Tautan-tautan Akses

Wantim MUI Pastikan Netral pada Pemilu 2019


Ketua Wantim MUI, Din Syamsuddin bersama sejumlah tokoh agama Islam saat menyampaikan pernyataan sikap di Gedung MUI, Jakarta, Rabu, 30 Januari 2019. (Foto: Ahmad Bhagaskoro/VOA)
Ketua Wantim MUI, Din Syamsuddin bersama sejumlah tokoh agama Islam saat menyampaikan pernyataan sikap di Gedung MUI, Jakarta, Rabu, 30 Januari 2019. (Foto: Ahmad Bhagaskoro/VOA)

Puluhan organisasi keagamaan yang tergabung dalam Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia mengimbau semua pihak untuk mengutamakan persatuan dalam perhelatan pemilu 2019.

Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) mengambil sikap netral dalam pagelaran pemilihan umum 2019. Hal tersebut disampaikan setelah Rapat Pleno di Kantor MUI Pusat di Jakarta.

Ketua Wantim MUI, Din Syamsuddin mengatakan, lembaganya berkeinginan menjadi rumah bagi kedua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang akan berkontestasi pada 2019. Wantim MUI juga menyerukan agar para tokoh mengedepankan persatuan dalam pagelaran 5 tahunan ini.

"Yang bersifat melayani umat dan sebagai mitra strategis pemerintah, maka MUI tidak pada posisi mendukung atau tidak mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden," jelas Din Syamsuddin di Gedung MUI, Jakarta, Rabu (31/1).

Wantim MUI Pastikan Netral pada Pemilu 2019
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:52 0:00

Kendati netral, Din Syamsuddin mengatakan MUI memberikan dua kriteria pemimpin yang layak dipilih, baik itu calon presiden dan wakil presiden, maupun calon legislatif. Kriteria tersebut yaitu memperjuangkan kepentingan umat Islam dan memajukan bangsa Indonesia.

Sedangkan Pemimpin Pondok Darussalam Gontor Hasan Abdullah Sahal menambahkan agar umat Islam menggunakan hak politiknya dalam pemilu 2019. Menurutnya, orang Islam yang tidak memilih atau golput akan merugi.

"Kalau saya, golput itu rugi dan merugikan. Itu saja. Jadi kita sebagai bangsa Indonesia, sebagai umat yang memiliki hak, dan saya kira hak itu bisa meletakkan jati diri kita. Kalau kita golput, apalagi pada saat seperti ini, itu rugi dan merugikan," tutur Abdullah Sahal.

Menanggapi itu, pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengapresiasi seruan dan sikap yang diambil MUI. Menurutnya, hal tersebut penting untuk mencegah perpecahan di kalangan umat beragama pada pemilu 2019. Namun, ia menyarankan seruan dan sikap tersebut disampaikan secara terus menerus untuk menambah efek positif dalam masyarakat.

"Jangan hanya 1 kali MUI menyampaikan hal-hal seperti ini, harus beberapa kali. Sehingga masyarakat juga ingat tentang pesan damai dan partisipasi. Dan paling penting citra MUI menjadi terjaga," jelas Hendri Satrio saat dihubungi VOA.

Hendri Satrio yakin dengan dorongan MUI agar pemilih menggunakan hak pilihnya, angka golput dapat dikurangi atau minimal hampir sama dengan pemilu 2014. Adapun dalam pemilu 2009 dan 2014, mengalami kenaikan dari 28,3 persen menjadi 30 persen. [ab/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG