Tautan-tautan Akses

Sistem Jaminan Kesehatan India yang Ambisius Timbulkan Harapan dan Pertanyaan


Shavan Kumar telah melakukan perjalanan ke New Delhi bersama istrinya dari desa untuk mendapatkan perawatan jantung bagi istrinya di rumah sakit pemerintah, dimana perawatannya gratis (foto: A. Pasricha/VOA)
Shavan Kumar telah melakukan perjalanan ke New Delhi bersama istrinya dari desa untuk mendapatkan perawatan jantung bagi istrinya di rumah sakit pemerintah, dimana perawatannya gratis (foto: A. Pasricha/VOA)

Dari sebuah desa kecil di Uttar Pradesh, Shavan Kumar, seorang buruh telah membawa istrinya yang berusia 38 tahun ke rumah sakit milik pemerintah di New Delhi untuk mendapatkan perawatan terkait kondisi jantungnya. Namun ia cemas, pinjaman senilai $500 yang telah ia lakukan tidak akan dapat menutupi biaya perawatan medis istrinya; meskipun biaya perawatannya gratis, namun ia harus membeli obat-obatan, membayar uji laboratorium, dan biaya tinggal selama di kota.

“Saya khawatir bagaimana saya akan mengembalikan uang yang telah ia pinjam. Apa yang dapat diharapkan dari seorang dengan upah harian? Saya serahkan pada Tuhan,” ujar Kumar.

Pemerintah India telah mengumumkan bhawa mereka akan mengimplementasikan apa yang disebut sebagai sistem asuransi kesehatan umum terbesar di dunia, yang menawarkan biaya perawatan sekitar $8,000 buat mereka yang tidak mampu dan keluarga berpenghasilan rendah. Ini dapat menjadi suat perubahan bagi 63 juta orang semacam Shavan Kumar yang didorong menuju jurang kemiskinan setiap tahun dengan biaya perawatan kesehatan yang sangat mahal, menurut Kementrian Kesehatan.

Dijuluki sebagai “Modicare” dengan merujuk pada PM India, Narendra Modi, skala proyek yang sanga ambisius ini – yang mengajukan usul untuk menjamin 500 juta orang, telah menimbulkan gelombang optimisme di negara dimana peerbaikan akses menuju layanan kesehatan tidak pernah menjadi prioritas politik.

Namun, di negeri dimana banyak inisiatif pemerintah dilumpuhkan oleh buruknya implementasi, ada keprihatinan tentang bagaimana sistem ini akan bekerja dan bagaimana program ini akan didanai.

Priya Balasubramaniam, seorang spesialis kesehatan pada Yayasan Kesehatan Publik di New Delhi mempertanyakan apakah $300 juta dolar yang dialokasikan tahun ini akan dapat meluncurkan proyek ini. “Meskipun jumlah yang dialokasikan dapat membuat banyak perubahan, saya rasa untuk mereka yang ingin melangkat ke jenjang berikutnya, sesungguhna hal ini menyangkut ruang fiskal yang telah dialokasikan pemerintah untuk sebuah skema seambisius ini,” ujarnya.

Para pejabat mengatakan besarnya skala proyek ini akan menekan tingkat premi asuransi hingga $18 per tahun. Jumlahnya menjadi $1,7 milyar – sebuah pengeluaran yang direncanaka oleh pemerintah dengan dana yang dikumpulkan baik oleh pemerintah federal maupun pemerintah negara bagian.

Mempersempit kesenjangan si kaya dan si miskin

Para pakar kesehatan juga berharap jaminan asuransi akan meningkatkan kualitas perawatan dengan membuka pintu-pintu rumah sakit swasta di India kepada si miskin.

Jurang yang lebar terbentang antara rumah sakit swasta dan rumah sakit umum. Rumah sakit swasta dilengkapi dengan fasilitas medis canggih namun hanya mereka dengan pendapatn tinggi mampu menanggung biayanya yang mahal. Di lain pihak, kualitas rumah sakit umum seperti All India Institute of Medical Sciences dimana Shavan Kumar membawa istrinya untuk mendapatkan pengobatan gratis, namun hanya ada sedikit jumlahnya, hanya berada di kota-kota besar dan dibebani dengan jumlah pasien yang besar.

Ini adalah dilema bagi Hari Singh, seorang warga New Delhi, yang harus ia hadapi saat lututnya cedera akibat kecelakaan tiga bulan yang lalu. Dengan ketiadaan uang tabungan, pertama-tama ia pergi ke rumah sakit pemerintah, namun segera meninggalkannya dan pindah ke rumah sakit swasta.

“Kondisinya parah, WC nya kotor, dua pasien disatukan dalam satu tandu dan tidak ada sistem sama sekali. Saya jadi takut sekali,” ujarnya.

Namun untuk membiayai perawatannya ia harus meminjam uang $5.000 dengan tingkat bunga yang tinggi sebesar 5 persen per bulan. Sekarang ia tidak tahu kapan ia dapat kembali bekerja atau bagaimana ia dapat menanggung kehidupan dua anaknya yang masih kecil.

Ashok Agarwal, pendiri the Indian Institute of Health Management Research, berharap proyek pemerintah yang baru akan dapat mengubah kondisi tersebut. “Untuk pertama kalinya si miskin memiliki pilihan untuk pergi ke rumah sakit dimana mereka merasa paling nyaman,” ujarnya. “Begitu anda memiliki asuransi yang bersedia untuk menanggung anda, dan banyak pasien yang juga dapat berobat ke rumah sakit swasta.”

Ia juga mengatakan proyek tersebut akan memberi insentif kepada rumah-rumah sakit swasta untuk meningkatkan fasilitasnya untuk menarik pasien. “Bayangkan anda memiliki 500 juta pelangan di depan pintu anda. Perusahaan mana yang akan menolak hal itu?”

Para profesional kesehatan menekankan inisiatif asuransi perlu bekerja bersama-sama dengan layanan utama kesehatan dengan kualitas yang lebih baik dan menyoroti rakyat miskin acap kali berakhir di rumah sakit karena mereka tidak mampu membayar pengobatan sehari-hari dan membeli obat.

Namun kebanyakan pusat pengobatan yang dikelola pemerintah “tidak berfungsi, minim peralatan, obat, dan staf yang memenuhi syarat,” ujar Balasubramaniam, spesialis kesehatan pada Yayasan Kesehatan Publik di New Delhi. “Anda membidik puncak piramida sementara pondasinya masih belum mapan.” Contohnya Shavan Kumar mungkin tidak perlu berobat ke rumah sakit di New Delhi apabila kondisi istrinya telah terdiagnosa sejak awal.

Namun di negara dimana pengeluaran pemerintah untuk perawatan kesehatan termasuk yang terendah di dunia – hanya 1 persen dari PDB – proyek ini telah menimbulkan harapan. “Apa yang telah dilakukan pemerintah dalam satu langkah adalah memperhatikan 500 juta rakyat pada saat yang sama. Saya sama sekali tidak sangsi bahwa perlu beberapa tahun sebelum proyek ini dapat stabil, namun niatnya sangat baik.” ujar Agarwal. [ww]

XS
SM
MD
LG