Tautan-tautan Akses

Pidato Pelantikan Presiden AS Joe Biden


Presiden AS Joe Biden berpidato usai pelantikan sebagai Presiden AS ke-46 di Gedung Capitol, Washington, 20 Januari 2021.
Presiden AS Joe Biden berpidato usai pelantikan sebagai Presiden AS ke-46 di Gedung Capitol, Washington, 20 Januari 2021.

Ini adalah harinya Amerika.

Ini adalah harinya demokrasi.

Suatu hari yang bersejarah dan penuh harapan.

Pembaruan dan penyelesaian.

Lewat ujian selama berabad-abad Amerika telah diuji lagi dan Amerika telah bangkit untuk menghadapi tantangan.

Hari ini, kita bukan merayakan kemenangan seorang kandidat, tetapi merayakan sebuah perjuangan, perjuangan demokrasi.

Keinginan rakyat telah didengar dan keinginan rakyat telah dipenuhi.

Kita telah belajar lagi bahwa demokrasi itu berharga.

Demokrasi itu rapuh.

Dan saat ini, kawan-kawan, demokrasi telah menang.

Jadi saat ini, di tempat sakral ini, di mana beberapa hari yang lalu kekerasan berusaha untuk mengguncang landasan Capitol ini, kita berkumpul sebagai satu bangsa, di bawah naungan Tuhan, tak terpecah-belah, untuk melakukan peralihan kekuasaan secara damai, seperti yang kita lakukan selama lebih dari dua abad.

Kita melihat ke depan dengan cara kita yang khas Amerika - resah, berani, optimis - dan bertekad menjadi bangsa seharusnya.

Saya berterima kasih kepada para pendahulu saya dari kedua partai atas kehadiran mereka di sini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada mereka dari lubuk hati saya yang terdalam.

Anda tahu ketahanan konstitusi kita dan kekuatan bangsa kita.

Seperti halnya Presiden Carter, yang saya ajak bicara tadi malam, tetapi tidak dapat hadir bersama kita hari ini. Namun, kita berikan penghormatan atas jasanya seumur hidup.

Saya baru saja mengambil sumpah suci yang diucapkan oleh masing-masing patriot ini. Sumpah yang pertama kali diucapkan oleh George Washington.

Namun, sejarah Amerika tidak bergantung pada hanya salah satu dari kita. Bukan pada sebagian dari kita, tetapi pada kita semua.

Pada kata “Kami, Rakyat” yang mencari persatuan yang lebih sempurna.

Amerika adalah bangsa yang hebat dan kita adalah orang-orang yang baik.

Selama berabad-abad melalui badai dan perselisihan, dalam damai dan perang, kita telah sampai sejauh ini. Namun kita masih harus menempuh jalan yang panjang.

Kita akan terus maju dengan cepat dan segera, karena banyak yang harus kita lakukan di musim dingin yang penuh bahaya dan kemungkinan ini.

Banyak yang harus diperbaiki.

Banyak yang harus dipulihkan.

Banyak yang bisa disembuhkan.

Banyak yang harus dibangun.

Dan banyak yang harus diraih.

Beberapa periode dalam sejarah bangsa kita sebelumnya lebih menantang atau sulit daripada yang kita alami sekarang.

Virus yang muncul sekali dalam seabad diam-diam mengintai negara ini.

Virus itu dalam satu tahun sudah merenggut nyawa sebanyak seluruh korban Amerika dalam Perang Dunia II.

Jutaan orang kehilangan pekerjaan.

Ratusan ribu bisnis tutup.

Seruan untuk keadilan rasial yang berkumandang selama 400 tahun menggerakkan kita. Impian mengenai keadilan bagi semua tidak akan tertunda lagi.

Seruan untuk bertahan hidup datang dari planet kita sendiri. Jeritan yang sangat putus asa dan sangat jelas.

Dan sekarang, kebangkitan ekstremisme politik, supremasi kulit putih, terorisme domestik yang harus kita hadapi dan akan kita kalahkan.

Untuk mengatasi tantangan ini - untuk memulihkan jiwa dan mengamankan masa depan Amerika - dibutuhkan lebih dari kata-kata.

Dibutuhkan hal-hal yang paling sulit dipahami dalam demokrasi:

Persatuan.

Kesatuan.

Pada Januari di Washington, pada Hari Tahun Baru 1863, Abraham Lincoln menandatangani Proklamasi Emansipasi.

Ketika dia meletakkan pena di atas kertas, Presiden berkata, "Jika nama saya tercatat dalam sejarah, karena tindakan inilah dan seluruh jiwa saya ada di dalamnya."

Seluruh jiwa saya ada di dalamnya.

Hari ini, di hari Januari ini, seluruh jiwa saya ada di dalam hal ini:

Menyatukan Amerika.

Mempersatukan orang-orang kita.

Dan mempersatukan bangsa kita.

Saya meminta setiap orang Amerika untuk bergabung dengan saya dalam perjuangan ini.

Bersatu untuk melawan musuh bersama yang kita hadapi:

Kemarahan, dendam, kebencian.

Ekstremisme, pelanggaran hukum, kekerasan.

Penyakit, pengangguran, keputusasaan.

Dengan persatuan kita bisa melakukan hal-hal besar. Hal-hal penting.

Kita bisa memperbaiki kesalahan.

Kita bisa memberi orang-orang pekerjan-pekerjaan yang layak.

Kita bisa mengajar anak-anak kita di sekolah yang aman.

Kita bisa mengatasi virus mematikan ini.

Kita dapat menghargai pekerjaan, membangun kembali kelas menengah, dan menjamin perawatan kesehatan untuk semua.

Kita bisa memberikan keadilan rasial.

Kita bisa menjadikan Amerika, sekali lagi, kekuatan terdepan untuk kebaikan di dunia.

Saya tahu berbicara tentang persatuan bagi beberapa orang terdengar seperti khayalan yang bodoh.

Saya tahu kekuatan yang memisahkan kita sangat dalam dan nyata.

Namun saya juga tahu itu bukanlah hal baru.

Sejarah kita adalah pergulatan terus-menerus, antara cita-cita Amerika bahwa kita semua diciptakan sederajat dan kenyataan pahit dan buruk bahwa rasisme, kebijakan untuk mendahulukan pribumi, ketakutan, dan demonisasi telah lama memisahkan kita.

Perjuangan ini abadi.

Kemenangan tidak pernah dijamin.

Melalui Perang Saudara, Depresi Besar, Perang Dunia, 9/11, melalui perjuangan, pengorbanan, dan kemunduran, sisi “malaikat yang lebih baik” pada diri kita selalu menang.

Di setiap momen ini, kita bersama-sama membawa kita semua maju.

Dan, kita bisa melakukannya sekarang.

Sejarah, iman, dan akal menunjukkan jalan, jalan persatuan.

Kita bisa melihat satu sama lain bukan sebagai musuh, tapi sebagai tetangga.

Kita bisa memperlakukan satu sama lain dengan bermartabat dan rasa hormat.

We can join forces, stop the shouting, and lower the temperature.

Kita bisa menyatukan kekuatan, menghentikan teriakan, dan menurunkan ketegangan.

Karena tanpa persatuan, tidak ada kedamaian, hanya kepahitan dan amarah.

Tidak ada kemajuan, hanya kemarahan yang melelahkan.

Tidak ada bangsa, hanya negara yang kacau-balau.

Ini adalah momen bersejarah kita yang mengalami krisis dan tantangan, dan persatuan adalah jalan ke depan.

Dan, kita harus menghadapi momen ini sebagai warga Amerika Serikat.

Jika kita bersatu, saya jamin, kita tidak akan gagal.

Kita tidak pernah dan tidak akan pernah gagal di Amerika jika kita bertindak bersama.

Maka hari ini, saat ini dan di tempat ini, mari kita mulai dari awal.

Kita semua.

Marilah kita saling mendengarkan.

Dengarkan satu sama lain.

Lihat satu sama lain.

Tunjukkan rasa hormat satu sama lain.

Politik tidak perlu menjadi api yang berkobar yang menghancurkan segala sesuatu yang dilaluinya.

Setiap perselisihan pendapat tidak harus menjadi penyebab peperangan.

Dan, kita harus menolak budaya di mana fakta itu sendiri dimanipulasi dan bahkan dibuat-buat.

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, kita tidak boleh seperti ini.

Amerika harus lebih baik dari ini.

Dan, saya yakin Amerika lebih baik dari ini.

Lihat sekitar Anda.

Di sini kita berdiri, di bawah bayangan kubah Capitol yang selesai dibangun selama Perang Saudara, ketika persatuan itu sendiri terancam.

Namun kita bertahan dan kita menang.

Di sini kita berdiri menghadap ke alun-alun besar tempat Dr. King berbicara tentang mimpinya.

Di sini kita berdiri, di mana 108 tahun yang lalu pada acara pengukuhan lainnya, ribuan pengunjuk rasa mencoba menghalangi para perempuan pemberani yang berbaris untuk mendapatkan hak memilih.

Hari ini, kita menandai pelantikan perempuan pertama dalam sejarah Amerika yang terpilih untuk jabatan nasional - Wakil Presiden Kamala Harris.

Jangan bilang perubahan tidak mungkin terjadi.

Di sini kita berdiri menghadap arah Taman Makam Pahlawan Arlington di sisi seberang sungai Potomac, tempat para pahlawan yang memberikan pengabdian beristirahat dalam kedamaian abadi.

Dan di sini kita berdiri, hanya beberapa hari setelah huru-hara massa yang mengira mereka dapat menggunakan kekerasan untuk membungkam keinginan rakyat, menghentikan kerja demokrasi kita, dan mengusir kita dari tempat sakral ini.

Hal itu tidak terjadi.

Tidak akan pernah terjadi.

Tidak hari ini.

Tidak besok

Tidak kapanpun.

Kepada semua orang yang mendukung kampanye kami, saya merasa terhormat atas kepercayaan yang Anda berikan kepada kami.

Kepada semua orang yang tidak mendukung kami, izinkan saya mengatakan ini: Beri saya kesempatan saat kita melangkah maju. Yakinlah pada saya.

Dan jika Anda masih tidak setuju, ya sudah.

Itulah demokrasi. Itu Amerika. Hak untuk berbeda pendapat secara damai, di dalam pagar pembatas Republik kita, mungkin adalah kekuatan terbesar bangsa kita.

Namun dengarkan saya dengan jelas: Ketidaksepakatan tidak harus mengarah pada perpecahan.

Dan saya berjanji kepada Anda: Saya akan menjadi Presiden untuk semua orang Amerika.

Saya akan berjuang keras untuk mereka yang tidak mendukung saya, sama seperti untuk mereka yang mendukung.

Berabad-abad yang lalu, Santo Agustinus, orang kudus dalam agama saya, menulis bahwa suatu umat dinilai dari hal-hal yang sama-sama mereka cintai.

Hal-hal apa yang sama-sama kita cintai yang menjadikan kita sebagai orang Amerika?

Saya rasa saya tahu.

Kesempatan.

Keamanan.

Kebebasan.

Martabat.

Penghargaan.

Kehormatan.

Dan, ya, kebenaran.

Beberapa minggu dan bulan terakhir ini telah memberi kita pelajaran yang menyakitkan.

Ada kebenaran dan ada kebohongan.

Kebohongan disampaikan demi kekuasaan dan keuntungan.

Dan kita masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab, sebagai warga negara, sebagai orang Amerika, dan terutama sebagai pemimpin, pemimpin yang telah berjanji untuk menghormati Konstitusi kita dan melindungi bangsa kita, untuk membela kebenaran dan untuk mengalahkan kebohongan.

Saya memahami bahwa banyak orang Amerika memandang masa depan dengan rasa takut dan keraguan.

Saya mengerti mereka khawatir tentang pekerjaan mereka, tentang keluarga mereka, tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Saya mengerti.

Namun jawabannya bukanlah menutup diri, membentuk kelompok-kelompok tandingan, tidak mempercayai mereka yang tidak terlihat seperti Anda, atau tidak punya keyakinan seperti Anda, atau tidak mendapatkan berita dari sumber yang sama dengan Anda.

Kita harus mengakhiri perang tidak beradab yang mengadu domba merah (Partai Republik-red) dengan biru (Partai Demokrat-red), pedesaan versus perkotaan, konservatif versus liberal.

Kita bisa hadapi ini jika kita membuka jiwa kita, bukan mengeraskan hati kita.

Jika kita menunjukkan sedikit toleransi dan kerendahan hati.

Jika kita bersedia memahami pandangan orang lain meski hanya untuk sesaat. Karena inilah hidup: Kita tidak bisa menduga seperti apa jalan hidup kita.

Ada kalanya kita membutuhkan bantuan.

Ada hari-hari lain ketika kita diminta untuk memberi bantuan.

Begitulah seharusnya cara kita hidup bersama.

Dan, jika kita seperti ini, negara kita akan menjadi lebih kuat, lebih sejahtera, lebih siap untuk masa depan.

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, terkait pekerjaan yang ada di depan kita, kita akan saling membutuhkan.

Kita akan membutuhkan semua kekuatan kita untuk bertahan melalui musim dingin yang gelap ini.

Kita sedang memasuki periode menghadapi virus yang paling sulit dan paling mematikan.

Kita harus mengesampingkan politik dan menghadapi pandemi ini sebagai satu bangsa.

Saya berjanji ini kepada Anda: seperti yang dikatakan Alkitab, tangisan mungkin bertahan selama satu malam, tetapi kegembiraan akan datang di pagi hari.

Kita akan melalui ini, bersama-sama

Dunia sedang menyaksikan kita hari ini.

Jadi inilah pesan saya kepada mereka yang berada di luar perbatasan kita: Amerika telah diuji dan kita telah menjadi lebih kuat karenanya.

Kita akan memperbaiki aliansi kita dan bekerja sama dengan dunia sekali lagi.

Bukan untuk menghadapi tantangan kemarin, tapi hari ini dan besok.

Kita akan memimpin tidak hanya dengan contoh kekuatan kita, tetapi dengan kekuatan teladan kita.

Kita akan menjadi mitra yang kuat dan terpercaya untuk perdamaian, kemajuan, dan keamanan.

Negara ini telah melalui banyak hal.

Dan, tindakan pertama saya sebagai Presiden, saya ingin meminta Anda untuk bergabung dengan saya dalam mengheningkan cipta sejenak untuk mengenang semua orang yang meninggal dunia pada tahun lalu akibat pandemi.

Untuk 400.000 saudara-saudara kita - ibu dan ayah, suami dan istri, putra dan putri, teman, tetangga, dan rekan kerja.

Kita akan menghormati mereka dengan menjadi orang dan bangsa yang kita inginkan dan bangsa yang seharusnya.

Mari kita panjatkan doa bagi mereka yang telah kehilangan nyawa, untuk mereka yang ditinggalkan, dan untuk negara kita.

Ini adalah masa penuh cobaan.

Kita menghadapi serangan terhadap demokrasi dan kebenaran.

Virus yang merajalela.

Ketidakadilan yang terus tumbuh.

Sengatan rasisme yang sistemik.

Krisis iklim.

Peran Amerika di dunia.

Menghadapi salah satu dari masalah itu saja sudah sangat sulit bagi kita.

Dan kita menghadapi mereka sekaligus, dan masalah-masalah ini membutuhkan tanggungjawab besar.

Sekarang kita harus melangkah.

Kita semua.

Ini adalah saatnya untuk keberanian, karena banyak yang harus dilakukan.

Dan, ini pasti.

Kita akan dihakimi, Anda dan saya, atas cara kita menyelesaikan krisis yang hadir di saat ini.

Akankah kita mampu mengatasinya?

Akankah kita bisa menghadapinya?

Akankah kita memenuhi kewajiban kita dan memberikan dunia baru dan lebih baik bagi anak-anak kita?

Saya yakin kita harus dan saya yakin kita akan berhasil.

Dan ketika kita berhasil, akan tercatat dalam sejarah Amerika.

Ini adalah cerita yang mungkin terdengar seperti lagu yang sangat berarti bagi saya.

Judulnya “American Anthem” dan ada satu syair yang berkesan bagi saya:

“Pekerjaan dan doa
Berabad-abad telah membawa kita ke hari ini
Apa yang akan menjadi warisan kita?
Apa yang akan dikatakan anak-anak kita? ...
Beri tahu dalam hati saya
Saat hari-hari saya usai
Amerika
Amerika
Saya telah berusaha sekuatnya.”

Mari kita bekerja dan berdoa demi bangsa kita.

Jika kita bekerja dan berdoa, ketika kita meninggalkan dunia ini, anak-anak dan cucu-cucu kita bisa mengatakan bahwa kita sudah berusaha sekuat yang kita mampu.

Mereka melakukan tugas mereka.

Mereka menyembuhkan bangsa yang rusak.

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, saya menutup hari ini sebagaimana saya memulainya, dengan sumpah suci.

Di hadapan Tuhan dan kalian semua, saya berjanji.

Saya akan selalu berkata jujur kepada Anda.

I will defend the Constitution.

Saya akan mempertahankan Konstitusi kita.

Saya akan mempertahankan demokrasi kita.

Saya akan membela Amerika.

Saya akan memberikan semua yang saya miliki untuk melayani Anda, bukan memikirkan kekuasaan, tetapi kesempatan.

Bukan untuk kepentingan pribadi, tapi untuk kepentingan publik.

Dan bersama-sama, kita akan menulis kisah Amerika yang penuh dengan harapan, bukan ketakutan.

Persatuan, bukan perpecahan.

Cahaya, bukan kegelapan.

Kisah Amerika tentang kesopanan dan martabat.

Tentang cinta dan penyembuhan.

Kehebatan dan kebaikan.

Semoga ini menjadi cerita yang membimbing kita.

Kisah yang menginspirasi kita.

Demokrasi dan harapan, kebenaran dan keadilan, tidak mati dalam waktu kita tetapi berkembang.

Bahwa Amerika berhasil mengamankan kebebasan di rumah sendiri dan berdiri sekali lagi sebagai mercusuar bagi dunia.

Itulah utang kita kepada para pendahulu kita, satu sama lain, dan generasi berikutnya.

Jadi, dengan tujuan dan ketetapan hati kita beralih ke tugas kita.

Ditopang oleh iman.

Didorong oleh keyakinan.

Dan, berbakti satu sama lain dan kita cintai negara ini dengan segenap hati kita.

Semoga Tuhan memberkati Amerika dan semoga Tuhan melindungi pasukan kita.

Terima kasih, Amerika. [ah/ft/dw]

XS
SM
MD
LG