Tautan-tautan Akses

Pameran di Museum New York Perlihatkan Pengaruh China dalam Mode


Wartawan melihat-lihat pameran dalam malam gala Metropolitan Museum of Art Costume Institute Gala Benefit dengan tema "China: Through the Looking Glass," di New York (4/5). (Reuters/Stephanie Keith)
Wartawan melihat-lihat pameran dalam malam gala Metropolitan Museum of Art Costume Institute Gala Benefit dengan tema "China: Through the Looking Glass," di New York (4/5). (Reuters/Stephanie Keith)

Pameran di Metropolitan Museum of Art menyandingkan pengaruh seni, gambar dan budaya, dari Kekaisaran China sampai periode sekarang, terhadap mode dan desain Barat.

Perpaduan Timur dan Barat dalam pameran baru di Metropolitan Museum of Art menyandingkan pengaruh seni, gambar dan budaya China, dari masa Kekaisaran China sampai periode sekarang, terhadap mode dan desain Barat.

Dengan 150 pakaian, gaun, kostum dan aksesoris dari 40 perancang, ditampilkan dengan tema "China Through the Looking Glass," yang berlangsung dari 7 Mei sampai 16 Agustus, adalah salah satu pameran terbesar yang pernah diadakan museum tersebut.

Dibuat selama lebih dari dua tahun, pameran tersebut bertempat di galeri dua lantai seluas kurang lebih 2.800 meter persegi. Acara ini membawa pengunjung dalam perjalanan bagaimana para perancang Barat menemukan inspirasi dalam segala hal dari China, mulai dari kostum berbordir yang sangat detil milik Kekaisaran China sampai Shanghai era 1920-an, dan seragam militer Revolusi Budaya.

"Ini eksplorasi yang monumental dan mendalam mengenai pengaruh-pengaruh seni dan film China terhadap bakat-bakat desain terbesar mode Barat," ujar Thomas P. Campbell, direktur dan CEO Museum.

Pameran ini mengambil judul novel Lewis Carroll yang terbit tahun 1871 "Through the Looking-Glass, and What Alice Found There," tentang memasuki dunia lain.

"Seperti dunia khayalan Alice, China yang direfleksikan dalam mode di pameran ini fiksional, menakjubkan dan kuno, menawarkan realitas baru," ujar kurator Andrew Bolton, yang menambahkan bahwa ini fantasi kolektif mengenai China.

Pameran ini menampilkan harta karun China seperti jubah naga, dipakai oleh kaisar terakhir sebelum ia naik tahta, dan lukisan selir China yang tidak pernah dipamerkan sebelumnya.

Sebuah labirin menampilkan kaligrafi China, botol parfum dan porselen biru-putih, serta gaun-gaun bermotif, gaun manik-manik yang menakjubkan dan jaket-jaket bordir buatan perancang-perancang Barat yang terpengaruh budaya China.

Satu ruangan didedikasikan untuk opium dan pengaruh China pada koleksi musim gugur/musim dingin Yves Saint Laurent pada 1977 dengan jaket dan mantel bulu ala Mongol.

Bagian dari pameran di Metropolitan Museum of Art Costume Institute Gala Benefit di New York (4/5).
Bagian dari pameran di Metropolitan Museum of Art Costume Institute Gala Benefit di New York (4/5).

Sebuah taman oriental dihiasi manekin-manekin yang memakai gaun, rok dan mantel terinspirasi China buatan John Galliano untuk koleksi musim semi/musim panas 2003 untuk rumah mode Dior.

Pameran ini juga menampilkan potongan-potongan film China seperti "The Last Emperor," "Raise the Red Lantern" dan "Farewell My Concubine" yang ditayangkan di ruangan-ruangan bersama dengan baju-baju Barat yang diinspirasikannya.

​"Film-film itu seringkali menjadi hal pertama yang dilihat oleh para perancang Barat saat memasuki dunia visual China," ujar Bolton. "Pameran ini menjelajah dampak film dalam membentuk fantasi mereka."

XS
SM
MD
LG