikan seruan AS, Perancis dan Rusia pekan ini untuk mengadakan gencatan senjata segera di Nagorno-Karabakh, sementara pertempuran meruncing ke tingkat yang tidak pernah terjadi sejak 1990-an. Ketiga negara itu adalah ketua bersama Kelompok Minks OSCE (Organisasi bagi Keamanan dan Kerja sama di Eropa), yang bertugas menemukan solusi damai bagi masalah tersebut.

Presiden Azerbaijan Aliyev menuntut penarikan Armenia dari Nagorno-Karabakh sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri pertempuran.

Wilayah yang mayoritas warganya etnik Armenia itu, yang sebelumnya adalah wilayah otonom di Azerbaijan, menyatakan kemerdekaannya dari Baku pada tahun 1991 sewaktu runtuhnya Uni Soviet, sehingga memicu perang yang menewaskan hingga 30 ribu orang sebelum gencatan senjata dideklarasikan pada tahun 1994.

Upaya-upaya perdamaian dalam konflik Nagorno-Karabakh, yang dimediasi oleh Kelompok Minsk, runtuh pada tahun 2010. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG