Tautan-tautan Akses

Pengamat: Saham Turun Bukan Hanya Karena Amerika


Seorang pialang Bank Mandiri Sekuritas di lantai perdagangan di Jakarta, Senin (8/8). Saham di Indonesia dan Singapura jatuh sekitar lima persen pada hari pertama perdagangan pekan ini.
Seorang pialang Bank Mandiri Sekuritas di lantai perdagangan di Jakarta, Senin (8/8). Saham di Indonesia dan Singapura jatuh sekitar lima persen pada hari pertama perdagangan pekan ini.

Turunnya harga saham termasuk di Indonesia sejak pekan lalu, menurut pengamat Nico Omer, juga disebabkan melemahnya perekonomian global.

Kepada VOA di Jakarta, Senin, Kepala Riset Vallubury Securities, Nico Omer Jonckheera, menegaskan ia tidak sependapat jika merosotnya harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan berbagai negara lain dipengaruhi oleh sikap kehati-hatian para investor dalam menghadapi kondisi ekonomi Amerika saat ini. Meski menurutnya pengaruh ekonomi negara sebesar Amerika terhadap ekonomi negara-negara lain pasti ada, ditambah lagi dengan diturunkannya peringkat kredit Amerika oleh lembaga peringkat Standard and Poor’s, namun perkonomian Eropa juga perlu diwaspadai.

“Saya rasa lebih dominan kalau alasannya kenapa pasar turun adalah kelemahan perekonomian dunia, karena sebetulnya kalau suatu peringkat utang diturunkan secara de facto tidak banyak yang berubah secara fundamental," ujar Nico.

Nico menambahkan bahwa mengingat fundamental pasar di Indonesia jauh lebih kuat dibandingkan dengan di Eropa dan Amerika, ia yakin bursa di Indonesia tetap akan menarik di mata investor dibandingkan bursa-bursa di negara maju”

Nico Omer Jonckheera menilai meski sedang dalam kondisi kurang menguntungkan secara ekonomi, ia yakin Amerika dan negara-negara Eropa akan tetap berupaya melakukan yang terbaik bagi perekonomian negaranya termasuk meningkatkan pasar saham.

“Itu sudah jelas sekali, kalau kita mengerti matematika dasar, tinggal berhitung saja bahwa mereka tidak mungkin seumur hidup akan bisa melunasi utangnya yang dimiliki. Jadi, sekarang mereka cuma mempertahankan status quo saja dan melakukan segala upaya untuk menstabilkan pasar,” kata Nico.

Namun melihat kondisi perekonomian Amerika dan Eropa, Nico Omer Jonckheera menambahkan bagi para investor yang ingin aman dalam melakukan jual beli saham sebaiknya untuk sementara waktu menghindari saham-saham perusahaan asal Amerika dan negara-negara Eropa.

“Hindarilah Amerika secara sepenuhnya, apakah itu US dollar, saham Amerika dan sebagainya apalagi obligasi Amerika. Secara keseluruhan berfokuslah pada negara Asia saja,” saran Nico.

Sementara itu, pengamat sosial politik dari Universitas Indonesia, Nur Iman Subono, mengingatkan bahwa kondisi ekonomi suatu negara tidak lepas dari kebijakan politik yang diambil pemerintahnya. Untuk Indonesia, menurutnya, meski secara fundamental ekonomi dinilai kuat namun kemungkinan bisa goyah karena terus membengkaknya utang luar negeri. Padahal ditambahkannya, jika pemerintah mampu mengelola anggaran negara dengan baik, maka negara tidak perlu lagi berutang. Ia juga menilai utang luar negeri lebih banyak untuk mengondisikan hubungan baik antar negara meski ditegaskannya hubungan baik bisa tetap terjalin tanpa harus melalui utang.

“Dana kita terkuras untuk pembayaran utang, Ujarnya. Ia menambahkan, dengan tidak tergantung berutang, ekonomi Indonesia akan lebih kokoh menghadapi goncangan dari luar."

XS
SM
MD
LG