Tautan-tautan Akses

Pusat Dukung Penuh Kebangkitan Pariwisata Lombok


Sejumlah pekerja membersihkan bagian hotel yang rusak parah di kawasan wisata Senggigi, Lombok, 9 Agustus 2018. (Foto: Nurhadi Sucahyo)
Sejumlah pekerja membersihkan bagian hotel yang rusak parah di kawasan wisata Senggigi, Lombok, 9 Agustus 2018. (Foto: Nurhadi Sucahyo)

Satu bulan pasca gempa besar yang mengguncang Lombok, sektor pariwisata masih harus banyak berbenah. Pemerintah pusat pun turun tangan untuk mempercepat langkah itu.

Khaeruddin, warga Kecamatan Pemenang, Lombok Utara sebelum gempa bekerja sebagai tukang bangunan di Gili Trawangan. Pulau kecil itu belakangan menjadi surga wisatawan dan berkembang begitu cepat. Hotel, restoran dan sarana lain terus dibangun, dan Khaeruddin menggantungkan rezeki keluarganya dari sana dan berharap hidupnya lebih baik ke depan. Namun, gempa besar 5 Agustus 2018 memupus untuk sementara harapan itu.

“Waktu itu saya sedang bekerja di Gili Trawangan, istri dan anak saya di kampung. Saya tidak tahu kalau rumah saya rusak. Pagi pukul 9 saya baru keluar dari Gili Trawangan lihat kampung hancur semua, untung istri dan anak-anak saya selamat. Kita biasa menginap di Gili Trawangan kalau sedang banyak pekerjaan. Karena gempa ini, sekarang saya pulang kampung,” kata Khaeruddin.

Hanya sehari setelah gempa terjadi, Khaeruddin kehilangan pekerjaan dan pulang ke kampungnya. Kini dia mengungsi dan mengisi hari dengan mengumpulkan sisa material rumah yang masih bisa dipakai. Sebagai tukang bangunan, dia berharap bisa membuat rumah sementara yang lebih layak sebelum dana bantuan pembangunan rumah dari pemerintah turun.

Khaeruddin di depan rumahnya yang rusak di Pemenang, Lombok Utara, 10 Agustus 2018. Dia bekerja sebagai tukang bangunan di Gili Trawangan dan sekarang menganggur. (Foto:Nurhadi Sucahyo)
Khaeruddin di depan rumahnya yang rusak di Pemenang, Lombok Utara, 10 Agustus 2018. Dia bekerja sebagai tukang bangunan di Gili Trawangan dan sekarang menganggur. (Foto:Nurhadi Sucahyo)

Kepada VOA, I Komang Sarjana, General Manager Hotel Sudamala, Senggigi menyatakan, mereka hingga saat ini belum siap menerima kunjungan wisatawan. Masih butuh renovasi hotel di berbagai bagian.

Tidak hanya Sudamala, banyak hotel di kawasan Senggigi yang mengalami kerusakan parah dan dipastikan tidak dapat melayani tamu hingga beberapa bulan ke depan. Restoran Olah-Olah yang juga dikelola Komang Sarjana nasibnya tak jauh beda, begitu pula banyak resto, klub, dan kafe di sepanjang jalan Pantai Senggigi dan sekitarnya.

“Kami langsung memutuskan untuk melakukan renovasi, karena ada beberapa kerusakan di kamar-kamar. Kami tutup, rencananya akan sampai Februari tahun depan karena rusaknya lumayan parah, di hotel-hotel lain juga kondisinya sama,” ujar I Komang Sarjana.

“Kalau yang rusak ringan, mungkin akan tutup dua atau tiga bulan saja. Rata-rata hotel disini sedang sepi sekali, kalaupun ada yang bisa operasional juga tidak ada tamu yang datang,” katanya.

Lokasi Senggigi dan sejumlah pantai terkenal lain di Lombok memang cukup dekat dengan pusat gempa di Lombok Utara. Di samping itu, kawasan perbukitan yang tepat berada di belakang Senggigi memiliki resiko tersendiri. Bebatuan sering jatuh dari atas bukit, begitu juga longsoran kecil di sepanjang jalan kerap terjadi.

Meski begitu, pemerintah meyakini bahwa pemulihan sektor pariwisata Lombok bisa dilakukan lebih cepat. Dalam pertemuan koordinasi Kementerian Pariwisata, Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan di Yogyakarta pekan lalu, problem tersebut menjadi salah satu tema perbincangan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dalam keterangan resmi kepada media menyatakan, rapat koordinasi dilakukan untuk memperbaiki pola pengambilan keputusan. Dalam kesempatan di Yogyakarta kali ini, sektor pariwisata Lombok mendapat perhatian lebih.

Luhut mengatakan, dalam rapat bersama di Kantor Wapres pekan lalu, telah diterima informasi dari daerah bahwa Gili Meno dan Gili Trawangan kini mulai bisa menerima kedatangan wisatawan kembali. Luhut menjanjikan penanganan lebih komprehensif untuk membantu Lombok bangkit.

“Penanganan turis di Lombok sekitarnya sudah mulai berjalan, dan kita bersyukur kebetulan kawasan Mandalika, tempat tujuan wisata yang baru itu tidak terkena dampak dari gempa,” kata Luhut.

“Dalam rapat ini kita telah sepakati penanganan bencana harus terintegrasi supaya semua bagus. Karena kelemahan kita selalu kerja per sektor, makanya ada disini ada Menteri Perhubungan, Pariwisata, PUPR, dan Keuangan. Semua tergabung, sehingga kami bisa memutuskan apa saja untuk menyelesaikan masalah itu,” ujarnya.

Kementerian Pariwisata sendiri menetapkan program pemulihan pariwisata dengan tiga fokus, yaitu pemulihan sumber daya manusia (SDM), destinasi, dan pemasaran. Pelaku wisata telah menerima bimbingan khusus dari berbagai pihak.

Menteri Pariwisata Arief Yahya juga melobi Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar bersedia melunakkan aturan, termasuk menurunkan bunga pinjaman.

Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam kunjungan ke Lombok, 29 Agustus 2018.(Foto: Humas Kemenpar)
Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam kunjungan ke Lombok, 29 Agustus 2018.(Foto: Humas Kemenpar)

Arief Yahya juga meminta Gubernur NTB segera mengusulkan pembangunan kembali fasilitas wisata ke kementerian.

“Jangan biarkan Teluk Nara dan fasilitas lainnya hancur terlalu lama. Saya harap pemulihan sektor pariwisata Lombok dan Sumbawa selesai dalam waktu 3 bulan,”kata Arief Yahya dalam kunjungan bersama Tim Crisis Center Kemenpar di Lombok pada 30 Agustus lalu.

Kabupaten Lombok Utara menggantungkan 60% pendapatan daerahnya dari sektor pariwisata. Untuk mendukung pemulihan, dalam keterangan yang dikirim kepada VOA, Kemenpar menyatakan telah menyiapkan anggaran dukungan promosi pariwisata NTB, khususnya Lombok Utara, dengan anggaran Rp 20 miliar.

Wakil Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB, Lalu Abdul Hadi Faishal, mengaku terus melakukan langkah promosi untuk mengembalikan kepercayaan dunia luar. Hadi bahkan turut langsung mengantar jenazah Siti Nur Lesmawida Ismail, wisatawan muda asal Malaysia yang meninggal ketika mendaki di Gunung Rinjani. Malaysia memiliki peran penting dalam upaya ini, karena tahun lalu sekitar 55 ribu warganya berwisata ke Lombok.

“Saat mengantar jenazah, hadir pula Deputy Perdana Menteri Malaysia Dato’ Seri DR Wan Azizah Wan Ismail di Masjid Al Rahimah, Kuala Lumpur. Dukungan diberikan pula oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Syed Saddiq Abdul Rahman, yang mengajak seluruh rakyat Lombok untuk bangkit,” kata Hadi kepada VOA.

Pusat Dukung Penuh Kebangkitan Pariwisata Lombok
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:19 0:00

Recommended

XS
SM
MD
LG