Tautan-tautan Akses

Menguatkan Peran Perempuan untuk Melindungi Sungai dari Pencemaran


 Tumpukan sampah nampak berada di pinggiran sungai Surabaya, di wilayah Kabupaten Gresik. (Foto: Courtesy/Ecoton)
Tumpukan sampah nampak berada di pinggiran sungai Surabaya, di wilayah Kabupaten Gresik. (Foto: Courtesy/Ecoton)

Prihatin dengan kondisi sungai Surabaya yang semakin tercemar limbah industri dan sampah rumah tangga, sejumlah perempuan yang tergabung dalam Perempuan Pejuang Kali Surabaya mendeklarasikan gerakan sungai bersih, dan mengajak semua masyarakat mengembalikan kondisi sungai menjadi bersih dan sehat.

Sebanyak 40 orang perempuan, mulai pelajar, mahasiswi dan ibu rumah tangga, yang tergabung dalam komunitas Perempuan Pejuang Kali Surabaya (PPKS), awal pekan ini, memulai ekspedisi susur sungai sebagai bagian kampanye melawan pencemaran sungai.

Dalam ekspedisi yang dimulai pada 17-22 Agustus 2020, para anggota PPKS akan menyusuri sungai, mulai dari Wringinanom di Kabupaten Gresik hingga ke Jagir Wonokromo di Kota Surabaya. Upacara bendera di tengah sungai untuk memperingati Hari Kemerdekaan pada 17 Agustus lalu menandai dimulainya ekspedisi itu.

Perempuan Pejuang Kali Surabaya mendatangi Kantor Perum Jasa Tirta 1 di Surabaya, untuk menyerahkan surat yang meminta tanggung jawab instansi ini untuk ikut menjaga kebersihan sungai (Foto:VOA/Petrus Riski)
Perempuan Pejuang Kali Surabaya mendatangi Kantor Perum Jasa Tirta 1 di Surabaya, untuk menyerahkan surat yang meminta tanggung jawab instansi ini untuk ikut menjaga kebersihan sungai (Foto:VOA/Petrus Riski)

Juru Bicara komunitas PPKS, Nely Agustina, mengatakan gerakan ini sebagai upaya mengingatkan pemerintah dan masyarakat, bahwa telah terjadi pencemaran sungai yang dilakukan masyarakat maupun industri melalui buangan limbah atau sampahnya.

Menguatkan Peran Perempuan untuk Melindungi Sungai dari Pencemaran
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:58 0:00

“Program kami untuk ekspedisi susur kali (sungai) ini pertama adalah melihat timbulan sampah di Kali Surabaya. Kemudian, yang kedua itu melihat jumlah bangunan ilegal di bantaran Kali Surabaya, dan setelah itu kami membuat laporan yang nantinya kami bisa jadi akan melakukan aksi gugatan,” kata Nely.

Selain mengajak masyarakat untuk melihat kembali kondisi sungai yang sudah sangat tercemar, Nely meminta semua pihak terlibat dalam menangani masalah pencemaran sungai. Pemerintah kata Nely, perlu menunjukkan keseriusan dalam menjaga dan melestarikan sungai. Misalnya, dengan menyediakan fasilitas tempat pembuangan sampah di sekitar sungai, dan menindak industri atau warga yang terbukti mencemari lingkungan sungai.

“Penanganan sampah yang lebih efektif itu juga ditunjang dengan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Jadi, kami itu juga tidak hanya membutuhkan masyarakat tetapi juga membutuhkan para stakeholder, jadi orang-orang yang memiliki ilmu, mungkin di bidang komunikasi, kemudian di lingkungan sumber daya alam, sosiologi, jadi kita perlu orang-orang yang seperti itu,” lanjut Nely.

Data yang dihimpun PPKS hingga 21 Agustus 2020, terdapat 194 titik pembuangan sampah di pinggir sungai, mulai dari Jetis, di Kabupaten Mojokerto, hingga di Joyoboyo, Kota Surabaya. Timbunan itu beragam mulai dari kecil, sedang hingga timbunan skala besar.

Aktivis Perempuan Pejuang Kali Surabaya melakukan upacara bendera di atas sungai sekaligus mengawali ekspedisi susur sungai. (Foto: Courtesy/Ecoton)
Aktivis Perempuan Pejuang Kali Surabaya melakukan upacara bendera di atas sungai sekaligus mengawali ekspedisi susur sungai. (Foto: Courtesy/Ecoton)

Peneliti Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), Daru Setyorini, menyebut peran perempuan sangat penting dalam mengendalikan sampah dengan mengatur pola konsumsi barang-barang dalam rumah tangga atau aktivitas yang bisa menghasilkan sampah. Menurutnya, peran perempuan itu harus lebih diperkuat agar bisa melakukan lebih banyak perubahan terhadap kondisi lingkungan menjadi lebih baik.

“Kemudian juga penanganan sampah di rumah, itu semua sangat tergantung dari pemahaman ibu dan anak-anak perempuan yang biasanya bertugas untuk mengelola kebersihan rumah dan juga keperluan keluarganya,” ujar Daru Setyorini.

Dua eskavator memindahkan tumpukan sampah yang ada di pinggir sungai Surabaya wilayah Gunungsari, Surabaya, setelah terjaring pipa yang dipasang melintang di atas sungai (Foto: VOA/Petrus Riski)
Dua eskavator memindahkan tumpukan sampah yang ada di pinggir sungai Surabaya wilayah Gunungsari, Surabaya, setelah terjaring pipa yang dipasang melintang di atas sungai (Foto: VOA/Petrus Riski)

Penanganan masalah sampah dan pencemaran sungai, menurut Daru, adalah suatu hal yang tidak mudah dilakukan. Ini dipengaruhi tingkat pemahaman dan kepedulian semua pihak mengenai pentingnya sungai bersih bagi kehidupan. Sungai, kata Daru, harus dilihat sebagai tempat dan sumber kehidupan, bukan hanya sebagai tempat membuang sampah atau limbah.

“Kendalanya memang karena masyarakat kita kan sebagian besar itu masih belum paham. Ada juga yang paham, tapi mereka tidak peduli kalau kondisi sungai kita ini sudah tercemar berat. Aktivitas manusia ini yang menjadi sumber kerusakan sungai kita, dan itu juga ada pihak industri, pemerintah yang cenderung membiarkan masalah ini tidak terkendali,” imbuh Daru. [pr/ft]

Recommended

XS
SM
MD
LG