Tautan-tautan Akses

Putin: Sanksi Lebih Lanjut terhadap Korut 'Tidak Efektif'


Presiden Rusia Vladimir Putin pada KTT negara-negara BRICS di Xiamen, China, Selasa (5/9).
Presiden Rusia Vladimir Putin pada KTT negara-negara BRICS di Xiamen, China, Selasa (5/9).

Rusia dan China mengatakan, langkah-langkah untuk memperketat sanksi lebih lanjut terhadap Korea Utara setelah uji coba nuklirnya yang terakhir, tidak akan banyak membantu mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea. Kedua negara juga memperingatkan tentang bahaya intervensi militer di sana.

Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan Selasa (5/9), sanksi yang lebih ketat tidak masuk akal dan tidak akan mengubah kepemimpinan di Korea Utara. Langkah seperti itu, kata Putin, akan menyebabkan penderitaan manusia berskala besar.

Putin juga memperingatkan sebuah "malapetaka global" jika, apa yang disebutnya, “histeria militer seputar Korea Utara yang terus meningkat.” Putin berbicara dengan wartawan di Xiamen, China pada akhir pertemuan puncak pemimpin kelompok BRICS dari lima negara berkembang utama: Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.

Pada hari Minggu, tepat ketika pertemuan BRICS dimulai di kota pesisir tenggara China itu, Korea Utara melakukan uji coba nuklir keenam dan paling kuat. Para pemimpin yang menghadiri pertemuan itu mengecam uji coba tersebut, namun China bergerak cepat untuk mengalihkan perhatian atas Korea Utara dari pertemuan itu.

Putaran sanksi yang paling baru tidak hanya berdampak pada Korea Utara, tetapi juga untuk bisnis di timur laut China, yang mempunyai perbatasan 1.400 kilometer lebih dengan Korea Utara dan merupakan mitra dagang terbesar negara yang terkucil itu.

Kemudian, dalam sebuah briefing, Kementerian Luar Negeri China mengulangi pendiriannya bahwa perundingan damai adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah dan mengundang saran atau usulan yang bisa membantu pemulihan perundingan, yang telah terhenti selama hampir satu dasawarsa. Dikatakan China siap membahas sanksi baru di Dewan Keamanan PBB, dimana China menjadi anggota, bersama dengan Rusia dan Amerika.

Presiden China, Xi diam dalam masalah tersebut ketika berbicara dengan media dan pada pertemuan puncak itu, dan ini merupakan peluang yang hilang untuk Beijing memainkan peran lebih besar dalam menyelesaikan krisis tersebut. Tetapi Presiden Rusia Putin tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Pada sebuah konferensi pers, Putin dengan jelas membeberkan pandangan Rusia mengenai Korea Utara serta berbagai isu lainnya mulai dari Ukraina sampai perlakuan diplomat Rusia di Amerika.

Langkah-langkah Rusia itu yang tampaknya hendak memainkan peran yang lebih menonjol dalam menanggapi Korea Utara bukan merupakan petunjuk bahwa fihaknya hendak bersaing dengan China. Lebih besar kemungkinannya, menurut pengamat, Rusia memanfaatkan isu Korea Utara itu untuk menyerang (menohok) Amerika. [ps/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG