Kuwait, Minggu (28/3) menerima delapan ton dokumen dan barang lain yang diambil selama invasi Irak tahun 1990 pimpinan Saddam Hussein, kata para pejabat.
Ini adalah pengiriman ketiga yang diterima Kuwait sejak tahun 2019, menurut beberapa pejabat dari kedua negara.
Asisten Menteri Luar Negeri Kuwait Nasser al-Hain menyambut baik langkah tersebut sekaligus menyatakan pengiriman itu berisi arsip-arsip dari Universitas Kuwait, kementerian informasi dan sejumlah lembaga lain.
“Kami berharap lebih banyak kerjasama dan semoga langkah tambahan lainnya segera dilakukan agar serah terima dapat terlaksana,” katanya saat upacara menandai kesempatan di Kuwait City.
Qahtan al-Janabi, dari kementerian luar negeri Irak, mengatakan negaranya sebelumnya telah menerima daftar barang-barang yang hilang dari Kuwait dan "berdasarkan hal itu, proses penyerahan kembali sedang dilakukan."
Pasukan Irak, di bawah mantan diktator Saddam Hussein, menginvasi Kuwait yang kaya minyak pada 2 Agustus 1990, memicu kecaman internasional. Irak menduduki negara Teluk itu selama tujuh bulan sebelum diusir oleh koalisi internasional pimpinan AS.
Baghdad, yang telah membayar ganti rugi sekitar $50 miliar dalam tiga dekade terakhir, menghadapi krisis fiskal terburuk dalam beberapa tahun di tengah pandemi virus corona dan anjloknya harga minyak. Irak telah mengajukan perpanjangan pembayaran terakhir $3,8 miliar.
Walaupun kedua negara sekarang memiliki hubungan sipil, masalah tetap ada mengenai perbatasan dan pemulangan jenazah.
Patroli maritim Kuwait secara teratur menahan para nelayan Irak yang tersesat terlalu jauh ke perairan tetangga. Irak menilai perbatasan laut yang digariskan PBB tidak adil. [mg/ka]