Tautan-tautan Akses

Polisi Israel Larang Wartawan Masuki Beberapa Bagian Kota Tua Yerusalem


Polisi Israel melakukan pengamanan ketat kota tua Yerusalem dan melarang wartawan memasuki tempat-tempat tertentu (foto: dok).
Polisi Israel melakukan pengamanan ketat kota tua Yerusalem dan melarang wartawan memasuki tempat-tempat tertentu (foto: dok).

Polisi Israel hari Rabu (26/7) mengakui bahwa pasukan keamanan melarang wartawan memasuki beberapa bagian kota tua Yerusalem sebagai bagian dari upaya untuk meredakan ketegangan di sekitar kawasan bukit yang disengketakan, dan telah menjadi pusat kerusuhan berdarah terbaru dalam aksi kekerasan antara Israel dan Palestina.

Jalan-jalan berbatu di sekitar kompleks yang dikelilingi tembok itu telah menjadi tempat demonstrasi dan bentrokan berdarah antara warga Palestina dan polisi Israel pekan lalu.

Wartawan dan kru kamera tetap memadati kawasan itu untuk meliput peristiwa tersebut, bahkan ketika para wisatawan yang khawatir menjauhi tempat itu.

Warga Yahudi menyebut kawasan itu sebagai “Temple Mount” atau tempat beberapa rumah ibadah tersuci yang hancur pada jaman purbakala, dan merupakan lokasi tersuci dalam Yudaisme. Warga Muslim juga mengenal kawasan ini sebagai tempat suci, yang merupakan situs tersuci ketiga dalam agama Islam dimana Masjid Al Aqsa dan “Dome of the Rock” atau Masjid Qubbah As-Shakhrah. Kedua masjid berada di kawasan yang disebut dalam agama Islam sebagai Al Haram Asy-Syarif.

Setelah Israel memasang pemindai logam pasca serangan awal Juli lalu yang menewaskan dua polisi di lokasi itu, warga Muslim memboikot masjid tersebut dengan menggelar aksi sholat berjama’ah di halaman di luar masjid.

Meskipun Israel pekan ini membongkar pemindai logam itu, warga Muslim mengatakan tidak akan bergeming hingga Israel memindahkan barikade dan kamera yang telah dipasang di lokasi tersebut.

Tetapi ketika ketenangan kembali menyeruak di lokasi itu, secara perlahan-lahan muncul kontroversi lain yaitu antara polisi Israel dan media.

Juru bicara polisi Micky Rosenfeld hari Rabu (26/7) mengatakan “wartawan dilarang datang ke lokasi-lokasi tertentu dimana terjadi kerusuhan dan gangguan keamanan.” Menurut Rosenfeld, keputusan itu dibuat oleh kepolisian distrik Yerusalem.

Ini merupakan pengumuman resmi pertama bahwa media dilarang berada di kawasan yang disengketakan itu.

Sejumlah wartawan pekan ini telah mengeluh bahwa mereka dilarang meliput kerusuhan di sekitar Masjid Al Aqsa, sementara para wisatawan bisa bebas bergerak di kota itu dan mengambil gambar dengan telefon genggam (ponsel) mereka.

Seorang juru kamera Associated Press diberitahu oleh polisi bahwa ia tidak bisa memasuki kawasan Kota Tua itu dan diperintahkan untuk mundur beberapa ratus meter dari pintu gerbang utama.

Sebuah video yang dipasang di Twitter oleh wartawan Channel 10 Israel yang berupaya melaporkan dari luar dinding Kota Tua era Kesultanan Usmaniah itu juga menunjukkan bagaimana polisi memerintahkan kru kamera supaya meninggalkan daerah itu.

Asosiasi Wartawan Asing FPA mengatakan wartawan telah diusir dan ini menciptakan “situasi yang berbahaya” karena wartawan yang terakreditasi justru dilarang melakukan pekerjaannya.

“Ini tampaknya semacam penyensoran inovatif yang mengejutkan di negara yang selama ini membanggakan kebebasan persnya,” ujar FPA. [em/al]

XS
SM
MD
LG