Tautan-tautan Akses

Protes Kebijakan Imigrasi, Ratusan Warga Demo di depan Trump Hotel


Para pendemo menggelar aksi di luar Trump International Hotel and Tower di New York untuk memprotes kebijakan pemerintahan Trump untuk mengakhiri program yang melindungi kaum imigran muda dari deportasi, 9 September 2017.
Para pendemo menggelar aksi di luar Trump International Hotel and Tower di New York untuk memprotes kebijakan pemerintahan Trump untuk mengakhiri program yang melindungi kaum imigran muda dari deportasi, 9 September 2017.

Ratusan warga berdemonstrasi di luar Trump International Hotel & Tower di New York hari Sabtu (9/9) memprotes keputusan pemerintah Trump untuk mengakhiri program yang melindungi anak-anak muda imigran supaya tidak dideportasi.

Para demonstran membawa poster dan spanduk yang sebagian bertuliskan “Tidak Seorang Pun Ilegal” dan “Selamat Datang Imigran”; sambil meneriakkan kalimat “Deportasi Donald Trump” dan “Tidak Ada Kebencian & Rasa Takut, Kami Menyambut Imigran.”

Jaksa Agung Jeff Sessions hari Selasa (5/9) mengumumkan berakhirnya perintah administratif yang digagas Presiden Barack Obama yang mengijinkan sejumlah imigran yang dibawa oleh orang tuanya ketika masih berusia dibawah 16 tahun ke Amerika, untuk bisa tetap berada di negara ini.

Banyak diantara para demonstran mengatakan mereka mendapat banyak manfaat dari program “Deffered Action for Childhood Arrivals” atau “Penangguhan Tindakan terhadap Anak-Anak Imigran Ilegal”, yang disingkat DACA.

Sandra Silva, seorang perancang interior berusia 28 tahun yang tinggal di Queens mengatakan ia datang ke Amerika dari Meksiko ketika baru berusia 12 tahun dan sejak saat itu tinggal di New York. Ia membersihkan rumah dan bekerja di restoran 40 jam dalam seminggu supaya bisa membayar kuliah di bidang arsitektur di City College. “Ketika DACA diberlakukan, program itu membuka banyak kesempatan bagi saya,” ujar Silva. “Saya bisa meraih apa yang selama ini saya pelajari,” tambahnya.

Silva mengatakan ia marah dengan keputusan untuk mengakhiri program tersebut karena ia telah berjuang supaya bisa mendapat pekerjaan yang layak. ‘’Kami berada di Amerika tidak untuk mencuri lapangan pekerjaan siapapun, kami justru menciptakan lapangan kerja,’’ ujar gadis itu.

Lain lagi dengan Susan Puma, warga asal Ekuador berusia 26 tahun, yang melambai-lambaikan bendera Amerika ketika berdemonstrasi di depan hotel milik presiden Amerika itu. “Meskipun saya sangat bangga dengan akar budaya saya, saya sangat Amerika. Jika saya dideportasi, berarti identitas saya dicerabut!” ujar Puma.

Puma pindah ke Amerika secara illegal bersama keluarganya dari Ekuador ketika ia berusia lima tahun. Ia kini bekerja di sebuah jasa keuangan bagi perusahaan teknologi. Ia mengatakan bertekad tetap tinggal di Amerika dan berharap Kongres akan bertindak untuk melindungi orang-orang seperti dirinya.” [em]

XS
SM
MD
LG