Tautan-tautan Akses

Pendaftar Dadakan, Masalah Utama Pemilu Indonesia di AS


 Ketua PPLN Washington DC area Andang Purnama menunjukkan contoh surat suara dalam sosialisasi Pemilu.
Ketua PPLN Washington DC area Andang Purnama menunjukkan contoh surat suara dalam sosialisasi Pemilu.

Tiga hari menjelang pelaksanaan Pemilu Indonesia di Amerika, panitia pemilihan luar negeri (PPLN) menghadapi masalah akut, orang yang mendadak minta didaftarkan sebagai pemilih. Jalan keluar yang ada, tidak sepenuhnya bisa diterima. Padahal itu bukan satu-satunya masalah.

Tiga hari menjelang pelaksanaan Pemilu Indonesia di Amerika, panitia pemilihan luar negeri (PPLN) kebanjiran pesan singkat di ponsel maupun Facebook, email, dan telepon. Isinya, pada intinya, sama: Minta diberi kesempatan menjadi pemilih walaupun tidak pernah mendaftar.

Ketua PPLN San Fransisco, Billy Muchtar mengungkapkan, “Mereka ini tidak concern sebelumnya. Kita sudah minta mendaftar, terakhir itu 10 Desember 2018, tiba-tiba sekarang dia minta untuk ikut Pemilu, untuk mendaftar.”

Masalah serupa dihadapi PPLN Washington DC area, mencakup District of Columbia, Maryland dan Virginia (DMV) seperti disampaikan Ketua PPLN Andang Purnama.

PPLN memenuhi kemauan mereka tetapi sebagai pemilih khusus, disingkat DPK, dan akan dilayani dengan kelebihan surat suara. Yang menjadi masalah, jumlah surat suara yang dikirim KPU dari Jakarta jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah DPK.

Prosen penghitungan surat suara yang masuk melalui pos di TPS KBRI Washington DC pada Pemilu 2014 (Foto: ilustrasi)
Prosen penghitungan surat suara yang masuk melalui pos di TPS KBRI Washington DC pada Pemilu 2014 (Foto: ilustrasi)

KPU melebihkan surat suara dua persen dari jumlah pemilih terdaftar di satu wilayah. Untuk DMV, dengan 2507 pemilih, dikirim 50, tetapi, menurut PPLN setempat, 12 di antaranya rusak. Untuk San Fransisco, dengan 7814 pemilih, dikirim 157.

“Supaya DPK ini juga terladeni, kita sudah minta ke KPU Jakarta untuk menambah surat suara,” kata Billy.

Sampai saat ini, baik Billy maupun Andang belum tahu apakah akan ada surat suara tambahan itu.

DPK di daerah pemilihan San Fransisco yang mencakup California utara, Oregon, Montana, negara bagian Washington, Idaho, Alaska dan Nevada Utara, tercatat 161. Sedangkan di DMV, 68.

Andang Purnama mengatakan, “Jumlah ini sekaligus memberi gambaran bahwa cukup banyak orang yang belum mendaftar di wilayah Washington DC area ini.”

DPK baru boleh mendapat surat suara 1 jam sebelum TPS tutup. Itu artinya, pukul 4 sore di kantor KJRI di San Fransisco dan pukul 7 malam di Wisma Indonesia di DMV. Saat itu diperkirakan semua pemilih terdaftar sudah memberikan hak pilihnya sehingga sisa surat suara bisa diberikan kepada DPK.

Masalah lain yang dihadapi PPLN adalah pengalihan tempat mencoblos.

“Semakin dekat hari Pemilu semakin banyak jumlah orang yang akan melakukan mutasi, pindah keluar atau masuk ke Washington DC area,” tambahnya.

Mereka akan tetap dilayani asalkan membawa A5.

Pemilih yang pindah mencoblos di San Fransisko tercatat 85 orang. Mereka, kata Billy, diperlakukan sama dengan orang yang terdaftar karena membawa formulir A5, menunjukkan mereka pindah TPS.

Masalah lain, bagaimana menjaring warga Indonesia yang sudah tidak berhak memilih, karena sudah pindah kewarganegaraan.

Sejak mulai melakukan pendataan pemilih, PPLN secara tidak langsung menyaring hanya orang-orang yang berhak memilih. Bekerja sama dengan KBRI atau KJRI, diambil data warga Indonesia dalam lima tahun terakhir.

Selain itu, bagi pemilih diberlakukan syarat membawa paspor yang masih berlaku. Mereka yang tidak bisa memenuhi syarat itu, akan diminta menandatangani pernyataan bahwa mereka masih WNI. Penandatanganan itu akan disaksikan Panwaslu.

Kalau belakangan terbukti sudah WNA, diimbau kesadarannya tidak mencoblos karena Pemilu adalah pesta demokrasi WNI.

Yang WNA biarlah memilih dalam Pemilu di Amerika. Ada kesempatannya sendiri.

“Harus ada kesadaran dari warga negara, kalau mereka masih WNI, boleh mendaftar, boleh memilih, boleh mencoblos. Tetapi kalau mereka sudah WNA, diharapkan mereka tidak perlu lagi ikut Pemilu Indonesia,” kata Andang.

Pemilu Indonesia di Amerika serentak diadakan pada 13 April. Sejauh ini tercatat 45.957 pemilih terdaftar. Dari jumlah itu, sebagian besar memilih mencoblos melalui pos. Selebihnya akan datang langsung ke TPS.

DMV tercatat sebagai wilayah pemilihan dengan pencoblosan di TPS terbanyak, 1732. San Fransisco, dari 7814 jumlah pemilih, 288 akan mencoblos di TPS.(ka)

XS
SM
MD
LG