Tautan-tautan Akses

Warga Muslim Dunia Sambut Ramadan


Dekorasi lentera tradisional dan bulan sabit dipasang dan dinyalakan di distrik Seef Dubai menjelang bulan suci puasa Ramadhan, 11 April 2021. (Foto: AFP/Giuseppe Cacace)
Dekorasi lentera tradisional dan bulan sabit dipasang dan dinyalakan di distrik Seef Dubai menjelang bulan suci puasa Ramadhan, 11 April 2021. (Foto: AFP/Giuseppe Cacace)

Masih terus merebaknya pandemi virus corona dan berbagai pembatasan sosial yang diberlakukan tidak menyurutkan warga Muslim dunia menyambut kedatangan bulan suci Ramadan. Kami sajikan rangkumannya dari berbagai belahan dunia.

“Kami tidak dapat membeli apapun. Kami tanya berapa harga sawi, timun dan tomat. Kami biasanya membeli masing-masing lima kilogram, tetapi kini kami hanya mampu membeli masing-masing satu kilogram saja karena tidak mampu. Bagaimana kami dapat melewati bulan Ramadan ini? Kami tidak tahu.”

Samiyeh Al Turk, satu dari sekitar enam juta warga Lebanon yang dililit krisis ekonomi, tidak lagi mampu membeli makanan pokok karena melonjaknya harga sembako. Banyak warga tidak lagi mampu membeli daging atau bahkan sekadar manisan tradisional yang biasanya dimakan saat berbuka, karena harganya sudah tak terjangkau lagi.

Seorang pria meletakkan dekorasi Ramadhan di jalan menjelang bulan suci Muslim, selama lockdown akibat COVID-19 di Beirut, Lebanon, 19 April 2020. (Foto: Reuters)
Seorang pria meletakkan dekorasi Ramadhan di jalan menjelang bulan suci Muslim, selama lockdown akibat COVID-19 di Beirut, Lebanon, 19 April 2020. (Foto: Reuters)

Bulan Ramadan tahun ini hadir ketika Lebanon sedang diselimuti krisis ekonomi terburuk dalam sejarah modern negara itu, yang juga diperparah dengan berbagai pembatasan sosial terkait pandemi.Keputusan pemerintah untuk memberlakukan jam malam saat Ramadan guna mencegah perebakan luas COVID-19 telah menimbulkan kemarahan para pemilik restoran yang berharap mendapat sedikit keuntungan dari warga yang berbuka puasa di restoran mereka.​

Badan Amal Bantu Warga Lebanon Sambut Ramadan

Di tengah memburuknya krisis ekonomi ini, beberapa badan amal berupaya membantu dengan menyiapkan kotak-kotak makanan berisi sembako untuk dibagikan pada keluarga-keluarga miskin. Sanaa Al Arab, salah seorang sukarelawan di Li Beirut mengatakan.

“Kami mengawali pembentukan badan amal ini dari inisiatif perorangan, ada sejumlah orang berkecukupan yang membantu dan kemudian datang sejumlah sukarelawan. Kami siap membantu siapa pun hingga sampai di titik ketika tidak ada lagi orang yang membutuhkan sepotong roti, terutama saat bulan Ramadan ini.”

Irak Larang Warga Sholat Tarawih

Suasana muram yang sama juga tampak di Irak. Selama bertahun-tahun keluarga-keluarga Muslim membanjiri pasar Shorja di Baghdad, yang terkenal dengan manisan, bumbu masak dan teh. Warga juga membeli bahan-bahan kebutuhan pokok dan dekorasi rumah untuk memeriahkan datangnya bulan suci Ramadan.

Salah seorang pedagang di pasar itu, Mouhammad Ali, mengatakan “orang-orang yang biasanya memadati pasar, kini hanya 50 persen yang datang karena mereka takut dengan pembatasan sosial di pasar.”

Seorang konsumen, Abu Sayef, menceritakan bagaimana pandemi virus corona tidak saja membatasi warga untuk mengunjungi keluarga dan teman, tetapi juga membatasi mereka untuk menjalankan berbagai adat istiadat dan tradisi Irak.

Orang-orang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan bulan puasa Ramadhan di pasar grosir Shorja di Baghdad tengah, Irak, 6 Juni 2016. (Foto: Reuters)
Orang-orang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan bulan puasa Ramadhan di pasar grosir Shorja di Baghdad tengah, Irak, 6 Juni 2016. (Foto: Reuters)

Syeh Yilmaz Yusuf, seorang ulama di Masjid Sheikh Abdul Qadir Al Gilani di Baghdad mengatakan sholat tarawih di masjid pun tidak akan dilangsungkan karena masih tingginya jumlah kasus baru COVID-19 setiap hari.

Warga Yaman Bersihkan Jalan-Jalan

Di Yaman, negara Arab yang paling miskin di Timur Tengah karena terus berkecamuknya perang saudara, warga menyambut Ramadan dengan mewujudkan salah satu nilai penting dalam Islam, yaitu kebersihan. Ratusan warga bahu-membahu membersihkan jalan dan pemukiman warga.

“Sebagaimana diketahui bulan Ramadan adalah saatnya berbuat baik dan bersih, jadi kami keluar untuk mempersiapkan diri dalam segala bidang untuk menyambut bulan suci ini," kata Abdul Wahab Al Hamidi, salah seorang warga yang akhir pekan lalu ikut membersihkan jalan-jalan di Ibu Kota Sana'a.

"Pertama, kami memutuskan untuk memperkuat nilai-nilai kebersihan dalam diri kami, baik jalan, lingkungan pemukiman dan rumah kami, juga untuk membantu badan-badan pemerintah, di tengah agresi dan kurangnya produk turunan minyak bumi. Negara tidak dapat selalu turun tangan dalam melakukan pekerjaan ini," paparnya.

Warga mengakui dibanding tahun lalu, pasar-pasar tradisional di negara itu tahun ini jauh lebih sepi.

Meriahkan Ramadan, Warga Mesir Belikan Anak-anak Lentera

Suasana yang jauh lebih hidup tampak di Kairo, Mesir. Beberapa hari menjelang bulan suci Ramadan, banyak keluarga pergi ke berbagai pasar lokal untuk belanja sembako.

“Atmosfer Ramadan tahun ini jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Ketika itu, saat dimulainya pandemi virus corona, ada pemberlakuan jam malam. Atmosfernya jadi tidak baik. Tahun ini orang-orang lebih hati-hati, juga sudah ada vaksin. Terima kasih Tuhan.”

Tidak sedikit yang membelikan anak-anak mereka lentera kecil berwarna-warni yang dijual di pasar-pasar tradisional dengan harga murah.

Seorang pria Palestina memajang lentera untuk dijual di tokonya di kota Hebron, Tepi Barat, menjelang bulan suci Ramadan, 7 April 2021. (Foto: AFP/Hazem Bader)
Seorang pria Palestina memajang lentera untuk dijual di tokonya di kota Hebron, Tepi Barat, menjelang bulan suci Ramadan, 7 April 2021. (Foto: AFP/Hazem Bader)

“Kami datang untuk melihat-lihat lentera dan memberi beberapa, sebagaimana yang kami lakukan setiap tahun. Tahun lalu kami agak khawatir, tapi tahun ini kami memutuskan untuk menikmati suasana dan merayakan kedatangan Ramadan. Semoga semua akan baik-baik saja, tidak ada hal buruk yang terjadi dan gelombang ketiga COVID-19 ini akan berlalu sebagaimana gelombang-gelombang perebakan sebelumnya.”

Tahun lalu, ketika pemerintah menerapkan berbagai kebijakan untuk mencegah perebakan virus mematikan itu, warga Muslim tidak dapat melakukan ibadah sebagaimana mestinya. Masjid-masjid ditutup, sementara acara berbuka puasa bersama dan sholat tarawih dilarang. Tahun ini pasar-pasar di Mesir lebih rileks sehingga banyak warga membeli sembako dan kurma. [em/ah]

XS
SM
MD
LG