Tautan-tautan Akses

Protes Besar-Besaran Gagal Guncang Reputasi Presiden Filipina


Para pemrotes membakar patung kubus dengan wajah Presiden Rodrigo Duterte pada Hari Peringatan Nasional di luar istana presiden di metro Manila, Filipina, 21 September 2017. (Foto: dok)
Para pemrotes membakar patung kubus dengan wajah Presiden Rodrigo Duterte pada Hari Peringatan Nasional di luar istana presiden di metro Manila, Filipina, 21 September 2017. (Foto: dok)

Ribuan orang berunjuk rasa di Manila pekan lalu sehubungan dengan penegakan hukum oleh pemerintah yang dianggap sangat keras. Tetapi hanya ada sedikit petunjuk bahwa presiden kehilangan dukungan yang luas.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte menghadapi gelombang terbesar protes masyarakat terhadapnya, yang digerakkan oleh ketakutan akan penetapan situasi darurat dan kemarahan atas berbagai laporan bahwa polisi membunuh remaja dalam kampanye antinarkoba. Tetapi para analis memperkirakan popularitas Duterte akan tetap kuat.

Mereka mengatakan bahwa Duterte, presiden berusia 72 yang perkataannya keras itu akan mempertahankan tingkat popularitasnya yang tinggi karena mayoritas warga Filipina merasa sekarang ini lebih aman daripada masa-masa sebelum ia mulai menjabat 15 bulan silam.

“Ketidakpercayaan mengenai hal ini meningkat karena polisi praktis menarget siapa saja, tetapi pada umumnya masyarakat justru setuju dengan cara perang melawan narkoba itu dilakukan,” kata Herman Kraft, ilmuwan politik di University of the Philippines Diliman.

Kamis pekan lalu, ribuan orang, termasuk mahasiswa dan anggota partai oposisi, berunjuk rasa di Manila menentang apa yang mereka anggap sebagai kebijakan penanganan ekstrakeras dalam kampanye melawan obat-obat terlarang.

Ratusan polisi dikerahkan untuk mengawasi demonstrasi, yang bertepatan waktunya dengan peringatan ditetapkannya situasi darurat militer oleh mantan presiden Ferdinand Marcos pada tahun 1972. Berbagai demonstrasi yang lebih kecil berlangsung di Manila sebelumnya bulan ini.

Sejumlah demonstran membandingkan Duterte dengan Marcos, yang menetapkan situasi darurat militer dan mengekang kebebasan rakyat.

Mereka meyakini Duterte telah membiarkan pembunuhan di luar proses hukum oleh polisi sebagai bagian dari kampanye yang diluncurkan tahun lalu untuk memberantas perdagangan narkoba dalam waktu enam bulan. Organisasi HAM Human Rights Watch yang berbasis di New York memperkirakan ada 7.000 pembunuhan di luar proses hukum di bawah pemerintahan Duterte.

Partai Liberal yang beroposisi menyatakan pendapat di situs Internetnya mengenai pembunuhan tersebut. Jika serius menyelesaikan masalah itu, pemerintah seharusnya mengizinkan sebuah badan independen yang tidak memihak untuk melakukan penyelidikan mengenai pembunuhan-pembunuhan tersebut agar ini lebih kredibel bagi masyarakat, sebut partai itu.

Duterte juga menetapkan situasi darurat di Mindanao, pulau di bagian selatan, hingga akhir tahun ini, untuk membantu pasukan pemerintah dalam memerangi kelompok pemberontak Muslim bersenjata di Kota Marawi. Pemberlakuan jam malam dan pos-pos pemeriksaan di jalan-jalan Mindanao menimbulkan kekhawatiran bahwa Duterte akan meluaskan situasi darurat itu ke daerah-daerah lain di Filipina.

Jajak pendapat Global Attitudes Survey yang dilakukan pada semester pertama 2017 mendapati bahwa 86 persen orang Filipina menyetujui presiden mereka dan 78 persen mendukung caranya menangani peredaran obat-obat terlarang. Lembaga riset yang berbasis di Manila, Social Weather Stations, pekan lalu menyatakan 80 persen warga Filipina “puas dengan bagaimana demokrasi berjalan di negara itu.”

Lima puluh tujuh persen menyatakan puas dengan “bagaimana keadaan berlangsung di negara mereka,” naik dari 36 persen tiga tahun lalu, sebut Pew Research Center dalam laporan yang dilansir hari Kamis. Para analis menyatakan tingkat dukungan ini kemungkinan besar tidak akan goyah.

Ekonomi Filipina juga telah tumbuh lebih dari enam persen selama sembilan kuartal ini, kata Jonathan Ravelas, kepala strategi pasar di Banco de Oro UniBank di Metro Manila. Menurutnya, para investor menyukai hal itu.

“Lihat hutannya, bukan pohonnya. Saya tahu ada banyak isu yang dapat kita bahas. Namun jika kita lihat arah perekonomian secara umum, tampaknya ini bergerak maju,” imbuhnya.

Sementara itu, Maria Ela Atienza, dosen ilmu politik di Metro Manila mengatakan, kegagalan untuk bertindak dalam mengatasi harga-harga yang meningkat, pengangguran dan korupsi, dapat mempengaruhi tingkat popularitas Duterte dalam jangka panjang. Menurutnya, jika ditanya mengenai prioritas, rakyat masih akan menjawab itu adalah mendapatkan pekerjaan, mengatasi kemiskinan, pungli dan korupsi.

Tetapi banyak warga Filipina yang menyatakan lingkungan mereka terasa lebih aman dari semua bentuk kejahatan di bawah pemerintahan Duterte ketimbang pemimpin sebelumnya. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG