Tautan-tautan Akses

Demonstrasi Berlangsung di Lebih Dari 65 Kota di AS


Demonstrasi menentang Presiden AS terpilih Donald Trump, di Alun-alun McPherson, di Washington (14/1). (AP/Jose Luis Magana)
Demonstrasi menentang Presiden AS terpilih Donald Trump, di Alun-alun McPherson, di Washington (14/1). (AP/Jose Luis Magana)

Kelompok minoritas, imigran dan politisi yang mendukung mereka mengatakan, mereka akan terus berjuang untuk hak-hak mereka, dan kompak bersatu.

Hanya beberapa hari sebelum pelantikan Donald Trump sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat, demonstrasi mendukung hak migran dan minoritas telah dimulai di lebih dari 65 kota di seluruh Amerika.

Gereja Metropolitan African Methodist Episcopal (AME) di Washington, DC, yang terkenal karena sejarah hak-hak sipilnya, dipadati warga. Kali ini untuk unjuk rasa mendesak Trump mundur dari beberapa kebijakan garis keras yang ia lontarkan selama kampanye.

Para pendukung migran berunjuk rasa, mendesak Trump untuk tidak melakukan deportasi massal dan harus mempertahankan program Deferred Action For Childhood Arrivals (DACA), yang telah membantu melindungi lebih dari 700.000 migran gelap yang masuk ke AS ketika anak-anak.

"Kami mempersatukan sesama kami, warga Amerika keturunan Afrika, Asia, dan Amerika Latin, untuk memperjuangkan reformasi migrasi. Kami percaya bahwa sekarang Partai Republik memiliki kesempatan karena mereka menuduh Presiden Obama yang menghentikan reformasi imigrasi. Sekarang mereka mendominasi Senat, Kongres, Gedung Putih...," ujar Gustavo Torres dari Casa de Maryland.

Demonstrasi "Here to Stay" dimulai Sabtu, hari libur federal dimana rakyat Amerika mengenang Dr. Martin Luther King Jr yang berjuang keras mengakhiri rasialisme dan meningkatkan hak-hak sipil pada tahun 1950-an sampai 1960-an.

Lebih dari 2.500 orang berkumpul di gereja untuk menghormati Martin Luther King dan menyatakan niat mereka untuk menolak kebijakan Trump yang mereka tentang. Warga AS, Maria Gomes, mengatakan:

"Saya di sini untuk mendukung orang-orang ini. Apakah Anda memiliki atau tidak memiliki dokumen, tidak peduli," ujar warga bernama Maria Gomes.

Dan seorang yang sudah lama menjadi warga AS, Tina Kesawong mengatakan: “Kami datang untuk berjuang dan kami mempunyai hak yang sama."

Selama kampanye sebelum pemilihan umum November, Trump bersumpah untuk mengakhiri program DACA, membangun tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko dan mendeportasi antara dua sampai tiga juta orang yang tinggal di negara ini tanpa izin, karena katanya, mereka penjahat.

Dia bersikeras program DACA, yang membantu anak-anak imigran tidak sesuai dengan Konstitusi. Ambar Pinto, seorang imigran gelap mengatakan: "Saya dan keluarga saya telah beberapa kali membicarakan tentang hak-hak kami di meja makan, tentang razia. Bagaimana jika petugas imigrasi menggerebek rumah kami? Kami sudah menyiapkan dokumen kami. Dan kami tahu apa yang harus dilakukan dalam kasus deportasi. Tetapi banyak keluarga di seluruh negara ini yang belum melakukan yang serupa."

Kelompok minoritas, imigran dan politisi yang mendukung mereka mengatakan, mereka akan terus berjuang untuk hak-hak mereka, dan kompak bersatu. [ps/al]

XS
SM
MD
LG