Tautan-tautan Akses

Armenia akan Bekerja Sama dengan OSCE soal Nagorno-Karabakh


Bangunan hancur yang diduga akibat pertempuran memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh di wilayah Tartar, Azerbaijan, Rabu, 30 September 2020. (Foto: dok).
Bangunan hancur yang diduga akibat pertempuran memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh di wilayah Tartar, Azerbaijan, Rabu, 30 September 2020. (Foto: dok).

Armenia, Jumat (2/10) menanggapi dengan positif seruan Perancis, Rusia dan AS untuk melakukan gencatan senjata antara pasukannya dan pasukan Azerbaijan, yang terus bentrok terkait kawasan Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri, dalam konflik berkepanjangan yang berisiko meruncing menjadi perang habis-habisan.

Armenia “siap berdialog” dengan Kelompok Minsk OSCE “untuk menetapkan kembali gencatan senjata berdasarkan perjanjian 1994-1995,” sebut Kementerian Luar Negeri Armenia dalam satu pernyataan hari Jumat (2/10).

Azerbaijan belum menanggapi seruan itu. Kedua pihak sebelumnya telah mengesampingkan tuntutan gencatan senjata di wilayah sengketa, di mana pertempuran telah meningkat dalam beberapa hari ini ke tingkat yang belum pernah terjadi sejak 1990-an.

Pasukan Azerbaijan menyerang Stepanakert, kota utama di kawasan Azerbaijan yang memisahkan diri itu, mencederai “banyak” orang pada hari Jumat, kata seorang pejabat Armenia sementara pertempuran berlanjut memasuki hari ke-enam.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian memperingatkan tentang risiko “internasionalisasi” dan eskalasi “tidak terkendali” dari permusuhan antara kedua negara itu.

Menlu Perancis Jean-Yves Le Drian. (Foto: dok).
Menlu Perancis Jean-Yves Le Drian. (Foto: dok).

Le Drian menelepon sejawatnya, Menteri Luar Negeri Azerbaijan dan Armenia serta memberitahu mereka bahwa kegagalan menghentikan pertempuran akan “menimbulkan risiko eskalasi tidak terkendali,” sebut sebuah pernyataan dari kantor Le Drian.

Dalam pernyataan sebagai ketua bersama Kelompok Minsk OSCE, yang bertugas menemukan solusi damai, Perancis, Rusia dan Amerika menyerukan “penghentian permusuhan dengan segera” antara Armenia dan Azerbaijan serta agar para pemimpin kedua negara “berkomitmen tanpa menunda-nunda lagi untuk memulai kembali perundingan yang substantif.”

Rusia juga menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah pembicaraan antara menteri luar negeri Armenia dan menteri luar negeri Azerbaijan untuk mengakhiri pertempuran yang berkobar hari Minggu, yang menghidupkan kembali konflik puluhan tahun terkait wilayah kantung yang terkepung di tengah daratan itu. Kawasan itu berada di dalam wilayah perbatasan Azerbaijan tetapi diperintah oleh etnis Armenia dan didukung oleh pemerintah Armenia.

Puluhan orang telah tewas dan ratusan lainnya cedera dalam pertempuran, yang sejak itu menyebar ke daerah-daerah di luar perbatasan wilayah kantung itu. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG