Tautan-tautan Akses

Museum Sejarah AS Tampilkan Peran Agama dalam Pembentukan dan Perkembangan Amerika


Salah satu sudut pajangan di Museum Nasional Sejarah AS. (Foto: VOA/Videograb)
Salah satu sudut pajangan di Museum Nasional Sejarah AS. (Foto: VOA/Videograb)

Peran agama dalam pembentukan dan perkembangan Amerika menjadi tema Museum Nasional Sejarah Amerika atau National Museum of American History di Washington DC. Pameran yang digelar hingga Juni 2018 itu mempertunjukkan keragaman agama, kebebasan dan perkembangan dari era kolonial hingga tahun 1840-an.

Sejarah agama di Amerika berawal dengan kedatangan pemukim Pilgrim ke daerah yang kini dikenal sebagai Massachusetts dengan kapal Mayflower pada 1620. Penindasan agama menggerakkan umat ini untuk meninggalkan Eropa menuju Dunia Baru, namun ada pula kelompok lain yang datang pada abad ke-17 dan berusaha menjalankan agama mereka secara damai.

Museum Sejarah AS: Tampilkan Peran Agama dalam Pembentukan dan Perkembangan Amerika
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:08:13 0:00

“Tradisi agama yang dibawa ke Amerika pada abad ke-17 itu jauh lebih beragam dibanding yang dibayangkan oleh orang-orang. Ada komunitas Protestan yang besar, yang berasal dari Inggris dan Belanda, namun pada saat yang sama, umat Katholik juga mendarat di Maryland,” kata Kurator Museum Nasional Sejarah Amerika Peter Manseau.

Ada juga berbagai kepercayaan dan praktik suku asli Amerika pada era kolonial. Ketika budak-budak Afrika dibawa secara paksa pada abad ke-17, mereka ikut membawa agama dari tanah air mereka, termasuk Islam.

“Dominasi tiap-tiap tradisi tergantung pada daerahnya. Komunitas ini menetap dan anggota lain akan mengikuti mereka," imbuhnya.

Manseau menambahkan, upaya untuk menciptakan masyarakat yang seragam akan menyebabkan mereka terpecah dan mencari kawasan baru.

“Sejak awal ada perasaan bahwa komunitas yang berbeda akan menemukan pijakan yang berbeda untuk hidup di Amerika. Namun seiring berjalannya waktu, kebutuhan komunitas ini untuk hidup bersama dan keanekaragaman mereka yang tinggal di tempat yang sama, menciptakan kebutuhan bagi kebebasan beragama, sebuah cara di mana setiap orang diberi hak untuk mempraktekkan agama secara bebas,” lanjut Manseau.

Peter Manseau, kurator Museum Nasional Sejarah AS. (Foto: VOA/Videograb)
Peter Manseau, kurator Museum Nasional Sejarah AS. (Foto: VOA/Videograb)

Ketika friksi dan konflik muncul diantara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu, menurut Manseau, hal ini mengarah pada penyusunan perlindungan konstitusional terhadap kebebasan beragama.

“Pada tingkat negara bagian, ada konflik dan agitasi terus menerus untuk mencapai kebebasan yang lebih besar. Sehingga meskipun pemerintah federal Amerika memutuskan pada tingkat federal, bagi seluruh bangsa, tidak diberlakukan sebuah di gereja resmi, negara bagian tetap memiliki gereja resmi tersendiri,” tambahnya.

"Tetapi gagasan kebebasan beragama, sebagaimana diabadikan dalam Amandemen Pertama Konstitusi Amerika, tidak langsung diterima.“Dibutuhkan waktu 50 tahun sebelum kebebasan beragama di seluruh Amerika diterima sebagai hukum di negara ini,” kata Manseau.

Setelah itu kelompok-kelompok agama minoritas menikmati hak-hak sama seperti gereja-gereja mayoritas. “Setiap generasi Amerika harus mengajukan pertanyaan ini : apa makna kebebasan agama bagi kita masing-masing, dan ketika ada komunitas agama baru berkembang di Amerika, tak terhindarkan untuk mempertanyakan hal ini berulang kali," jelasnya. [em/jm]

XS
SM
MD
LG