Tautan-tautan Akses

Kolaborasi Institusi Seni di AS Adakan Pameran Seni 'American Muslim Futures'


Ilustrasi. Seorang penari di Clayton County Performing Arts Center di Jonesboro. (Foto: AP)
Ilustrasi. Seorang penari di Clayton County Performing Arts Center di Jonesboro. (Foto: AP)

Sebuah organisasi hak-hak sipil dan sebuah institusi seni di Amerika baru-baru ini sepakat untuk berkolaborasi kembali untuk mengadakan pameran seni virtual baru. Karya-karya yang masuk diharapkan dapat menciptakan suatu budaya Amerika yang bebas dari kebencian dan penindasan.

American Muslim Futures, Selasa (23/6), mengumumkan undangan untuk memasukkan karya-karya seni yang mencerminkan gambaran, lagu, kata-kata, mode dan hal-hal lain yang diharapkan dapat ditemukan di tengah Amerika seperti yang diimpikan banyak warganya. Undangan tersebut ditujukan kepada warga Muslim Amerika maupun para seniman terkait yang menggunakan berbagai media, baik visual, pertunjukan, tulisan, lagu, mode dan sebagainya, untuk mengekspresikan karya seni mereka.

American Muslim Futures sendiri adalah suatu kolaborasi antara organisasi hak-hak sipil Muslim Advocates dan institusi di bidang seni, Shangri La Museum of Islamic Art, Culture & Design. Kolaborasi ini baru saja diluncurkan akhir Mei lalu di pusat pertunjukan seni bergengsi di Washington DC, The John F Kennedy Center for Performing Arts.

Ilustrasi. Seni Sebagai Bentuk Kepedulian Perubahan Iklim. (Foto: VOA)
Ilustrasi. Seni Sebagai Bentuk Kepedulian Perubahan Iklim. (Foto: VOA)

Panitia menyediakan waktu satu bulan untuk menerima karya-karya seni tersebut. Peserta yang terpilih karyanya akan menerima $ 600. Karya-karya tersebut rencananya ditampilkan dalam suatu pameran digital resmi, yang akan disebarluaskan melalui platform media tradisional maupun baru, agar dapat dinikmati orang-orang di berbagai penjuru dunia.

Menurut rencana, pameran itu akan dibuka pada 2 September mendatang. Nantinya, di setiap ruang pameran virtual, penonton akan dapat menyaksikan hingga 20 karya yang disertai dengan penyajian multimedia dan audio dari masing-masing senimannya. Beberapa di antara mereka juga akan dipertimbangkan untuk menyertakan karya mereka untuk ditampilkan pula di Shangri La Museum of Islamic Art, Culture & Design di Honolulu, Hawaii, serta program-program mendatang Muslim Advocats di Washington DC.

“Warga Muslim Amerika selama ini telah dipantau, dimasukkan daftar pengawasan, menjadi sasaran kejahatan berlatar kebencian, dan dipisahkan dari orang-orang yang mereka cintai oleh Muslim Ban," kata penanggung jawab advokasi digital Muslim Advocates, Erik W Martinez Resly.

“Kami menolak status quo ini. Dengan menciptakan kultur Amerika yang lebih baik, para seniman dapat membuat masa depan yang lebih adil dirasakan secara nyata dan tidak terbantahkan," tambahnya.

Apa yang disebut sebagai Muslim Ban itu adalah perintah eksekutif yang dikeluarkan Presiden Donald Trump pada tahun 2017, berupa larangan sementara bagi warga dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Muslim untuk masuk ke Amerika.

“Tantangan yang ada sekarang ini menegaskan tentang perlunya berkolaborasi. American Muslim Futures menyoroti betapa organisasi seni dan organisasi advokasi dapat bekerja sama untuk membantu mewujudkan negara yang lebih setara, inklusif dan adil," kata Dr. Konrad Ng, Direktur Eksekutif Shangri La Museum of Islamic Art, Culture & Design.

“Harapan kami adalah agar proyek American Muslim Futures akan dapat menangkap visi mengenai harapan, persatuan dan arah tujuan yang diekspresikan oleh ribuan orang pada saat ini, dan mengukuhkan keyakinan bahwa momen-momen paling cemerlang di Amerika terwujud apabila para seniman dan masyarakat terpanggil untuk memimpikan masa depan yang lebih baik," lanjutnya.

Navid Najavi aka Illnomadic, pendidik generasi muda dan juga artis hip hop berbasis di Honolulu, yang menjadi salah seorang anggota panel yang mengevaluasi karya-karya seni yang masuk menjelaskan,

“Dalam masa-masa tidak menentu, kita berpaling pada para pemimpin untuk mendapatkan stabilitas dan juga bimbingan. Kalau para pemimpin tersebut gagal atau menolak mengakui kehendak rakyat mereka, maka terserah rakyatlah untuk berbicara dan mendorong perubahan.”

“Menghubungkan suara-suara artistik dari berbagai bidang seni, menyampikan kisah-kisah kita sendiri, menghormati para leluhur, berbicara kebenaran tanpa disaring, adalah apa yang paling diperlukan dunia kita sekarang ini," kata Najafi.

Anggota panel lainnya, Aint Afraid, salah seorang dari duo artis dan pegiat gerakan yang berbasis di Michigan, mengemukakan bahwa futurisme artistik sangatlah penting mengingat kekuatan yang dimilikinya.

“Jika kita tidak menggunakan apa yang kita ketahui sebagai cara terbaik untuk melakukan advokasi, kita akan menjadi orang tua yang penuh penyesalan pada masa mendatang. Jangan tunggu perubahan -jadilah bagian yang memperjuangkannya," jelasnya. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG