Tautan-tautan Akses

LSM Muhammadiyah Rintis Posyandu untuk Kesehatan Reproduksi Remaja


Para remaja menghadiri forum diskusi yang diselenggarakan di Posyandu Remaja di kawasan Gampingan, Yogyakarta.
Para remaja menghadiri forum diskusi yang diselenggarakan di Posyandu Remaja di kawasan Gampingan, Yogyakarta.

Semakin banyaknya persoalan yang dihadapi remaja dalam bidang kesehatan reproduksi, mendorong Nasyiatul Aisyiah mendirikan Pos Palayanan Terpadu (Posyandu) Remaja.

Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah tengah merintis pendirian Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Remaja, sebagai layanan di bidang kesehatan reproduksi. Nasyiatul Aisyiah adalah organisasi di bawah Muhammadiyah dan Aisyiah yang beranggotakan para remaja perempuan di seluruh Indonesia.

Posyandu percontohan ini didirikan di kawasan Gampingan, suatu daerah padat di tepi kali Winongo di tengah kota Yogya, yang mayoritas penduduknya miskin.

Menurut Diah Puspitarini dari Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah, dibukanya Posyandu Remaja ini karena naiknya angka kehamilan tidak diinginkan, hubungan seksual pra nikah oleh remaja, dan minimnya informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja.

“Program Posyandu Remaja itu adalah pelayanan kepada remaja, karena mengingat minimnya informasi kesehatan reproduksi, khususnya pada remaja. Padahal hak kesehatan reproduksi merupakan hak dasar yang harus dimiliki setiap warga termasuk remaja. Berangkat dari itu, kasus-kasus tentang seks pra nikah, tingginya angka kehamilan tak dikehendaki, itu kan juga menjadi latar belakang kenapa Posyandu Remaja ini kami adakan,” ujar Diah Puspitarini.

Salah satu problem yang banyak dikosultasikan di Posyandu ini adalah hubungan seks yang terjadi di kalangan remaja. Para remaja ini, menurut Diah Puspitaningrum, mengaku ketakutan jika orang tua mereka tahu aktivitas seksualnya. Di sisi yang lain, para orang tua tidak terbuka membicarakan persoalan seks dengan anak-anak mereka.

Diah Puspitarini, salah seorang pengurus Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah.
Diah Puspitarini, salah seorang pengurus Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah.

Diah Puspitarini menambahkan, “Yang harus digarisbawahi adalah cara pendekatannya saja. Selama ini yang sudah kami lakukan, ternyata mereka yang punya permasalahan ini mau terbuka di Posyandu Remaja ini. Karena konselornya juga anak muda, sehingga mereka mau terbuka. Kasus yang terbanyak itu adalah seks pra nikah, cuma mereka secara psikologis punya masalah, perasaan yang menghantui mereka itu bagaimana kalau orang tua mereka tahu.”

Sementara, Hajar Nur Setiawati, pengampu Posyandu Remaja yang juga pengurus bidang Dakwah Nasyiatul Aisyiah Yogyakarta mengatakan, di kawasan Posyandu Remaja yang didirikan telah banyak ditemukan kasus seks pra nikah dan pernikahan dini.

Kesimpulan awal yang diperoleh, ada hubungan erat antara kemiskinan dengan aktivitas seks para remaja di sana. Para orang tua yang bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarga, kurang memperhatikan aktivitas anak-anak mereka. Sementara informasi kesehatan reproduksi yang sehat bagi para remaja sangat kurang.

“Karena orang tuanya itu secara ekonomi menengah ke bawah, anaknya juga cukup banyak, sedangkan ekonomi mereka tidak cukup, sehingga mereka tidak begitu memperhatikan kepada anaknya, kalau dilihat dari masyarakat setempat, anak pulang malam mereka tidak terlalu perhatian. Kemudian pendidikan, tidak punya prioritas untuk pendidikan sampai setinggi mungkin, sehingga kemudian perhatian orang tua kan kurang. Sehingga kan anak, masa remaja cenderung lari kepada temannya, dan kita tidak bisa kontrol teman-temannya itu siapa, dia dapat akses informasi seperti apa, dan orang tuanya juga tidak cukup perhatian,” demikian penjelasan Hajar Nur Setiawati.

Rintisan Posyandu Remaja ini menjadi proyek percontohan, nantinya Nasyiatul Aisyiah akan mendirikan posyandu serupa di seluruh Indonesia. Sebanyak seribu kader organisasi ini sedang dididik untuk menjadi konselor. Dari rintisan Posyandu Remaja di Yogyakarta diketahui bahwa remaja lebih terbuka membicarakan persoalan kesehatan reproduksi, mulai dari persoalan menstruasi yang terlambat, seks pranikah hingga kehamilan, kepada sesama remaja dan bukan kepada orang tuanya.

XS
SM
MD
LG