Tautan-tautan Akses

Selama Pandemi Corona, Banyak Kebutuhan Anak Terabaikan


Anak-anak mengenakan masker menerima bantuan makanan gratis di tengah pandemi virus corona (Covid-19) di Jakarta, 14 Mei 2020. (Foto: Reuters)
Anak-anak mengenakan masker menerima bantuan makanan gratis di tengah pandemi virus corona (Covid-19) di Jakarta, 14 Mei 2020. (Foto: Reuters)

Anak-anak adalah salah satu kelompok paling rentan terdampak wabah virus corona. Selama ini perhatian dan bantuan untuk anak masih sangat kurang, karena lebih banyak diberikan kepada masyarakat secara umum. 

Dampak pandemi virus corona tidak hanya dialami orang dewasa, melainkan juga anak-anak. Hak anak untuk bersekolah tercerabut akibat wabah corona, sehingga anak harus ikut tinggal dan belajar di rumah.

Kondisi seperti ini menurut Direktur Eksekutif Yayasan Arek Lintang (ALIT), Yuliati Umrah, seringkali menempatkan anak pada urutan terbawah yang harus mendapatkan perhatian maupun bantuan.

Yayasan ALIT bersama sejumlah elemen masyarakat baru-baru ini menyalurkan perlengkapan pribadi dan kesehatan anak, seperti peralatan mandi, penyanitasi tangan, hingga permainan edukatif, sebagai bentuk perhatian pada anak yang selama ini belum banyak diperhatikan.

Sejumlah anak mendapatkan bantuan hygine kit for kid dan permainan edukatif di Surabaya, Jawa Timur, 19 Mei 2020. (Foto: Petrus Riski/VOA)
Sejumlah anak mendapatkan bantuan hygine kit for kid dan permainan edukatif di Surabaya, Jawa Timur, 19 Mei 2020. (Foto: Petrus Riski/VOA)

Kebersihan dan kesehatan anak perlu mendapat perhatian, karena anak termasuk kelompok rentan. Apalagi selama ini bantuan hanya untuk keluarga dan secara umum dewasa.

"Karena kita lihat semua orang sibuk dengan mencari sembako, oke itu bagus sekali. Tapi bagaimana dengan kebutuhan pribadi anak-anak, ini tidak ada yang menyentuh baik pemerintah maupun lembaga non-pemerintah," kata Yuliati Umrah.

Yuliati mengatakan, selama pandemi corona, kesempatan anak untuk belajar dan bermain menjadi terhambat. Sementara, para orang tua tidak sepenuhnya mampu mendampingi anak-anak untuk belajar di rumah, maupun bermain bersama untuk mengatasi kebosanan.

Permainan edukatif, menurut Yuli, dapat menjadi salah satu sarana menghadirkan kegembiraan pada anak dan sekaligus mengurangi beban pikiran orang tua yang terdampak ekonomi akibat corona.

“Ketika anak di rumah, apa yang dilakukan, apa yang bisa disupport, jangan hanya bilang senang di rumah tapi apa dukungannya," ujar Yuli.

Seorang pelajar SD sedang mengerjakan ujian dari rumah di masa pandemi corona, di Surabaya, 12 Mei 2020. (Foto: Petrus Riski/VOA)
Seorang pelajar SD sedang mengerjakan ujian dari rumah di masa pandemi corona, di Surabaya, 12 Mei 2020. (Foto: Petrus Riski/VOA)

Yuli memaparkan Yayasan ALIT memilih permainan tradisional agar anak-anak bisa bermain dengan ibunya atau dengan anak-anak tetangga.

"Karena ketika anak senang di rumah, bahagia di rumah dengan alat-alat itu, maka ini juga mengurangi beban stres orang tua karena kekurangan sumber ekonomi. Paling tidak, ketika anak-anak bahagia di rumah, kondisi keluarga juga jauh lebih optimis," katanya.

Yuliati Umrah menambahkan kelompok Dasa Wisma di setiap kampung atau rukun warga (RW) perlu dioptimalkan, untuk bersama-sama saling mendukung agar tidak ada anak yang terlantar di sekitarnya, atau bahkan menjadi korban aksi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Menurut data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur, sedikitnya ada 401 laporan kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak selama Januari hingga April 2020. Data ini juga menyebut sebanyak 32 persen anak di Jawa Timur, tidak didampingi oleh orang tuanya selama pandemi corona ini.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur Andriyanto telah melakukan sejumlah upaya untuk mencegah dan mengadvokasi terjadinya kekerasan pada perempuan dan anak. Salah satunya dengan aktif memberikan informasi dan pengetahuan kepada anak maupun orang tua, untuk bersama-sama menjaga keluarga dari perilaku kekerasan.

Para pelajar sedang mengikuti pembelajaran di ruang komputer. (Foto: Petrus Riski/VOA)
Para pelajar sedang mengikuti pembelajaran di ruang komputer. (Foto: Petrus Riski/VOA)

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), kata Andriyanto, mempunyai program yang dinamai "Sepuluh Aksi Berjarak, Bersama Jaga Keluarga Kita." Program itu untuk memberi informasi-informasi yang baik dan menyejukkan untuk anak-anak.

"Kemudian mereka itu diberi konten-konten bagaimana bisa bercerita, kemudian dia bisa kerasan di rumah, bagaimana membina hubungan baik antara orang tua dengan anak, dan seterusnya. Jadi memang sementara kita memberikan informasi itu,” ujar Andriyanto.

Andriyanto juga mendorong adanya perhatian pada anak selama pandemi corona, salah satunya dengan pemberian nutrisi atau makanan bergizi melalui pendanaan yang ada di lintas sektor. Dengan tetap menjaga kondisi kesehatan dan nutrisi pada anak, diharapkan setiap keluarga mampu bertahan menghadapi pandemi corona.

Selama Pandemi Corona, Banyak Kebutuhan Anak Terabaikan
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:26 0:00

“Ini yang kita harapkan dari dana desa dan sebagainya, bagaimana mampu supaya tidak lupa persoalan ini. Sebenarnya stunting ini kan sudah agak lama, tetapi jangan sampai melupakan," ujarnya.

Ia menambahkan jangan sampai pandemi Covid-19 menjadi pembenaran untuk tidak memberikan makanan bergizi kepada anak.

"Kalau seandainya konsisten bahwa seluruh Indonesia itu, pastilah akan memberikan kepada anak itu berupa makanan terutama adalah protein hewani,” katanya. [pr/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG