Tautan-tautan Akses

Swaziland Kurangi Tingkat Infeksi HIV Hingga Setengahnya


Seorang pasien menunggu untuk mendapatkan pilnya saat ia menemui perawat di pusat kesehatan Nhlangano di Swaziland (foto: AFP PHOTO/Stephane de Sakutin)
Seorang pasien menunggu untuk mendapatkan pilnya saat ia menemui perawat di pusat kesehatan Nhlangano di Swaziland (foto: AFP PHOTO/Stephane de Sakutin)

Pemerintah AS mengatakan epidemi HIV “berhasil dikontrol” di Swaziland, sebuah negara dengan tingkat prevalensi virus HIV tertinggi di dunia.

Rencana darurat Presiden AS untuk penanggulangan AIDS (PEPFAR) menyatakan hari Senin bahwa kasus infeksi yang baru di antara orang dewasa di Swaziland telah mengalami kemerosotan hampir setengahnya sejak 2011. Penelitian terakhir juga menununjukkan perawatan dengan menggunakan obat anti-retroviral yang dapat menyelematkan nyawa telah meningkat dua kali lipat di negara itu dalam kurun waktu yang sama dan sekarang telah menjangkau lebih dari 80 persen orang dewasa yang terinfeksi virus tersebut.

Sebagian besar fokus PEPFAR adalah untuk meningkatkan akses pada obat-obat anti-retroviral bagi lebih dari 11 juta orang, kebanyakan di kawasan sub-Sahara Afrika.

Pernyataan yang dikeluarkan hari Senin tersebut menyatakan negara-negara yang terletak di bagian selatan benua Afrika yaitu Malawi, Zambia, dan Zimbabwe “menunjukkan kemajuan signifikan dalam upayanya untuk mengendalikan epidemi HIV.”

Koordinator Penanggulangan AIDS Global dari AS, Deborah Birx, menyatakan “Temuan-temuan yang belum pernah terjadi sebelumnya menunjukkan dampak luar biasa dari berbagai upaya yang dilancarkan Pemerintah AS … Sekarang kita memiliki peluang bersejarah untuk mengubah jalannya epidemi HIV.”

Data menunjukkan jumlah orang di Swaziland yang telah berhasil menekan perkembangan virus – yang maksudnya virus tidak berkembang biak untuk menyebabkan penderita sakit – telah meningkat dua kali lipat sejak tahun 2011.

Meskipun hasilnya menunjukkah kemajuan pesat dalam penanggulangan epidemi, laporan tersebut juga mengungkapkan adanya kesenjangan penting dalam pencegahan dan perawatan HIV. PERFAR mengatakan data menunjukkan peluang wanita pada rentang usia 15-24 tahund dan pria di bawah usia 35 tahun untuk mengetahui status HIV nya lebih sedikit, apakah itu mereka yang sedang menjalani perawatan HIV, atau mereka yang sedang mengkonsumsi obat-obatan anti-retroviral dibandingkan mereka yang berada pada rentang usia di atas itu.

“Semua kesenjangan ini adalah bidang-bidang di mana PEPFAR terus berinvestasi dan berinovasi,” ujar pernyataan tersebut.

Pemerintah Swaziland mengatakan sekitar 27 persen dari keseluruhan populasinya terdiagnosa positif HIV di tahun 2016, sebuah angka yang menunjukkan penurunan dibandingkan tingkat infeksi yang mencapai 31 persen di kalangan orang dewasa pada tahun 2011. [ww]

XS
SM
MD
LG