Tautan-tautan Akses

Cerita Muslim di Amerika: Melihat Keunikan Kota Dearborn di Michigan


Ali el Romh dari Subs dan Shawarma Peepo sedang meramu masakan di Ramadhan Suhoor Festival di Dearborn Heights, Michigan, 18 Mei 2019 (Foto: AP / Carlos Osorio)
Ali el Romh dari Subs dan Shawarma Peepo sedang meramu masakan di Ramadhan Suhoor Festival di Dearborn Heights, Michigan, 18 Mei 2019 (Foto: AP / Carlos Osorio)

Berada di kota Dearborn negara bagian Michigan, yang berjarak sekitar 15 menit dari pusat kota Detroit, kita akan menemui berbagai hal yang menarik. Diantaranya adalah papan nama dari berbagai usaha yang menggunakan dua bahasa, yakni Inggris dan Arab.

Menurut DR. Sally Howell, Direktur dari Pusat Studi Arab, Amerika dan Islam di University of Michigan-Dearborn, hal tersebut berawal dari tahun 1980-an.

“Sekitar tahun 1980-an, di mana dulu ada restoran Arab pertama di Warren Avenue, mereka hanya memiliki tanda dalam bahasa Inggris kemudian ada satu restoran Lebanon. Merekalah yang pertama menulisnya dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dan memang benar sekarang banyak papan nama untuk kantor praktek dokter, toko kelontong, restoran, memiliki tanda dalam dua bahasa," paparnya.

Sebuah papan iklan yang menyoroti Sensus 2020 terlihat di Dearborn, Michigan, 30 April 2020. (Foto: AP)
Sebuah papan iklan yang menyoroti Sensus 2020 terlihat di Dearborn, Michigan, 30 April 2020. (Foto: AP)

Kota Dearborn berpenduduk lebih dari 90 ribu jiwa memang merupakan salah satu kota dengan populasi warga Muslim pendatang atau warga keturunan Arab terbanyak di Amerika. Sebagian besar merupakan pendatang dari Syria, Lebanon, Palestina, Yaman dan Iraq. Adanya dua bahasa ini tentu saja sangat membantu para pendatang yang baru saja menginjakan kakinya di Amerika.

“Itu karena begitu banyak orang yang masih baru di negara ini dan mereka itu adalah target usaha Anda. Jika Anda seorang apoteker yang berbicara bahasa Arab, salah satu kelebihan Anda adalah bilingual. Jadi, Anda ingin orang tahu Anda bilingual dengan menggunakan dua bahasa di papan nama usaha," kata Sally Howell.

Selain penggunaan dua bahasa yang semakin banyak ditemui di kota Dearbon, dengan semakin banyaknya pendatang muslim di kota ini, kita pun semakin mudah menemukan makanan halal bahkan di restoran waralaba besar -yang mungkin sulit ditemukan di kota lain di Amerika.

Adam Berri dari Corn on the Corner memasak jagung di Ramadhan Suhoor Festival di Dearborn Heights, Michigan, 18 Mei 2019. (Foto: AP)
Adam Berri dari Corn on the Corner memasak jagung di Ramadhan Suhoor Festival di Dearborn Heights, Michigan, 18 Mei 2019. (Foto: AP)

“Ada transformasi dari yang semula disebut restoran Lebanon atau Arab, kini menjadi hanya restoran halal," kata Sally Howell.

Dan sekarang di Dearborn, McDonald's pun memiliki makanan halal. Demikian pula di di toko-toko bahan makanan yang memiliki beragam makanan halal.

Hal menarik lainnya, di kota ini kita bisa menemukan masjid, dengan suara adzan yang berkumandang ke luar. Salah satunya adalah masjid yang dibangun pada tahun 1930an, bernama American Moslem Society.

"Ini masjid tertua di Amerika Utara. Berdiri sejak tahun 1937. Saat itu banyak imigran terutama dari Timur Tengah datang untuk bekerja di perusahaan otomotif," kata pengurus masjid, Mohammad Osman.

Saat pertama adzan berkumandang keluar dari masjid ini, warga sekitar mengajukan protes. Hingga akhirnya masalah tersebut diselesaikan di pengadilan.

"Tahun 1970-an ereka harus ke pengadilan. Alhamdulillah, masjid menang dan adzan bisa berkumandang melalui pengeras suara," kata Mohammad Osman

Adzan saat ini tak hanya berkumandang di Dearborn, namun juga beberapa kota di Amerika Serikat. Mereka mulai mengizinkan adzan berkumandang hingga keluar masjid. [ir/al]

XS
SM
MD
LG