Tautan-tautan Akses

Khawatir Pandemi, Banyak Perempuan AS Pilih Melahirkan di Rumah


Nancy Pedroza, 27, menyusui bayinya yang baru lahir, Kai Rohan Morgan, yang berusia dua hari, di rumah orang tua Pedroza di Fort Worth, Texas, 10 April 2020. (Foto: Reuters/Callaghan O'Hare)
Nancy Pedroza, 27, menyusui bayinya yang baru lahir, Kai Rohan Morgan, yang berusia dua hari, di rumah orang tua Pedroza di Fort Worth, Texas, 10 April 2020. (Foto: Reuters/Callaghan O'Hare)

Pandemi virus corona mendorong banyak perempuan hamil di AS untuk memilih melahirkan di rumah, ketimbang di rumah sakit.

Seperti banyak ibu hamil lainnya, Gina Conley gelisah. Banyak yang dikhawatirkan akhir-akhir ini, terutama terkait dengan wabah virus corona yang membuat rumah sakit kewalahan. Hal ini mendorongnya untuk memilih melahirkan di rumah.

"Saya tidak mau ke rumah sakit karena sedang ada banyak orang yang sakit dan staf yang terpapar virus corona," kata perempuan 32 tahun dari North Carolina itu.

Di AS, virus corona telah menjangkiti lebih dari setengah juta orang, dan lebih dari 21 ribu meninggal dunia.

Sementara bangsal-bangsal rumah sakit menjadi medan tempur melawan COVID-19, para ibu dihadapkan pada situasi yang tak pernah terpikir sebelumnya, yaitu memilih dimana tempat melahirkan.

Seorang perawat menggendong bayi yang baru lahir yang dilindungi dengan pelindung wajah di tengah wabah virus corona, di Jakarta, 21 April 2020. (Foto: AFP)
Seorang perawat menggendong bayi yang baru lahir yang dilindungi dengan pelindung wajah di tengah wabah virus corona, di Jakarta, 21 April 2020. (Foto: AFP)

Khawatir tertular, minimnya staf dan obat-obatan, serta semakin ketatnya aturan pengunjung menyebabkan semakin banyak perempuan mempertimbangkan untuk menjauhi rumah sakit.

Tapi para calon ibu harus mempertimbangkan antara melahirkan di rumah sakit namun mengkhawatirkan kesehatan bayi dan diri sendiri atau melahirkan di rumah tapi dengan biaya yang lebih mahal.

Conley, yang sedang hamil tujuh bulan, mengatakan dia harus membayar lebih dari $4.000 untuk layanan melahirkan di rumah, termasuk membayar bidan.

"Jelas tidak murah tapi demi mendapatkan pengalaman melahirkan yang kami inginkan, tidak terlalu mengkhawatirkan --kami rasa biayanya pantas," kata pelatih kebugaran itu kepada AFP.

Melahirkan di rumah seringkali tidak masuk dalam asuransi kesehatan di AS, sehingga para calon ibu harus mengeluarkan biaya sendiri.

Ashley Esposito, dari kota Baltimore, diperkirakan perlu mengeluarkan uang muka hingga $8.000.

"Rasanya berat membayar uang sebanyak itu, apalagi ditengah situasi finansial sekarang ini. Ada banyak rekan kerja suami saya yang di-PHK."

Esposito dan sekitar 1.300 orang lain di Maryland telah menandatangani sebuah petisi yang mendesak perusahaan asuransi kesehatan di negara bagian itu untuk memberikan cakupan yang lebih baik bagi melahirkan di rumah.

Seperti banyak calon ibu lain, dia juga mengkhawatirkan peraturan baru yang diberlakukan di sebagian rumah sakit yang membatasi jumlah orang yang boleh mendampingi di ruang persalinan.

"Ini bayi sehat pertama kami, saya tidak mau tahu, suami saya harus mendampingi saya melahirkan."

Di New York, rumah sakit melarang para suami atau pasangan berada di ruang melahirkan, hingga Gubernur Andrew Cuomo bulan lalu menandatangani peraturan yang menyatakan tidak ada perempuan yang dibiarkan melahirkan sendirian.

Sementara berbagai layanan kesehatan menghadapi krisis virus korona, American College of Obstetricians and Gynecologists mengatakan rumah sakit masih merupakan tempat yang aman untuk melahirkan.

Namun demikian, para bidan kini kebanjiran permintaan untuk membantu proses melahirkan bayi di rumah.

Dari sekitar 12 ribu bidan perawat dan bidan yang bersertifikasi di AS, sekitar 3.000 diantaranya praktik di luar rumah sakit. [vm/jm]

XS
SM
MD
LG