Tautan-tautan Akses

Laporan FAO: Iklim yang Rapuh Bersiko Ganggu Keamanan Pangan


Direktur Jenderal Organisasi Pertanian Pangan (FAO), Jose Graziano da Silva di Maiduguri, Nigeria, 7 April 2017. (Foto: dok).
Direktur Jenderal Organisasi Pertanian Pangan (FAO), Jose Graziano da Silva di Maiduguri, Nigeria, 7 April 2017. (Foto: dok).

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyatakan, memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat dunia kian sulit seiring perubahan iklim dan menyusutnya lahan dan sumberdaya-sumberdaya lain yang merusak sistem pangan.

Pernyataan FAO itu disampaikan, Rabu (28/11), dalam sebuah laporan yang dibuat bersama dengan Lembaga Riset Kebijakan Pangan Internasional, dan dirilis pada sebuah konferensi dunia yang ditujukan untuk mempercepat usaha-usaha mencapai target “dunia tanpa kelaparan”, di Bangkok, Thailand.

FAO menyerukan agar negara-negara di dunia menciptakan kebijakan-kebijakan dan teknologi-teknologi yang lebih baik untuk mewujudkan dunia tanpa kelaparan.

Menurut FAO, masyarakat dunia yang terus bertambah memerlukan suplai pangan yang lebih bergizi pada harga yang terjangkau. Namun karena adanya perubahan iklim dan eksplotasi berlebihan terhadap tanah dan air, kebutuhan itu sulit dipenuhi.

FAO menyatakan, sekitar 820 juta penduduk dunia kekurangan gizi. Organisasi itu juga menyebutkan, keamanan pangan bahkan merupakan istilah asing bagi jutaan orang yang tidak memperoleh akses memadai ke pangan bergizi karena berbagai alasan, terutama kemiskinan.

Menurut FAO, perang saudara dan konflik-konflik kekerasan lain juga berkontribusi pada kelaparan dunia. Di Yaman, di mana ribuan warga sipil tewas akibat serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi, kelompok bantuan Save the Children mengatakan, sekitar 85 ribu anak di bawah usia tahun kemungkinan bisa meninggal akibat kelaparan dan penyakit.

Dirjen FAO Jose Graziano da Silva menyebutkan, jumlah orang kelaparan dan kekurangan gizi di dunia terus bertambah hingga ke tingkat yang pernah terlihat pada satu dekade lalu. [ab]

XS
SM
MD
LG