Tautan-tautan Akses

Presiden Trump Ubah Kebijakan Luar Negeri AS


Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato dalam sidang tahunan ke-72 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di markas PBB, New York, Selasa 19 September 2017. (AP Photo / Mary Altaffer)
Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato dalam sidang tahunan ke-72 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di markas PBB, New York, Selasa 19 September 2017. (AP Photo / Mary Altaffer)

Untuk sebuah pemerintahan yang baru berjalan sembilan bulan dan dengan sedikit pengalaman berharga terkait kebijakan luar negeri, Presiden AS Donald Trump dan timnya secara meyakinkan mencuri perhatian pada pertemuan Majelis Umum PBB pekan ini. Dari markas besar PBB di New York, reporter VOA Peter Heinlein melaporkan, para penasihat Trump mengambil peran dilplomatik yang semakin penting.

Dalam Sidang Majelis Umum PBB di New York pekan ini, Presiden AS Donald Trump terus menjadi sorotan. Ia mengeluarkan pernyataan yang mengolok-olok pemimpin Korea Utara.

“Manusia roket itu sedang melangsungkan misi bunuh diri bagi dirinya dan rezimnya,” sebut Presiden Trump.

Trump juga menyampaikan pernyataan kerasnya mengenai Iran. “Kita tidak bisa membiarkan sebuah rezim brutal meneruskan kegiatan-kegiatannya yang mengacaukan kestabilan.”

Dalam pertemuan selama empat hari berturutan dengan para pemimpin dunia itu, Presiden Donald Trump, dengan gaya bicaranya yang blak-blakan, berusaha melakukan terobosan diplomatik yang sering dihindari oleh negarawan-negarawan paling berpengalaman sekalipun.

“Kita secara serius sedang membicarakan perdamaian, dan mungkin pada akhirnya perdamaian di seluruh Timur Tengah. Saya kira kita memiliki kesempatan yang sangat baik, bahkan mungkin yang terbaik untuk mewujudkannya. Itulah yang berusaha kita lakukan,” lanjutnya.

Pertemuan tahunan ini memberi tim kebijakan luar negeri Trump kesempatan untuk menjejakkan diri. Dubes AS untuk PBB Nikki Haley, Penasehat Keamanan Nasional H.R. McMaster dan Wakil Presiden Mike Pence selalu mendampingi Trump dalam setiap pertemuan dengan para pemimpin negara.

Begitu pun halnya dengan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson, yang setelah awal yang lambat, ditugaskan menangani berbagai persoalan berat, termasuk pertemuan sensitif dengan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif, yang menyebut pidato Trump di Sidang Umum PBB sebagai pidato kebencian.

“Tidak ada teriakan. Kita tidak saling menunjukkan kemarahan. Tidak ada nada kemarahan sama sekali. Kenyataannya, kami bertukar pandangan yang sangat berbeda mengenai kesepakatan ini,” katanya.

Trump mengakhiri misi diplomasi empat harinya dengan berdiri berdampingan dengan pemimpin Korea Selatan dan pemimpin Jepang untuk menunjukkan persatuan ketika ia mengumumkan sanksi-sanksi baru terhadap Korea Utara.

"Hari ini saya mengumumkan sebuah perintah eksekutif baru, yang baru saja saya tandatangani, yang secara signifikan memberi pihak berwenang kami otoritas yang lebih luas dalam menarget individu, perusahaaan dan institusi keuangan yang mendanai dan memfasilitasi perdagangan dengan Korea Utara," jelas Presiden Trump.

Para pengamat mengatakan, keberanian Trump dalam diplomasi menguji tim kebijakan luar negerinya yang relatif baru. [ab/lt]

XS
SM
MD
LG