Tautan-tautan Akses

Perempuan Dayak Berusaha Lestarikan Anyaman Rotan


Aneka tas dari anyaman rotan (foto: courtesy).
Aneka tas dari anyaman rotan (foto: courtesy).

Menanam rotan adalah upaya melestarikan alam dan tradisi warga Dayak. Rotan membutuhkan pohon besar untuk merambat dengan masa tumbuh sedikitnya dua tahun.

Kini rotan semakin berkurang akibat terus berkembangnya perluasan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan penambangan batubara. Itu yang menjadi keprihatian warga di Kalimantan Tengah, khususnya para perajin rotan di daerah Barito Timur.

Mardiana D. Dana, 64 tahun adalah seorang perempuan yang aktif menjaga kearifan lokal di kampung halamannya, Barito Timur, Kalimantan Tengah. Perempuan dari suku Dayak Ma’anyan ini telah membina para perempuan membuat anyaman rotan sejak tahun 2007.

Para perempuan Dayak sedang menganyam rotan (foto: courtesy).
Para perempuan Dayak sedang menganyam rotan (foto: courtesy).

Mardiana yang mantan juru rawat itu tiap hari pergi dari satu desa ke lain desa untuk mendampingi mereka berkarya membuat anyaman guna melestarikan tradisi dan menambah pendapatan, seperti yang ia jelaskan kepada VOA.

“Jadi, kami melihat banyak potensi pada rotan ini. Kami bisa membuat tas, gelang, perabot-perabot yang biasanya dipakai untuk nencuci beras, mencari kayu bakar dan ke ladang, ke manapun. Itu yang untuk keperluan lokal,” tukasnya.

Berbagai anyaman rotan yang dipajang di toko (foto: courtesy).
Berbagai anyaman rotan yang dipajang di toko (foto: courtesy).

Makin terancam

Namun kini tanaman rotan terancam karena lahannya makin berkurang.

“Hutannya kebanyakan sudah hampir habis dibabat, jadi yang tersisa hanya di kebun-kebun karet dan buah-buahan masyarakat, jadi rotan menjalar di mana ada pohon-pohon besar itu,” tambah Mardiana.

Mardiana di sekitar tanaman rotan (foto: courtesy).
Mardiana di sekitar tanaman rotan (foto: courtesy).

Sebuah LSM pendukung lingkungan dan HAM yang mendampingi masyarakat adat Dayak, JPIC (Justice, Peace and Integrity of Creation) membantu warga mempertahankan kearifan lokal di sana.

Ketua JPIC Kalimantan Tengah, Sani Lake mengatakan, “JPIC menjaga alam agar tetap ramah. Ada beberapa kelompok yang kami dampingi, salah satunya kelompok ibu-ibu yang membuat kerajinan dari bahan baku rotan. Itu sudah lama mereka lakukan. Hanya satu kendala, bahan baku itu sendiri yang akhir-akhir ini terancam oleh kehadiran industri ekstraktif baik di bidang pertambangan maupun perkebunan kelapa sawit berskala besar.”

Hanya di Kalimantan

Menurut Ketua Dayak Ot Danum yang juga mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah, Dr. Guntur Talajan, SH, terdapat lima kabupaten di Kalimantan Tengah yang masih mempunyai tanaman rotan.

Dr.Guntur Talajan, SH mengenakan masker dari rotan (foto: courtesy).
Dr.Guntur Talajan, SH mengenakan masker dari rotan (foto: courtesy).

Ia menambahkan, “Satu-satunya di dunia yang memiliki rotan kan di Kalimantan Tengah. Saya selaku Ketua keluarga Ot Danum, suku tertua di Kalimantan Tengah, berharap dan mengimbau agar Pemda Kota sampai Camat Kades untuk menyeleksi dalam memberi ijin terkait isu sawit dan tambang, supaya tidak menguras atau membabat kebun rotan yang sudah ada tumbuh dan berkembangnya.”

Perempuan Dayak biasanya membuat anyaman untuk perabot rumah tangga seperti tikar, topi, kebak, ranjung, lontong dan rambat, yaitu keranjang besar yang disampirkan di bahu.

Perempuan pegiat seperti Mardiana terus melestarikan tradisi itu sambil mempertahankan lahan dan pohon tempat tanaman rotan tumbuh dan menjalar. Menurutnya, ia sudah ikut menyuarakan keprihatinannya, namun tetap belum ada tanggapan dari pemerintah.

“Kami juga berteriak sampai ke DPR-RI, ke lembaga-lembaga seperti Komnas HAM, KLHK langsung, sudah melaporkan ke mana-mana tetapi sampai sekarang kok belum ada tanggapannya. Pembabatan hutan dan perusakan lingkungan masih terus terjadi,” keluh Mardiana.

Tikar yang dibuat dari anyaman rotan (foto: courtesy).
Tikar yang dibuat dari anyaman rotan (foto: courtesy).

Menjawab pertanyaan VOA apakah ada upaya dari pihak luar untuk membantu produksi anyaman rotan warga Dayak, Mardiana mengatakan ada sebuah lembaga yang menampung hasil-hasil anyaman itu.

“Untuk keperluan di luar kabupaten dan provinsi, kami mengirim ke AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) Pusat untuk dijual. Jadi kami dari sini membuat sesuai pesanan, bisa dengan tulisan atau motif. Lalu mereka mengirim pesanan itu untuk kami buat,” jelasnya.

Kaum Perempuan Dayak Lestarikan Anyaman Rotan
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:05:19 0:00


Menurut Dr. Guntur Talajan, SH, selain AMAN, pihak Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) provinsi Kalteng juga menampung dan menjual berbagai barang hasil anyaman para perempuan Dayak. Selain itu, kerajinan rotan juga telah ikut serta dalam pameran di Dubai. [ps/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG