Tautan-tautan Akses

Dituduh Rasis dengan Target Demokrat, Trump Tetap Defensif


Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di Ruang Kabinet Gedung Putih, Washington, D.C., 16 Juli 2019.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di Ruang Kabinet Gedung Putih, Washington, D.C., 16 Juli 2019.

Presiden Donald Trump dan banyak sekutunya dari Partai Republik bersikap defensif pada hari Selasa setelah para kritikus mengecam apa yang mereka katakan sebagai komentar dan cuitan rasis oleh presiden yang menyarankan kepada empat anggota Kongres agar kembali ke negara asal mereka karena mengkritik Amerika.

Keempat anggota parlemen itu adalah warga negara Amerika, dan tiga di antara mereka lahir di Amerika Serikat. Gelombang panas terbaru ini menunjukkan perpecahan tajam pada politik dan ras di negara ini, seperti dilaporkan oleh koresponden VOA Jim Malone dari Washington.

Dituduh Rasis dengan Target Demokrat, Trump Tetap Defensif
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:59 0:00

Di Gedung Putih, Presiden Trump bertahan dengan komentar sebelumnya yang mendorong empat wanita anggota Dewan Perwakilan dari Partai Demokrat untuk meninggalkan Amerika jika mereka tidak bahagia berada di negara ini.

“Saya punya klip yang menunjukkan pernyataan yang paling keji, mengerikan tentang negara kita, tentang Israel, tentang orang lain. Terserah mereka. Mereka bisa melakukan apa yang mereka inginkan. Mereka boleh pergi, mereka boleh tinggal, tetapi mereka harus mencintai negara kita dan mereka harus bekerja untuk kebaikan negara kita.”

Komentar Trump yang ditujukan pada empat anggota Partai Demokrat dari kelompok minoritas atau kulit berwarna itu mendatangkan kecaman dari para kritikus yang menuduhnya sebagai orang yang rasis dan fanatik.

Pemimpin Minoritas di Senat AS, Chuck Schumer di Gedung Kapitol, Washington, D.C., 11 Juni 2019. (Foto: dok).
Pemimpin Minoritas di Senat AS, Chuck Schumer di Gedung Kapitol, Washington, D.C., 11 Juni 2019. (Foto: dok).

Pemimpin Demokrat Senat Chuck Schumer mengatakan, “Saya pikir apa yang dilakukan oleh Presiden Trump sangat tercela. Melakukan permintaan yang terburuk dalam naluri manusia dan memecah belah Amerika bukan hal yang telah dilakukan oleh presiden mana pun.”

Ada juga kemarahan dari beberapa bakal calon presiden dari Partai Demokrat termasuk kontestan unggulan, Joe Biden, yang sedang berkampanye di Iowa.

Dia menyatakan, “Belum pernah ada presiden dalam sejarah Amerika yang begitu rasis dan memecah belah seperti orang ini. Bayangkan apa kata orang di seluruh dunia.”

Sebagian tokoh dari Partai Republik, termasuk Senator Mitt Romney, juga berbicara dan menuduh presiden berusaha memecah belah negara.

Dia mengatakan, “Saya berharap kita bisa melupakannya, tetapi saya khawatir bahwa dengan komentar yang telah dilontarkan bolak-balik, kita kembali ke perpecahan yang sangat merusak semangat nasional kita.”

Para tokoh Republik lainnya memilih diam atau lebih suka mengesampingkan masalah itu.

Pemimpin Mayoritas di Senat AS, Mitch McConnell. (Foto: dok).
Pemimpin Mayoritas di Senat AS, Mitch McConnell. (Foto: dok).

Pemimpin Senat dari Partai Republik Mitch McConnell mengatakan sudah waktunya bagi semua tokoh publik untuk melunakkan retorika mereka.

Dia menjelaskan, “Yah, presiden tidak rasis. Presiden tidak rasis, dan saya kira nada retorika dari semua pihak tidak baik untuk negara, tetapi semuanya datang dari berbagai sudut pandang ideologis yang berbeda. Itulah intinya.”

Anggota Kongres dari New York Alexandria Ocasio-Cortez adalah satu di antara empat anggota Dewan Perwakilan yang menjadi sasaran presiden. Dia mendesak warga Amerika agar tidak terganggu oleh serangan-serangan presiden. “Jadi, catatan pertama yang ingin saya sampaikan kepada anak-anak di seluruh negeri ini adalah bahwa apa pun yang dikatakan presiden, negara ini milik Anda dan milik semua orang,” kata Ocasio-Cortez.

Bentrokan terakhir antara Presiden Trump dan anggota Kongres dari Partai Demokrat ini kemungkinan merupakan awal kampanye pemilihan presiden tahun depan. [lt/uh]

XS
SM
MD
LG