Tautan-tautan Akses

Vaksinasi HPV Tak Terkait Perilaku Seks Berisiko pada Remaja


Nancy Brajtbord, RN, (kiri) sedang menyuntikkan vaksin Human Papillomavirus (HPV) kepada seorang remaja, di Dallas, Texas, 6 Maret 2018.
Nancy Brajtbord, RN, (kiri) sedang menyuntikkan vaksin Human Papillomavirus (HPV) kepada seorang remaja, di Dallas, Texas, 6 Maret 2018.

Sebuah penelitian terbaru menambah bukti bahwa vaksinasi Human Papillomavirus (HPV), yang salah satunya untuk mencegah kanker serviks, tidak mendorong remaja untuk melakukan perilaku seksual berisiko, Reuters melaporkan.

HPV ditularkan melalui hubungan skesual. Ketika Provinsi British Colombia di Kanada memilih untuk memberikan vaksinasi HPV kepada semua remaja perempuan, beberapa orang tua khawatir hal ini akan menyebabkan lebih banyak anak-anak yang melakukan perilaku seksual yang tidak aman.

Namun, menurut sebuah penelitian terbaru, anak perempuan yang menerima vaksinasi HPV, cenderung tidak melakukan hubungan seks pada usia muda, cenderung memiliki lebih sedikit pasangan seksual, dan menjalankan metode perilaku seks aman.

“Ketika kami mengimplementasikan program ini lebih dari satu dekade yang lalu, ada tiga kekhawatiran utama: Apakah vaksin tersebut akan efektif? Apakah aman? Dan adakah kemungkinan akan mempengaruhi pilihan kesehatan seksual?” kata Dr. Gina Ogilvie, seorang profesor di Pusat Penanganan Penyakit dari Universitas British Columbia.

Infeksi HPV biasanya sembuh dengan sendirinya, namun terkadang bisa bertahan dan dapat menyebabkan jenis kanker tertentu.

British Columbia memperkenalkan program vaksinasi HPV yang dibiayai masyarakat di sekolah-sekolah untuk anak perempuan pada 2008. Untuk melihat efek dari program tersebut, Ogilve dan rekan-rekannya meneliti tiga set survei oleh British Columbia Adolescent Health yang dilakukan oleh siswa kelas 7 hingga 12. Dua survei yang dilakukan pada 2003 dan 2008 ini berisikan tanggapan sebelum program vaksinasi. Hasil ini dibandingkan dengan hasil survei 2013, atau lima tahun sejak program dimulai.

Seperti yang dilaporkan dalam CMAJ, sebanyak 302.626 remaja perempuan heteroseksual mengikuti survei. Persentase gadis yang melaporkan pernah berhubungan seks sebesar 18,3 persen pada 20013, turun dari 21,3 persen pada 2003 dan 20,6 persen pada 2008. Selain itu, proporsi perempuan yang berkata sudah pernah berhubungan seks sebelum umur 14 menurun antara 2008 dan 2013, dari 13 persen menjadi 10,2 persen. Penggunaan kondom meningkat dari 63,3 persen pada 2008 menjadi 68,9 persen pada 2013.

Walaupun penelitian sudah dilakukan di Kanada, penemuan tersebut mungkin bisa diterapkan di Amerika Serikat juga, kata Dr. Anna-Barbara Moscicki.

Bahkan, Moscicki berkata, “Ada penelitian lain yang menunjukkan bahwa di AS remaja yang sudah divaksinasi jarang berhubungan seks.”

Ogilvile tidak ingin berspekulasi mengenai mengapa remaja perempuan tersebut tampaknya memilih perilaku seksual yang lebih sehat setelah mendapat vaksinasi HPV.

Namun sangat mungkin bahwa dokter kadang memberikan pendidikan seks saat memberikan vaksinasi, kata Susan Rosenthal, direktur Divisi Kesehatan Anak dan Remaja di Pusat Medis New York-Presbyterian/Universitas Columbia Irving di New York.

Meskipun tidak diketahui jika pemberian vaksinasi HPV juga disertai dengan Pendidikan seks di British Columbia, waktu pemberian vaksinasi bisa menjadi waktu yang tepat untuk memulai pembicaraan, kata Rosenthal. “Kebanyakan orang tua atau yang lainnya tidak tahu cara memulai pembicaraan mengenai hal tersebut,” tambahnya.

“Vaksinasi HPV memberikan kesempatan untuk memulai percakapan tentang pendidikan seks bersama keluarga.” [vp/ft]

XS
SM
MD
LG