Tautan-tautan Akses

Laporan AS: China Manfaatkan Logam Tanah Jarang untuk Pengaruh Geopolitik


Para penambang di tambang tanah jarang, Bayan Obo, di Inner Mongolia, China, 16 Juli 2011.
Para penambang di tambang tanah jarang, Bayan Obo, di Inner Mongolia, China, 16 Juli 2011.

Laporan peneliti Amerika Serikat (AS) menunjukkan Beijing menggunakan subsidi negara untuk membangun industri pengolahan bahan tambang mineral "rare earth" atau logam tanah jarang dan merencanakan pemanfaatannya sebagai senjata geopolitik terhadap Barat.

Dominasi China dalam pertambangan logam dan bijih yang penting bagi manufaktur teknologi tinggi itu sudah lama menjadi fokus para anggota kongres Amerika yang prihatin dengan suplai logam tanah jarang itu.

Namun laporan baru yang diterbitkan pada Senin (29/6) oleh perusahaan konsultan Horizon Advisory, menyimpulkan, China memanfaatkan industri itu untuk dominasi geopolitik, dan bukan sekedar nilai komersialnya.

“Mereka tidak mementingkan pengembalian ekonomi dalam hal ini,” kata pendiri Horizon Nathan Picarsic kepada harian Wall Street Journal. “Mereka menilai, penguasaan atas industri ini membuka jalan untuk menang tanpa pertempuran.”

Menurut Foundation for the Defence of Democracies, di mana Picarsic adalah seorang peneliti senior, perusahaan konsultan milik Picarsic memfokuskan pada dampak dari pendekatan kompetitif China dalam geopolitik.

Menurut Horizon, sebuah laporan yang didanai pemerintah China pada 2019 mengatakan, “China tidak mengenyampingkan pemanfaatan kepakaran dalam elemen tanah jarang sebagai sebuah kekuatan” ketika berlangsung perang dagang AS-China.

Pejabat China belum memberi komentar atas tuduhan ini, tetapi di masa lalu, pejabat China membela dominasinya dalam industri pertambangan elemen tanah jarang, katanya China merupakan mitra komersial yang handal dalam rantai pasokan global. [jm/pp]

XS
SM
MD
LG