Tautan-tautan Akses

Pernyataan Trump Picu Perdebatan Terkait Ras, Imigrasi dan Ideologi Politik


Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Gedung Putih, Washington, D.C., 18 Juli 2019.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Gedung Putih, Washington, D.C., 18 Juli 2019.

Demokrasi Amerika Serikat menghadapi ujian berat pekan ini. Presiden Donald Trump banyak dikecam karena menyerang lewat kata-kata empat perempuan anggota Kongres dari kelompok-kelompok minoritas. DPR AS mengeluarkan sebuah resolusi yang mengutuk pernyataan-pernyataan presiden yang dianggap rasis itu.

Pada saat bersamaan, fraksi Demokrat yang beroposisi masih belum sepakat meengenai apakah akan berusaha memakzulkan Trump atau memfokuskan usaha mereka untuk mengalahkan Trump dalam pemilu presiden tahun depan. Pertikaian ini menjerumuskan negara dalam perdebatan sengit terkait ras, imigrasi dan ideologi politik.

Di hadapan massa yang bersemangat di North Carolina, Presiden Trump kembali menyerang empat anggota fraksi Demokrat di Kongres, yang semuanya adalah perempuan dari kulit berwarna.

Pernyataan Trump Picu Perdebatan Terkait Ras, Imigrasi dan Ideologi Politik
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:23 0:00

“Para penganut keras ideologi sayap kiri ini memandang negara kita sebagai sebuah kekuatan jahat. Mereka memburuk-burukan negara kita. Mereka ingin menghancurkan Konstitusi kita, memperlemah militer kita dan menghapus nilai-nilai yang membangun negara yang hebat ini,” jelas Trump.

Presiden menarget Ilhan Omar, anggota Kongres dari Minnesota. Serangannya kali ini mengundang massa pendukungnya meneriakan kata-kata: “pulangkan dia”

Penampilan kampanye Trump yang menyerang ini berlangsung pada saat DPR melangsungkan pemungutan suara atas usulan fraksi Demokrat mengenai apakah akan memulai proses pemakzulan terhadap Trump.

Sebelumnya pada pekan ini, DPR mengambil langkah yang tidak biasanya dengan melakukan pemungutan suara atas sebuah resolusi yang mengutuk serangan verbal Trump yang dinilai rasis terhadap empat legislator itu.

Semua anggota fraksi Demokrat mendukung resolusi itu, termasuk ikon hak-hak sipil John Lewis dari Georgia. “Saya tahu rasisme ketika saya melihatnya. Saya tahu rasisme ketika saya merasakannya. Pada puncak pemerintahan, tidak ada ruang bagi rasisme,” komentarnya.

Kemenangan Presiden Trump pada pemilu 2016 dipicu oleh dukungan kuat para pemilih kulit putih dari kelas pekerja.

Kini banyak tokoh dari fraksi Demokrat, termasuk Tom Malinowski, meyakini presiden sedang berusaha menggalang dukungan dengan membangkitkan kebencian rasial.

“Kata-katanya itu bukan sekadar kata-kata. Kata-katanya itu seperti bensin, yang membakar kemarahan orang-orang yang terganggu pikirannya,” kata Malinowski.

Trump membantah ia berpandangan rasis dan menganggap empat perempuan anggota Kongres yang diserangnya sebagai sosialias. Ia mendesak agar keempat perempuan itu meninggalkan Amerika jika mereka merasa tidak puas.

Beberapa anggota Kongres dari fraksi Republik mengeluhkan serangan verbal Trump tersebut, namun banyak lainnya, termasuk Senator John Kennedy, mendukung presiden.

“Ini bukan China. Ini bukan Korea Utara. Ini Amerika. Jika Anda membenci negara ini, silahkan angkat kaki kapan saja Anda mau,” jelas Kennedy.

Menurut Kyle Kondik, analis politik dari Universitas Virginia, kemenangan tipis Trump pada 2016 dan tingkat dukungan publiknya yang relatif rendah menyulitkannya untuk terpilih kembali.

“Jika tingkat dukungannya di bawah 45 persen, ia perlu menggalang dukungan yang signifikan dari orang-orang yang menentangnya, dan ini sangat sulit,” kata Kyle Kondik.

Perang retorika yang terjadi pekan ini kemungkinan dapat dianggap sebagai gambaran sekilas mengenai betapa akan sengitnya kampanye pemilihan presiden tahun depan. [ab/lt]

XS
SM
MD
LG