Tautan-tautan Akses

Hidup Sebagai Penerima DACA Memerlukan Keberanian


Alisha Marcial, putri Vicente Marcial Noyola, seorang orang tua tunggal dengan tujuh anak di AS yang ditangkap karena mengemudi tanpa SIM, terbawa perasaan emosional dalam demonstrasi di depan penjara kabupaten di Raleigh dimana ayahnya ditahan (foto: A. Barros/VOA).
Alisha Marcial, putri Vicente Marcial Noyola, seorang orang tua tunggal dengan tujuh anak di AS yang ditangkap karena mengemudi tanpa SIM, terbawa perasaan emosional dalam demonstrasi di depan penjara kabupaten di Raleigh dimana ayahnya ditahan (foto: A. Barros/VOA).

Demonstrasi kecil di depan penjara county di Raleigh menuntut pembebasan Vicente Marcial Noyola. Ayah tujuh anak itu ditangkap karena mengemudi tanpa SIM. Marcial Noyola adalah imigran gelap dari Meksiko dan kini menghadapi ancaman deportasi. Ia juga orang tua tunggal.

Alisha Marcial adalah anak perempuan Noyola

“Yang paling kecil kadang bertanya, dimana ayah dan kapan ia pulang, dan saya harus berpura-pura ia akan segera pulang dan semuanya akan baik-baik saja,” ujar Alisha Marcial.

Demonstrasi kecil itu emosional barangkali karena kesempatan untuk meyakinkan pihak berwenang imigrasi sangat kecil tapi hal itu tidak menghentikan penyelenggara Edith Galvan.

“Kami ingin ICE mencabut penahanan Noyola di Penjara Wake County, sehingga bisa pulang berkumpul dengan keluarga,” ujar penyelenggara demonstrasi, Edith Galvan. Ini adalah demonstrasi pertama yang dipimpin Galvan yang punya pengertian mengenai imigran gelap. Galvan adalah penerima DACA.

Meksiko, Galvan pindah ke North Carolina ketika ia masih berusia enam tahun. Ia kelas tiga SD ketika ibunya memberi tahu statusnya berbeda. Ia kemudian mengetahui mengenai DACA di SMU, membuatnya merasa akhirnya ia bisa menjadi warga Amerika.

“Pada saat semua teman-teman saya mencari SIM dan sebelum sebelum program itu saya sadar tidak bisa mendapat SIM dan memasang photo dengan SIM atau apa saja yang dilakukan yang lainnya,” imbuh Edith Galvan.

Tidak memenuhi syarat untuk mendapat beasiswa pemerintah, Galvan bisa ke perguruan tinggi swasta, Meredith College karena perguruan tinggi itu menyediakan beberapa bantuan dana sementara ayahnya membayar sisa uang kuliah. Ia bekerja 35 jam per minggu untuk membayar sewa rumah, makanan dan buku. Mahasiswa tahun pertama itu mengambil jurusan kerja sosial.

“Saya tertarik dengan keadilan sosial dan perubahan serta membantu semua orang, dan itulah alasan utamanya mengapa saya mengambil jurusan kerja sosial,” ujar Edith Galvan.

Meskipun masa depan DACA masih belum pasti, Galvan mengatakan ia tidak takut menceritakan keadaan dirinya dihadapan televisi. Ia juga tidak takut mengambil resiko demi kesejahteraan yang lainnya. [my/al]

XS
SM
MD
LG