Tautan-tautan Akses

Operasi Militer Turki Menumpas Milisi Kurdi di Suriah Masuki Hari Ketiga


Kendaraan tempur lapis baja Turki disiagakan di kota Hassa, provinsi Hatay, Turki, dekat perbatasan Suriah (21/1).
Kendaraan tempur lapis baja Turki disiagakan di kota Hassa, provinsi Hatay, Turki, dekat perbatasan Suriah (21/1).

Operasi militer Turki menumpas milisi Kurdi-Suriah memasuki hari ketiga hari Senin (22/1). Laporan menyatakan korban di kalangan penduduk sipil terus bertambah.

Pasukan Turki didukung tank bergerak semakin jauh ke dalam Afrin, daerah kantong di Suriah untuk menyingkirkan milisi Kurdi-Suriah YPG.

Turki mengklaim telah merebut beberapa desa, sementara YPG menjawab telah merebut dua desa sementara pertempuran hebat dikabarkan berlangsung.

Hari Minggu ribuan pejuang Laskar Pembebasan Suriah, banyak di antaranya dilatih Turki, membuka satu front lain terhadap YPG. Turki menuduh YPG mendukung pemberontakan suku Kurdi di Turki yang sudah berlangsung puluhan tahun.

YPG itu sekutu inti Washington dalam perang melawan negara Islam ISIS. Tekanan diplomatik terhadap Turki semakin kuat mengenai operasi militer itu dengan Washington meminta Turki dapat mengekang diri.

Namun hari Senin (22/1) Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menepiskan semua seruan untuk menghentikan operasi militer Turki.

Erdogan mengatakan, “Berani-beraninya anda meminta kami”? Kami akan berada di sana selama kami rasa perlu, kami tidak punya kepentingan untuk tinggal di sana, kami tahu kapan kami harus keluar.”

Ia kemudian mempertanyakan sudah berapa lama pasukan Amerika bertempur di Afghanistan dan Irak? Tindakan keras Erdogan terjadi pada saat deputi sekretaris jenderal NATO Rose Gottemoeller datang di Turki untuk mengadakan pembicaraan.

Prancis meminta Dewan Keamanan PBB mengadakan sidang darurat membicarakan operas itu. Hari Minggu menteri luar negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengeluarkan peringatan kepada anggota Dewan Keamanan.

"Jika Prancis atau negara lain membawa isu itu ke PBB, maka kami menganggapnya sebagai memihak kelompok teroris bukan sekutu. Dan kami akan memperlakukannya sesuai itu," tegas Cavusoglu.

Namun, berbagai kelompok hak asasi manusia menyatakan bertambah banyak warga sipil termasuk anak-anak yang tewas akibat pengeboman dan tembakan artileri Turki. Tuntutan internasional supaya operasi segera dihentikan diperkirakan bakal terus meningkat.

Diduga lebih dari satu juta penduduk tinggal di daerah kantong itu, banyak di antara mereka pengungsi dari perang saudara Suriah. Turki mengatakan senantiasa berusaha keras menghindari jatuh korban sipil. Dan Cavusoglu menepiskan korban sipil selaku propaganda teroris.

Berbagai laporan menyatakan Turki menangkap 30 orang atas tuduhan melakukan teror dengan memposting pesan menentang operasi itu di media sosial.

Rangkaian demonstrasi anti perang di Turki dibubarkan oleh polisi dan banyak yang ditangkap. Hari Minggu Presiden Erdogan mengingatkan aksi protes dan menentang operasi itu akan ditumpas. [al]

XS
SM
MD
LG