Tautan-tautan Akses

Analis Politik: Pengganti Tillerson Lebih Keras


Menlu AS Rex Tillerson saat berada di Addis Ababa, Ethiopia, 8 Maret 2018 (kiri) dan Direktur CIA, Mike Pompeo di Gedung Capitol, Washington, DC, Amerika, 13 Februari 2018.
Menlu AS Rex Tillerson saat berada di Addis Ababa, Ethiopia, 8 Maret 2018 (kiri) dan Direktur CIA, Mike Pompeo di Gedung Capitol, Washington, DC, Amerika, 13 Februari 2018.

Pemecatan Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson setelah lebih dari satu tahun bertugas bukanlah kejutan besar, tetapi cara dan waktu pemecatan itu sangat mengejutkan banyak pihak.

Bukan rahasia lagi bahwa Presiden Amerika Donald Trump dan menteri luar negerinya itu tidak selalu sepakat dalam beberapa isu kebijakan luar negeri dan presiden telah memecat beberapa pembantunya. Namun, fakta bahwa Tillerson mengetahui dirinya dipecat dari cuitan Trump sehari setelah kembali dari lawatan resmi ke Afrika telah memicu keheranan. Reporter VOA, Zlatica Hoke melaporkan tentang reaksi terhadap pemecatan mendadak tersebut.

Para komentator politik melihat bahwa Menteri Luar Negeri Amerika, Rex Tillerson diberhentikan beberapa jam setelah menyatakan bahwa Rusia bertanggung jawab atas peracunan seorang bekas mata-mata Rusia di Inggris, sementara Presiden Donald Trump tetap diam dalam hal ini. Dalam pidato perpisahannya pada hari Selasa (13/3), Tillerson menyampaikan pesan bagi pemerintah Rusia.

Menlu AS Rex Tillerson melambaikan tangannya seusai menyampaikan pidato perpisahannya dalam konferensi pers di kantor Departemen Luar Negeri AS, Washington, D.C., Selasa, 13 Maret 2018.
Menlu AS Rex Tillerson melambaikan tangannya seusai menyampaikan pidato perpisahannya dalam konferensi pers di kantor Departemen Luar Negeri AS, Washington, D.C., Selasa, 13 Maret 2018.

“Rusia harus menilai dengan seksama bagaimana bertindak demi kepentingan terbaik rakyat Rusia dan dunia secara lebih luas. Melanjutkan haluan saat ini kemungkinan akan menyebabkan isolasi lebih besar bagi Rusia, situasi yang tidak diinginkan oleh siapa pun,” kata Tillerson.

Pilihan Trump untuk menggantikan Tillerson adalah kepala CIA, Mike Pompeo. Mantan diplomat senior Amerika Tom Countryman, yang dipecat oleh Tillerson, mengatakan kepada VOA bahwa Pompeo mungkin tahu banyak tentang campur tangan Rusia dalam proses politik Amerika.

Tom Countryman, mantan Asisten Menteri Luar Negeri urusan Keamanan Internasional dan non-prolliferasi, mengatakan, “Oleh karena itu saya berharap dia bisa meyakinkan presiden, tidak hanya mengakui bahwa ini adalah masalah, tapi untuk pertama kalinya membuat presiden melakukan sesuatu untuk membela demokrasi Amerika melawan berbagai operasi rahasia.”

Reaksi Analis Terhadap Pemecatan Menlu AS Tillerson
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:10 0:00

Para analis politik mengatakan bahwa Pompeo memiliki pendidikan militer dan Trump tampaknya bisa bekerja dengan baik dengan para perwira militer.

Mengenai menteri luar negeri Amerika yang baru ini, Ariel Cohen dari Atlantic Council, lembaga penelitian nirlaba di Washington, D.C., berpendapat, “Kita akan menyaksikan kebijakan luar negeri yang lebih kuat, lebih pro-Trump, lebih praktis, lebih terintegrasi, dan akan lebih dekat dengan Pentagon, dengan komunitas intelijen, dan sebagainya. Masih akan ada yang mengkritik karena Pompeo adalah seorang partisan dari Partai Republik. Dia adalah mantan anggota Kongres.”

Perombakan di Departemen Luar Negeri terjadi menjelang kemungkinan berlangsungnya pertemuan puncak bulan Mei mendatang antara Presiden Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tentang denuklirisasi semenanjung Korea. Mei juga merupakan bulan di mana Trump ingin meninggalkan perjanjian nuklir internasional dengan Iran.

Tom Countryman, mantan Asisten Menlu AS. (Foto: dok).
Tom Countryman, mantan Asisten Menlu AS. (Foto: dok).

Tom Countryman, mantan Asisten Menteri Luar Negeri, menambahkan, “Kedua hal itu tidak bisa berjalan bersama-sama. Tidak mungkin di dunia ini bahwa meninggalkan kesepakatan yang berjalan dengan baik akan meningkatkan posisi tawar menawar kita dengan Korea Utara. Sebaliknya, hal itu bisa membuat pemimpin Korea Utara bertanya kepada dirinya sendiri: bagaimana saya bisa menandatangani kesepakatan dengan presiden yang siap untuk membatalkan setiap kesepakatan sebelumnya.”

Tetapi Countryman memuji presiden karena berani mengambil risiko melakukan pertemuan itu, sepanjang dia tidak berharap akan menghasilkan kesepakatan komprehensif mengenai perlucutan senjata nuklir Korea Utara. Sebagian analis mengatakan bahwa tidak perlu mengadakan pertemuan puncak jika tidak ada harapan untuk mencapainya. [lt/uh]

XS
SM
MD
LG