Tautan-tautan Akses

Nasib Orangutan Tapanuli di Tengah 'Mega Proyek' PLTA Batang Toru


Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis). (Foto: YEL-SOCP).
Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis). (Foto: YEL-SOCP).

Orangutan Tapanuli, yang jumlahnya sekitar 800, kini semakin terancam dan terusir dari habitat aslinya akibat proyek pembangunan PLTA Batang Toru. Lokasi pembangunan PLTA Batang Toru dikenal sebagai tempat pakan orangutan Tapanuli yang melimpah.

Nasib orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis), yang merupakan spesies baru di Indonesia, kian memprihatinkan. Tersebar di ekosistem hutan Batang Toru yang berada pada wilayah Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan Tapanuli Selatan, menjadikan habitat orangutan Tapanuli terpisah antara blok barat dan timur.

Populasi orangutan Tapanuli paling banyak ditemukan di blok barat bagian selatan hutan Batang Toru yang merupakan dataran rendah. Melimpahnya buah-buahan seperti madhuca laurifolia dan palaquium rostratum membuat wilayah tersebut menjadi habitat favorit orangutan Tapanuli.

Kini, kelangsungan hidup orangutan Tapanuli, yang populasinya kurang dari 800 ini, sedang terancam. Pasalnya, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 510 Mega Watt (MW) berada di bagian selatan hutan Batang Toru. Apabila pembangunan PLTA yang didukung oleh Bank of China itu dilanjutkan, bukan tidak mungkin orangutan Tapanuli yang berada di selatan hutan Batang Toru akan terusir.

Bisa saja orangutan Tapanuli yang tinggal di selatan kawasan ekosistem Batang Toru itu migrasi ke dataran tinggi. Namun, mereka harus beradaptasi dengan dataran tinggi yang notabene tidak memiliki banyak ketersediaan pakan orangutan Tapanuli.

​Tumbuhan buah-buahan pada wilayah dataran tinggi tak sebanyak di dataran rendah. Alhasil, akan terjadi konflik antar orangutan Tapanuli di dataran tinggi dengan orangutan Tapanuli yang migrasi dari dataran rendah. Konflik itu bisa saja dipicu oleh faktor berebut makanan.

Bayi Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis). (Foto: YEL-SOCP).
Bayi Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis). (Foto: YEL-SOCP).

Hal tersebut dibenarkan pengamat primata asal Republik Ceko, Stan Lhota. Ia mengatakan adanya pembangunan di dataran rendah yang kehilangan pasokan makanan akan membuat orangutan Tapanuli memilih hidup di dataran tinggi. Kendati ekologi orangutan Tapanuli akan disesuaikan dengan habitat yang beda dibanding dataran rendah.

Menurut Stan, dataran tinggi jauh lebih sulit untuk orangutan Tapanuli karena kurang banyak makanan. Dan hal itu terlihat dari kepadatan populasi orangutan paling tinggi terdapat di lembah dan sungai Batang Toru, kata Lota menjelaskan.

"Itu satu-satunya bagian hutan Batang Toru yang masih bisa disebut hutan dataran rendah. Di situ orangutan Tapanuli bisa mencari makanan yang lebih banyak," kata Stan kepada VOA.

"Makin ke dataran tinggi. Makin sulit mencari makanan. Sebab, di dataran tinggi makanannya musiman. Pada musim tertentu hutan ini dipenuhi dengan buah-buahan tapi hanya beberapa minggu," ujarnya.

Reproduksi Lambat

Ada dua kemungkinan yang akan terjadi apabila orangutan Tapanuli di blok barat, terutama bagian selatan, berpindah ke dataran tinggi. Pertama, sebagian orangutan akan mati. Kedua, orangutan Tapanuli betina tidak akan bisa bereproduksi dengan baik. Alhasil, populasi orangutan Tapanuli tidak bertambah melainkan akan berkurang.

Stan menjelaskan orangutan betina tidak bisa berovulasi (melepaskan sel telur yang siap dibuahi-red) dan melahirkan anak apabila tidak mendapat makanan yang cukup. Dan hal itu menyebabkan lambatnya reproduksi orangutan Tapanuli.

“Jadi, kalau populasi orangutan Tapanuli menjadi padat di daerah yang kekurangan makanan, reproduksi mereka akan lambat. Pada akhirnya jumlah akan berkurang tentu saja faktor utama yang memutuskan mengenai jumlah orangutan Tapanuli di sini adalah makanan," jelas Stan.

Jika bagian dataran rendah hilang, atau tidak bisa lagi diakses oleh orangutan Tapanuli. Pada akhirnya mereka akan berkurang, karena makanan di wilayah dataran tinggi tak memadai. Bukan tidak mungkin orangutan Tapanuli yang merupakan spesies istimewa milik Indonesia akan punah dan hanya tinggal cerita.

Riset Koordinator Orangutan Tapanuli Stasiun Batang Toru, Sheila Kharismadewi Silitonga. (Foto: Anugrah Andriansyah/VOA)
Riset Koordinator Orangutan Tapanuli Stasiun Batang Toru, Sheila Kharismadewi Silitonga. (Foto: Anugrah Andriansyah/VOA)

Soliter

Setelah mengulas beberapa ancaman yang menyebabkan orangutan Tapanuli bisa punah. Lalu, bagaimana dengan pola hidup orangutan Tapanuli? Ternyata orangutan Tapanuli dikenal soliter atau suka menyendiri. Sejak usia belia orangutan Tapanuli sudah menunjukkan independensi.

Fakta tersebut disampaikan Riset Koordinator Orangutan Tapanuli Stasiun Batang Toru, Sheila Kharismadewi Silitonga kepada VOA, mengatakan orangutan Tapanuli yang memiliki pola hidup lebih soliter menjadikannya lebih banyak menghabiskan waktu sendirian untuk mencari makanan.

Menurut Sheila, pada usia 2 tahun anak orangutan Tapanuli sudah mulai belajar mencari makan sendiri, meski masih mengikuti induknya mencari makan.

"Tergantung seberapa sulit makanan itu untuk diproses. Ada buah-buahan tertentu yang bisa langsung dimakan oleh anak orangutan Tapanuli. Ada buah tertentu yang cukup sulit dimakan," papar Sheila.

"Misalnya, buahnya keras atau sulit diperoleh sehingga dia harus minta bantuan dari induknya untuk mendapatkan makanan. Makin dewasa. Dia akan makin independen," kata Sheila menambahkan.

Namun, perempuan yang telah meneliti pola hidup orangutan Tapanuli selama satu tahun ini belum bisa memberikan kesimpulan perbedaan perilaku mencolok dengan orangutan Sumatra dan orangutan Kalimantan.

Para peneliti juga baru mulai mempelajari orangutan Tapanuli sebagai spesies yang berbeda baru setahun belakangan. Sebelumnya, orangutan Tapanuli hanya dianggap sebagai orangutan Sumatra.

"Jadi, kami belum bisa bilang apa-apa karena sebenarnya untuk bicara tentang sebuah perilaku primata terutama orangutan butuh waktu observasi yang lama. Dalam waktu satu tahun saja tidak cukup. Sebab dalam satu tahun itu kita tidak setiap hari ketemu orangutan Tapanuli," ungkapnya.

Nasib Orangutan Tapanuli di Tengah 'Mega Proyek' PLTA Batang Toru
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:06:15 0:00

Secara genetik orangutan Tapanuli lebih dekat dengan orangutan Kalimantan daripada orangutan Sumatra. Kecenderungan perbedaan juga bisa dilihat dari bentuk tubuh orangutan Tapanuli yang lebih kecil dibanding orangutan Sumatra dan orangutan Kalimantan. Namun, orangutan Tapanuli memiliki keunikan. Orangutan Tapanuli tidak akan pernah turun dari pohon selama hidup di hutan. Berbeda dengan orangutan Kalimantan yang suatu saat akan turun memijak tanah.

Hal tersebut disebabkan lantaran kawasan hutan di bumi Andalas masih banyak dihuni hewan buas seperti harimau Sumatra. Alasan itu membuat orangutan Tapanuli dan orangutan Sumatra yang hidup liar dan tidak akan pernah memijak tanah. [aa/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG