Tautan-tautan Akses

Menlu AS Soroti Kegigihan Perempuan Iran dan Afghanistan Perjuangkan Hak


Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyampaikan sambutan pada "Status Perempuan adalah Status Demokrasi" di Departemen Luar Negeri di Washington, DC, pada 28 Maret 2023. (Foto: Stefani Reynolds/AFP)
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyampaikan sambutan pada "Status Perempuan adalah Status Demokrasi" di Departemen Luar Negeri di Washington, DC, pada 28 Maret 2023. (Foto: Stefani Reynolds/AFP)

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memuji kaum perempuan di Afghanistan dan Iran karena membela kebebasan. Ia mengatakan demikian sewaktu berbicara pada acara yang menyoroti peran perempuan dalam demokrasi, Selasa (28/3).

Blinken memuji kaum perempuan yang berunjuk rasa di Iran sebagai tanggapan atas kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi tahun lalu. Ia mengatakan mereka dengan berani berdemonstrasi “di bawah ancaman besar terhadap diri mereka sendiri, untuk menyerukan ‘perempuan, kehidupan, dan kebebasan.’”

Dan di Afghanistan, kata Blinken, kaum perempuan memperjuangkan masa depan yang lebih baik di negara mereka terlepas dari upaya Taliban untuk “menghapus mereka dari kehidupan sehari-hari.”

Warga Iran memprotes kematian Mahsa Amini, 22, setelah dia ditahan oleh polisi moral, di Teheran, 1 Oktober 2022. (Foto: via AP)
Warga Iran memprotes kematian Mahsa Amini, 22, setelah dia ditahan oleh polisi moral, di Teheran, 1 Oktober 2022. (Foto: via AP)

“AS mendukung dalam solidaritas dengan para perempuan ini dan semua yang bekerja untuk partisipasi perempuan secara penuh, bebas dan setara di seluruh dunia. Melalui diplomasi kami, kami berkomitmen untuk mendukung mereka dan memajukan kesetaraan gender di seluruh dunia,” kata Blinken.

Menlu AS mengatakan perempuan menghadapi berbagai tantangan bukan hanya di autokrasi, tetapi juga di begitu banyak tempat di mana mereka tidak memiliki kesempatan yang setara untuk belajar dan bekerja.

“Perempuan jurnalis, aktivis, politisi, dan lain-lainnya menjadi sasaran penganiayaan dan pelecehan daring yang terus menerus. Perempuan yang menjadi korban kekerasan kerap kali tidak memiliki akses yang setara ke keadilan," kata Blinken.

"Perempuan menjadi subjek diskriminasi yang kerap membuat mereka pada posisi yang tidak menguntungkan – baik melalui standar ganda yang mereka hadapi di tempat kerja, dalam akses ke hak-hak reproduksi, atau dalam UU kewarganegaraan, yang dapat menimbulkan hambatan dalam mengakses pendidikan, layanan kesehatan, dan properti untuk mereka dan keluarga mereka,” ujarnya. [uh/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG