Tautan-tautan Akses

Model Kekebalan Tubuh Gunakan Sel Manusia dalam Tabung


Seorang petugas kesehatan memberikan vaksinasi demam kuning di Rio de Janeiro, Brazil (foto: ilustrasi). Para periset telah mulai mengembangkan model sistem kekebalan menggunakan sel-sel manusia yang disebut "in vitro booster vaccination ".
Seorang petugas kesehatan memberikan vaksinasi demam kuning di Rio de Janeiro, Brazil (foto: ilustrasi). Para periset telah mulai mengembangkan model sistem kekebalan menggunakan sel-sel manusia yang disebut "in vitro booster vaccination ".

Para periset telah mulai mengembangkan model sistem kekebalan menggunakan sel-sel manusia. Dan menurut para ilmuwan AS dan Inggris, teknik laboratorium ini seharusnya bisa membuat uji coba vaksin awal lebih cepat, aman dan murah.

Teknologi itu, yang diberi nama “in vitro booster vaccination”, juga bisa digunakan untuk mengobati sistem kekebalan yang terganggu atau memerangi patogen seperti Ebola.

Ketika sebuah patogen memasuki tubuh, sistem kekebalan membentuk antibodi yang menyerang patogen tertentu itu. Sebelumnya, ketika para ilmuwan ingin memicu agar sel-sel kekebalan dalam laboratorium memproduksi antibodi, sel-sel itu akan memproduksi segala macam antibodi. Kini para ilmuwan mampu memperoleh antibodi tertentu yang mereka inginkan dengan menggunakan partikel-partikel nano yang menghubungkan beberapa bagian aktif vaksin dengan molekul yang menstimulasi sistem kekebalan itu.

Studi itu dipimpin oleh Facundo Batista dari Institut Ragon di Cambridge, Massachusetts.

“Kita bisa membuat sel-sel ini dengan cepat dalam tabung, cawan Petri, untuk menjadi sel-sel yang memproduksi antibodi. Ini cukup penting, karena sebelumnya satu-satunya cara melakukan ini adalah dengan mengimunisasi manusia,” tutur Batista.

Ini merupakan riset yang menarik kata Dr. Matthew Laurens, yang mempelajari pengembangan vaksin di Universitas Maryland, dan tidak terkait dengan studi itu.

“Ini akan memungkinkan kandidat-kandidat vaksin untuk diujicoba lebih awal dan lebih cepat, dan hasilnya akan menunjukkan kepada para ilmuwan apakah sebuah kandidat vaksin perlu diteruskan atau diganti,” ujarnya.

Vaksinasi dalam tabung tidak hanya akan menghemat waktu dan uang, tapi juga tidak akan memerlukan uji coba pada manusia mengenai vaksin-vaksin yang pada akhirnya tidak efektif.

Selain uji coba vaksin, antibodi yang diproduksi oleh sistem-sistem kekebalan tabung ini bisa diberikan kepada para pasien yang sedang memerangi penyakit. Para ilmuwan sedang mencoba untuk mengidentifikasi antibodi yang menyerang segala jenis virus Ebola. Vaksinasi dalam tabung akan meningkatkan peluang mereka mengubah upaya itu menjadi terapi yang efektif. Riset itu diterbitkan pekan ini dalam The Journal of Experimental Medicine. [vm/jm]

XS
SM
MD
LG