Tautan-tautan Akses

Pasca Tewasnya Qaseem Soleimani, Para Pemuda Iran di AS Merasa Tidak Tenang


Para siswa asal Iran ketika berada di sebuah kelas. (Foto: Courtesy/MEHR)
Para siswa asal Iran ketika berada di sebuah kelas. (Foto: Courtesy/MEHR)

Hubungan AS-Iran berubah-ubah pasca mahasiswa Iran menyerbu kedutaan besar AS di Teheran pada 1979, menyandera 52 diplomat dan warga negara AS selama 444 hari. Ketegangan kembali muncul pasca AS membunuh komandan Pasukan Garda Revolusi Iran. Insiden itu meningkatkan kecemasan keturunan Iran di AS.

Bagi banyak orang Amerika keturunan Iran yang tinggal di Amerika, meningkatnya ketegangan antara pemerintah Amerika dan rezim Iran telah menyebabkan meningkatnya kecemasan dan ketakutan.

Sam Sinai memegang gelar sarjana dan magister dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan doktor dari Universitas Harvard. Ia ikut mendirikan perusahaan yang mengembangkan teknologi untuk meningkatkan terapi gen.

“Yang ingin saya lakukan ketika saya datang ke sini adalah untuk memajukan ilmu pengetahuan dan berkontribusi bagi umat manusia dengan cara tanpa pandang bulu dari mana pun orang berasal," kata Sam Sinai.

"Saya seorang imigran, saya peduli dengan kemanusiaan secara keseluruhan, dan saya tidak ingin terjebak dalam sengketa antar negara," lanjutnya.

Sinai mengatakan bahwa dengan ancaman akan terjadinya perang, tantangan seperti itu bahkan lebih besar bagi warga kedua negara.

Aman Ardalan adalah seorang mahasiswa Amerika keturunan Iran yang lahir dan besar di Amerika.

“Saat ini saya belum merasakan sesuatu yang secara pribadi menarget diri saya, tetapi di berbagai tempat di negara ini, saya membaca laporan tentang orang Amerika keturunan Iran yang dipanggil, atau dihentikan dalam pemeriksaan di perbatasan karena alasan yang tidak diketahui, dan jujur itu benar-benar membuat saya berkecil hati dan sedih," kata Aman Ardalan.

Kesedihan itu telah memotivasi Ardalan untuk aktif secara politik.

“Kemarin saya pergi ke rapat umum ini yang dipandu oleh Move-On di depan gedung Kongres, yang merupakan demonstrasi menentang perang dengan Iran," kata Aman Ardalan.

"Ketika saya berada di tempat itu dan melihat begitu banyak sekutu, baik di Kongres, maupun di organisasi-organisasi yang bekerja di Kongres dan di seluruh Amerika, maka itu benar-benar membuat saya merasa diberdayakan dan saya menjadi tahu bahwa saya memiliki sekutu dalam perjuangan demi keadilan ini," paparnya.

Behnam Partopour, seorang mahasiswa Institut Politeknik Worcester (WPI) dari Iran, disambut oleh saudara perempuannya Bahar di Bandara Logan setelah ia menyelesaikan bea cukai dan imigrasi AS dengan visa pelajar F1 di Boston, Massachusetts, AS, 3 Februari 2017. (Foto: Reuters)
Behnam Partopour, seorang mahasiswa Institut Politeknik Worcester (WPI) dari Iran, disambut oleh saudara perempuannya Bahar di Bandara Logan setelah ia menyelesaikan bea cukai dan imigrasi AS dengan visa pelajar F1 di Boston, Massachusetts, AS, 3 Februari 2017. (Foto: Reuters)

Tetapi tidak semua orang Iran merasa percaya diri, kata Ali Rahnama, penasihat legislatif untuk Urusan Hubungan Masyarakat Amerika keturunan Iran (PAAIA).

“Komunitas warga Amerika keturunan Iran telah sangat prihatin tentang hubungan yang memburuk antara Amerika Serikat dan Iran, dan efek yang mungkin terjadi pada komunitas ini," kata Ali Rahnama.

Fokusnya harus pada sisi manusia, kata Sinai.

“Kita adalah bagian dari kemanusiaan yang sama, kita perlu memahami bahwa untuk dapat mengatasi masalah yang mempengaruhi kita semua, perubahan iklim menjadi salah satunya, masalah kesehatan menjadi salah satunya, seperti kita harus dapat melihat setiap orang lain sebagai rekan satu tim, atau rekan senegara atau anggota dari kemanusiaan yang sama, untuk dapat melakukan hal-hal itu," kata Sam Sinai.

Sementara itu, Ehsan Farshchi seorang mahasiswa pascasarjana di University of California, Irvine, melihat kondisi saat ini sangat berpengaruh pada semua pihak.

“Kita benar-benar perlu mengemukakan pertanyaan mendalam, apa masalahnya dan apa akar masalahnya dan bagaimana kita bisa mengatasinya? Ketegangan yang sedang berlangsung ini benar-benar tidak dalam upaya kita membangun kehidupan, atau kemakmuran, karena hal itu mempengaruhi semua lapisan masyarakat –seperti protes di Iran, dan kemudian masalah ditembaknya pesawat sipil baru-baru ini," katanya.

"Ini semua menunjukkan bahwa itu semua bukan masalah yang hanya berdampak pada kelompok atau kelas sosial tertentu, tapi keadaan itu mempengaruhi kita semua," tegas Ehsan Farshchi.

Rahnama menggemakan sentimen-sentimen itu.

“Saya kira salah satu solusi terbesar yang diperlukan adalah agar pemerintah memperjelas dan membuka jalur komunikasi dengan masyarakat serta mengatakan bahwa mereka tidak menarget kita, dan juga kita perlu melihat bukti perubahan perilaku pemerintah," tegas Ali Rahnama. [lt/uh]

XS
SM
MD
LG