Tautan-tautan Akses

Bertambahnya Virus HIV yang Kebal Obat Jadi Ancaman untuk Perawatan


ARSIP - Ruth Munyao, seorang apoteker, mendistribusikan obat-obat anti-retroviral (ARV) di RS. Mater di ibukota Kenya, Nairobi, 10 September 2015 (foto: REUTERS/Thomas Mukoya)
ARSIP - Ruth Munyao, seorang apoteker, mendistribusikan obat-obat anti-retroviral (ARV) di RS. Mater di ibukota Kenya, Nairobi, 10 September 2015 (foto: REUTERS/Thomas Mukoya)

WHO melaporkan sebuah survei yang dilakukan di 11 negara menemukan bukti bahwa virus HIV yang kebal obat semakin berkembang, yang menjadi potensi ancaman terhadap pencegahan dan perawatan AIDS.

Menurut WHO, ada 36,7 juta orang yang mengidap HIV, virus yang dapat menyebabkan AIDS. Lebih dari setengah angka tersebut sedang menjalani terapi antiretroviral yang dapat menyelamatkan nyawa mereka.

Dalam apa yang organisasi itu sebutkan sebagai peringatan, WHO mengatakan lebih dari 10 persen orang yang telah mengawali terapi antiretroviral di enam dari 11 negara yang disurvei di Afrika, Asia, dan Amerika Latin tidak mempan terhadap pengobatan yang diberikan. Organisasi itu memperingatkan kondisi ini berpotensi untuk menghambat kemajuan dalam mengendalikan dan mengurangi penyebaran penyakit ini.

Negara-negara di kawasan Sub-Sahara Afrika memiliki jumlah kasus HIV tertinggi dan hampir dua pertiga dari total infeksi HIV baru di tingkat global; namun, koordinator WHO untuk perawatan dan pengobatan HIV, Meg Doherty, mengatakan pada VOA di bagian lain di dunia, khususnya Eropa timur dan Asia tengah, tingkat resistensi terhadap obat merupakan yang tertinggi.

Ia menambahkan beberapa dari tingkat insiden yang lebih tinggi terjadi di tempat-tempat dimana pengobatan dengan antiretroviral berada pada tingkat terendah.

“Jadi, di sebagian besar benua Afrika, di kawasan sub-Sahara Afrika, tingkat pengobatan sangat bagus dan jumlah populasi yang menerima pengobatanpun sangat tinggi. Jadi ada kabar baik di sini. Namun, begitu jumlah orang yang menjalani terapi meningkat dan lebih banyak orang yang berpotensi untuk menjalani pengobatan yang dapat mengubah virus, risiko resistensi terhadap obat akan meningkat,” ujar Doherty.

WHO menerbitkan pedoman untuk membantu negara-negara menanggulanggi masalah virus HIV yang resisten terhadap pengobatan. Organisasi itu merekomendasikan negara-negara tersebut untuk memantau kualitas dari program-program pengobatan dan segera setelah resistensi terhadap pengobatan terdeteksi, orang-orang harus berpindah pada perawatan dengan menggunakan pengobatan yang berbeda.

Organisasi PBB itu memperingatkan meningkatnya virus HIV yang resisten terhadap pengobatan dapat menyebabkan peningkatan kematian hingga 135.000 jiwa dan 105.000 infeksi baru dalam kurun waktu limat tahun mendatang apabila tidak ada tindakan yang diambil. Organisasi itu memproyeksikan biaya perawatan HIV dapat meningkat sebanyak $650 juta dalam kurun waktu tersebut. [ww]

XS
SM
MD
LG