Tautan-tautan Akses

WMO: 2018, Tercatat Sebagai Tahun Terpanas ke-4


Badan Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan tahun 2018 adalah tercatat sebagai tahun terpanas keempat (foto: ilustrasi).
Badan Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan tahun 2018 adalah tercatat sebagai tahun terpanas keempat (foto: ilustrasi).

Badan Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan tahun 2018 adalah tercatat sebagai tahun terpanas keempat, yang disebut sebagai pertanda jelas terjadinya perubahan iklim jangka panjang saat ini.

Dari pemecahan rekor suhu terpanas dalam empat tahun terakhir, tahun 2016 merupakan tahun yang terpanas. WMO mengatakan suhu global pada tahun itu mencapai rata-rata 1,2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Dikatakan peningkatan pemanasan di atmosfer dipengaruhi oleh badai El-Nino yang kuat, yang menyebabkan suhu laut di Pasifik tropis meningkat.

Temperatur pada tahun 2018 merosot menjadi 1 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri. Tetapi badan meteorologi menyatakan tingkat suhu pada tahun tertentu kurang penting dibandingkan dengan tren perubahan suhu udara dalam jangka panjang dalam mengukur perubahan iklim.

Menurut WMO, banyak faktor lainnya yang ikut mempengaruhi terjadinya perubahan iklim. Juru bicara WMO, Claire Nullis mengatakan perubahan cuaca ekstrim juga memainkan peranan penting.

“Jelas, ketika kita memasuki tahun 2019, kita melihat cuaca yang lebih ekstrem ... di berbagai belahan dunia, termasuk suhu udara dingin yang berbahaya dan ekstrem di Amerika Utara, rekor panas dan kebakaran hutan di Australia, suhu tinggi dan curah hujan di beberapa bagian Amerika Selatan," kata Nullis.

Saat Australia terpanggang dalam suhu udara terpanas pada bulan Januari, , rekor cuaca dingin mencengkeram bagian Amerika Serikat bagian timur. Nullis mengatakan suhu beku tidak membuktikan bahwa perubahan iklim sedang terjadi.

“Kita tidak hanya mengalami perubahan iklim. Kita mengalami perubahan cuaca setiap hari. Sekarang sedang musim panas di belahan bumi selatan. Jadi, kita berharap dapat merasakan suhu yang panas. Saat ini sedang musim dingin di belahan bumi utara. Kita berharap dapat merasakan suhu dingin. Tetapi, di belahan bumi selatan, kita lihat di sana tengah terjadi suhu panas yang ekstrem. Banyak rekor yang telah terpecahkan (karena peristiwa tersebut),” jelasnya.

Nullis menambahkan bahwa setiap gelombang panas tunggal tidak dapat dikaitkan dengan perubahan iklim. Namun dia mencatat bahwa panas ekstrem merupakan salah satu gejala perubahan iklim. Hal ini adalah salah satu fenomena yang diharapkan dari iklim yang tengah berubah. [es]

XS
SM
MD
LG