Tautan-tautan Akses

Satgas Covid-19 Akui Belum Bisa Kendalikan Laju Penularan Corona


Petugas medis mengambil sampel rapid test dari pedagang di pasar tradisional untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 di Semarang, Jawa Tengah, 22 Mei 2020. (Antara Foto/Aji Styawan/ via REUTERS)
Petugas medis mengambil sampel rapid test dari pedagang di pasar tradisional untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 di Semarang, Jawa Tengah, 22 Mei 2020. (Antara Foto/Aji Styawan/ via REUTERS)

Setelah enam bulan dilanda pandemi, pemerintah mengakui belum bisa menekan laju penyebaran Covid-19.

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, Indonesia sejak awal memang tidak siap menghadapi perebakan virus corona. Seiring dengan berjalannya waktu, pemerintah mengklaim telah mampu mengendalikan dan menekan laju penularan Covid-19. Namun belakangan pemerintah mengubah pernyataannya setelah diketahui adanya peningkatan jumlah kasus baru secara signifikan akhir-akhir ini.

“Namun demikian, beberapa minggu terakhir ini terlihat peningkatan jumlah kasus yang cukup signifikan dan ini semua tentunya yang dulunya kita bisa kendalikan sekarang terjadi kondisi yang mengkhawatirkan. Apa artinya ini semuanya? ini semua. Artinya bahwa kita sebenarnya belum berhasil menekan dan mencegah penularan secara konsisten, secara nasional dan ini adalah menjadi tugas kita semuanya tidak hanya pemerintah tapi juga seluruh warga masyarakat,” ungkap Wiku dalam Telekonferensi Pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/9).

Satgas Covid-19 Akui Belum Bisa Kendalikan Laju Penularan Corona
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:04 0:00

56 Persen Kasus Kumulatif Covid-19 Terpusat di Pulau Jawa

Wiku menjelaskan, sebanyak 56 persen kasus kumulatif Covid-19 berasal dari Pulau Jawa. Pertama, dari DKI Jakarta yang memiliki 43.400 kasus per 3 September Kedua, dari Jawa Timur dengan jumlah kasus kumulatif mencapai 34.655. Ketiga, dari Jawa Tengah yang kasus kumulatifnya tercatat 14.670.Keempat, dari Jawa Barat yang kasus kumulatif virus corona sudah mencapai 11.719.

Seorang petugas medis mengecek peralatan medis di rumah sakit darurat untuk pasien COVID-19 di Wisma Atlet, Kemayoran, 23 Maret 2020. (Foto: Antara via Reuters)
Seorang petugas medis mengecek peralatan medis di rumah sakit darurat untuk pasien COVID-19 di Wisma Atlet, Kemayoran, 23 Maret 2020. (Foto: Antara via Reuters)

Meski jumlah kasus meningkat, Satgas Covid-19 berusaha menurunkan tingkat okupansi di berbagai rumah sakit rujukan Covid-19 di seluruh Indonesia sehingga bisa mencapai di bawah 60 persen. Pihaknya, Kementerian Kesehatan dan juga Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) akan melakukan redistribusi pasien dengan kategori ringan dan sedang ke RS darurat yang ada, seperti RS Darurat Wisma Atlet di DKI Jakarta.

Pada Agustus dan September, ujar Wiku tingkat keterpakaian tempat tidur baik di ruang isolasi maupun ICU mengalami peningkatan. Tingkat okupansi di ruang isolasi paling tinggi tercatat di Bali, DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan Jawa Tengah., seementarapersentase paling tinggi keterpakaian tempat tidur di ruang ICU tercatat di DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat (NTB) Papua dan Kalimantan Selatan.

Satgas pun mengimbau kepada seluruh RS untuk merasionalisasikan beban kerja tenaga kesehatan agar tidak mengalami kelelahan. Tenaga medis yang memiliki penyakit penyerta disarankan untuk tidak menangani pasien Covid-19.

Jubir Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam telekonferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/9) Akui Pemerintah Belum Bisa Tekan Laju Penyebaran Virus Corona di Indonesia. (Foto: Setpres RI)
Jubir Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam telekonferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/9) Akui Pemerintah Belum Bisa Tekan Laju Penyebaran Virus Corona di Indonesia. (Foto: Setpres RI)

“Kami terus mendorong bersama Satgas, Persi (Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia, red) dan Kementerian Kesehatan agar betul-betul dapat merealisasikan redistribusi beban penyiapan fasilitas tempat tidur dari rumah sakit rujukan agar keadaan ini bisa tertangani. Tapi saat yang sama kita harus memastikan anggota masyarakat agar betul-betul menerapkan protokol kesehatan sehingga tidak sakit dan tidak membebani pelayanan kesehatan yang ada karena jumlah fasilitas pelayanan kesehatan maupun tenaga kesehatan yang ada di Indonesia dalam jumlah yang terbatas,” jelasnya.

Pemda Diminta Cari Solusi untuk Tekan Kasus Covid-19

Wiku mengapresiasi kebijakan dari pemerintah kota (pemkot) Bogor, dan Depok, Jawa Barat yang memberlakukan jam malam dalam upaya menekan laju penularan Covid-19. Ia berharap kebijakan-kebijakan serupa bisa dilakukan oleh pemerintah daerah lainnya agar kasus baru Covid-19 tidak semakin bertambah.

“Hal seperti inilah yang harus dilakukan oleh pemda sebagai satgas di tingkat kab/kota atau provinsi agar segera mengambil langkah cepat, agar kondisinya terkendali. Karena pada saat membuka aktivitas sosial atau ekonomi selalu melalui tahapan prakondisi, timing, prioritas, dan berkoordinasi dengan pusat, dan juga melakukan monitoring/evaluasi. Dari monitoring evaluasi yang dilakukan ini dan disikapi dengan cepat oleh pemda adalah cara yang paling tepat untuk betul-betul dapat mengurangi penularan. Jadi silakan pemda mencari solusi untuk menekan kasusnya di masing-masing daerah,” ujarnya.

Kasus Corona di Indonesia Capai 184.268

Penambahan kasus harian Covid-19 kembali mencapai rekor, Kamis (3/9). Indonesia kini memiliki 184.268 kasus Covid-19, setelah ada penambahan 3.622 kasus baru hari ini.

Selain itu, dilaporkan ada 2.084 pasien yang sudah diperbolehkan pulang hari ini, sehingga total pasien yang telah pulih mencapai 132.055.

Jumlah kematian masih terus meningkat. Sebanyak 134 orang meninggal dunia, sehingga jumlah total penderita yang meninggal pun menjadi 7.750. Sementara itu jumlah suspek yang sedang dipantau kini mencapai 84.071. [gi/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG