Tautan-tautan Akses

Vaksin Sinovac Terbukti Efektif 


Seorang perempuan bersiap menerima suntikan vaksin Sinovac selama program vaksinasi massal di Bursa Efek Indonesia di Jakarta. (Foto: REUTERS/Willy Kur
Seorang perempuan bersiap menerima suntikan vaksin Sinovac selama program vaksinasi massal di Bursa Efek Indonesia di Jakarta. (Foto: REUTERS/Willy Kur

Terbukti menurunkan risiko kesakitan dan kematian akibat COVID-19, pemerintah imbau masyarakat untuk segera mendapatkan vaksinasi COVID-19 dengan dosis lengkap.

Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan telah menyelesaikan hasil studi atau penelitian kajian cepat untuk mengetahui efektivitas vaksin COVID-19 Sinovac yang telah diberikan kepada tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia. Hasilnya, vaksin Sinovac memberikan proteksi di atas 90 persen.

Ketua tim peneliti Balitbangkes Kemenkes Pandji Dewantara menjelaskan, penelitian ini dilakukan pada periode 13 Januari-18 Maret 2021 dengan melibatkan 128.290 tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta, dengan rentang usia 33-35 tahun dan 60 persen berjenis kelamin perempuan.

“Kajian cepat ini kita menggunakan metode Kohor Restrospektif atau menelusuri riwayat setiap individu yang dilibatkan dalam penelitian ini, yakni apakah yang bersangkutan itu memiliki riwayat sakit COVID-19? Terkonfimasi positif berdasarkan tes swab PCR? Kemudian apakah yang bersangkutan memiliki riwayat perawatan karena COVID-19?,” ujar Pandji dalam telekonferensi pers di Jakarta, Rabu (12/5).

Hasil temuan pertama dikatakan bahwa vaksin COVID-19 Sinovac bisa menurunkan ataupun mengurangi risiko hingga 94 persen terkena COVID-19 bergejala pada individu yang menerima vaksin penuh atau dua dosis pada hari ke-28 hingga 63 hari setelah dosis kedua. Hasil penelitian juga menunjukkan dari total 28.055 nakes yang belum divaksin, 2.431 (8,66 persen) terinfeksi corona. Sedangkan dari total 8.458 orang yang baru menerima dosis pertama, 657 orang terinfeksi COVID-19 (7,76 persen). Lalu dari total 91.777 orang yang sudah menerima dua dosis vaksin Sinovac, hanya 521 (0,56 persen) yang terinfeksi corona bergejala.

Pandji menambahkan hasil temuan kedua membuktikan bahwa vaksin Sinovac ini dapat mencegah nakes sebesar 96 persen untuk dirawat akibat COVID-19. Dijelaskannya, dari total 28.055 yang belum divaksin, 102 nakes (0,36 persen) dirawat akibat terkena virus corona. Kemudian dari total 8.458 nakes yang sudah divaksinasi dosis pertama, 24 orang (0,20 persen) dirawat, dan tujuh orang (0,007 persen) harus dirawat akibat COVID-19 dari total 91.777 nakes yang sudah mendapatkan vaksinasi dengan dosis lengkap.

Seorang petugas membuka kotak vaksin COVID-19 SINOVAC (foto: ilustrasi).
Seorang petugas membuka kotak vaksin COVID-19 SINOVAC (foto: ilustrasi).

“Di sini juga ada indikasi bahwa sebetulnya vaksinasi lengkap sangat disarankan, karena jika kita melihat kembali bahwa vaksinasi pemberian dosis pertama itu belum cukup melindungi, meskipun itu sudah cukup berbeda dengan kelompok yang belum divaksin. Namun apabila, masyarakat maupun Bapak/Ibu yang sudah menerima vaksinasi penuh atau lengkap itu akan jauh lebih efektif dalam menurunkan risiko terkena COVID-19 maupun resiko perawatan kena COVID-19,” paparnya.

Hasil temuan ketiga, dikatakan vaksin yang berasal dari China ini bisa mencegah kematian sebesar 98 persen akibat COVID-19. Tercatat, dari total 28.055 nakes yang belum divaksin sebanyak 17 orang (0,66 persen) meninggal dunia. Lalu, sebanyak tiga orang (0,03 persen) yang baru menerima dosis pertama juga meninggal dunia akibat virus ini dari total 8.458. Sedangkan, dari total 91.777 nakes yang sudah mendapatkan suntikan vaksin Sinovac secara lengkap, satu orang (0,001 persen) dilaporkan meninggal dunia.

“Dari data yang kita olah itu hanya terlaporkan satu individu yang mendapatkan vaksinasi lengkap tercatat meninggal karena COVID-19. Dari tabel dilihat bahwa persentase individu yang mendapatkan vaksinasi dosis lengkap jauh lebih kecil peluang untuk meninggal karena COVID-19,” tuturnya.

Seorang petugas bersiap menyuntikkan vaksin Sinovac di Denpasar, Bali (foto: dok).
Seorang petugas bersiap menyuntikkan vaksin Sinovac di Denpasar, Bali (foto: dok).

Ia menekankan, kajian cepat ini dilakukan berdasarkan data-data sekunder, di mana data-data yang diolah merupakan data yang bersumber dari Kemenkes yakni antara lain pelaporan ataupun pencatatan COVID-19 dari pihak Kemenkes, data-data perawatan yang tercatat di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan yang datanya terkumpul di Kemenkes, dan juga data kematian yang berada di luar database tersebut. Maka dari itu, ia mengatakan bahwa kajian ini memang memiliki beberapa keterbatasan. Meski begitu, ia yakin penelitian ini bisa menjadi pedoman bagi pemerintah untuk menentukan langkah strategis yang harus diambil guna mengatasi dan mengendalikan situasi pandemi COVID-19 di tanah air.

“Berdasarkan hasil tersebut maka kita dapat simpulkan bahwa pesan dari penelitian ini bahwa sebetulnya pemberian vaksinasi dosis lengkap itu secara signifikan dapat menurunkan risiko dan mencegah COVID-19 bergejala, bahkan hingga hari ke-63 dan juga dapat menurunkan risiko perawatan dan kematian karena COVID-19 sampai 98 persen dibandingkan pada individu yang baru menerima dosis pertama,” jelasnya.

Pemerintah Imbau Masyarakat agar Segera Mendapatkan Vaksin COVID-19

Dalam kesempatan yang sama, juru bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi mengimbau masyarakat untuk tidak ragu mengikuti program vaksinasi massal COVID-19, karena sudah terbukti melindungi tenaga kesehatan di atas 90 persen.

Juru bicara Vaksinasi COVID-19, Siti Nadia Tarmidzi
Juru bicara Vaksinasi COVID-19, Siti Nadia Tarmidzi

“Jadi tentunya mengingatkan kembali untuk pada waktunya nanti, kita tidak perlu memilih vaksin mana yang akan kita dapatkan,” ungkap Nadia.

Ia menjelaskan dari total sasaran vaksinasi COVID-19 di Indonesia sebanyak 181,5 juta, hingga saat ini pemerintah sudah menyuntikkan 22,5 juta dosis. Dari jumlah tersebut 13,6 juta orang sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19, di mana baru 8,8 juta orang yang baru mendapatkan vaksinasi dengan dua dosis atau dosis lengkap, atau baru lima persen dari target sasaran.

Maka dari itu, pihaknya tetap mengingatkan masyarakat untuk selalu disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Apalagi, kata Nadia, potensi kenaikan kasus sudah di depan mata mengingat masih banyak masyarakat yang nekat mudik meskipun sudah dilarang oleh pemerintah.

“Kita harus melihat juga bahwa dalam satu bulan terakhir, ada peningkatan kasus COVID-19 maupun tingkat keterisian tempat perawatan baik itu untuk isolasi maupun ICU. Kita ingatkan kembali kepada masyarakat bahwa walaupun sudah divaksinasi risiko terpapar dan tertular COVID-19 masih memungkinkan. Dengan adanya arus mudik dan arus balik, sangat berpotensi terjadinya lonjakan kasus. Lalu kita tahu adanya varian baru yang sudah kita temukan ini juga akan menambah kemungkinan terjadi lonjakan kasus pasca Idulfitri. Ini tentunya menjadi kewaspadaan kita, untuk segera mendapatkan vaksinasi, dan tetap jalankan protokol kesehatan,” ujarnya. [gi/ka]

Recommended

XS
SM
MD
LG