Tautan-tautan Akses

Kesaksian Cohen Kembalikan Ingatan pada Skandal Watergate


Michael Cohen, mantan pengacara Presiden Donald Trump, kembali ke Capitol Hill dalam kesaksian hari keempat dalam investigasi terhadap bisnis dan kampanye pilpres Trump, di Washington, 6 Maret 2019 (foto: AP Photo/J. Scott Applewhite)
Michael Cohen, mantan pengacara Presiden Donald Trump, kembali ke Capitol Hill dalam kesaksian hari keempat dalam investigasi terhadap bisnis dan kampanye pilpres Trump, di Washington, 6 Maret 2019 (foto: AP Photo/J. Scott Applewhite)

Kesaksian Michael Cohen, pengacara pribadi dan “fixer” Presiden Donald Trump, di Kongres baru-baru ini membuat warga Amerika terpana dan menimbulkan kecaman terhadap presiden. Bagi sebagian orang, saat-saat ketika Cohen disorot ini mengembalikan ingatan pada skandal Watergate tahun 1970-an.

Mantan pengacara pribadi Presiden Donald Trump, Michael Cohen, menjadi sorotan selama tiga hari berturut-turut ketika ia tampil memberi kesaksian di forum berbeda di Kongres. Ia adalah sosok yang pernah mengatakan siap pasang badan demi Trump.

“Donald Trump adalah sosok yang bertarung untuk menjadi presiden sehingga namanya hebat, bukan untuk membuat negara kita hebat. Ia tidak pernah berniat atau berkeinginan untuk memimpin negara ini. Ia hanya ingin memasarkan dirinya, membangun kekayaan dan kekuasaan,” ujar Cohen.

Kesaksian Cohen Kembalikan Ingatan pada Skandal Watergate
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:26 0:00

Cohen menyebut keterlibatan Trump dalam sejumlah tuduhan yang sangat rinci, yang berulangkali disangkal oleh Trump.

Trump juga mengecam keras penyelidikan tentang keterlibatan tim kampanyenya dalam upaya campur tangan Rusia dalam pemilu presiden 2016, yang dipimpin oleh jaksa penyidik khusus Robert Mueller.

“Tidak ada kolusi. Itu bohong. Tidak ada apa-apa. Itu memalukan. Itu memalukan negara kita,’’ ujar Trump.

Saat-saat ketika Michael Cohen menyampaikan kesaksian di Kongres itu mengingatkan kembali sebagian warga Amerika pada skandal Watergate tahun 1970-an, ketika Presiden Richard Nixon dituduh melakukan kesalahan oleh salah seorang mantan pembantunya, John Dean.

‘’Saya menyadari bahwa ini adalah tugas yang hampir mustahil… dan ini bukan situasi yang sangat menyenangkan. Tetapi saya hanya dapat berbicara atas apa yang saya tahu, yang merupakan fakta, dan ini yang saya sampaikan pada komite ini,” ujar Dean.

Kesaksian John Dean melibatkan Richard Nixon dalam upaya menutup-nutupi pembobolan markas Partai Demokrat di kompleks Watergate tahun 1972. Setelah Kongres memulai proses pemakzulan, Nixon mengundurkan diri, satu-satunya presiden Amerika yang mundur dalam sejarah.

“Saya tidak pernah mudah menyerah. Meninggalkan masa jabatan ini sebelum berakhir merupakan hal yang menjijikkan bagi setiap bagian tubuh saya. Tetapi sebagai presiden, saya harus mengutamakan kepentingan Amerika,” ujar Nixon.

Pakar politik di Brookings Institution, John Hudak, mengatakan akan kemiripan antara kesaksian yang diberikan Cohen dan Dean.

“Tetapi tentu saja, Michael Cohen dan John Dean memberikan kesaksian atas fakta yang mereka yakini, yaitu bahwa presiden telah melanggar hukum. Ini merupakan pernyataan yang luar biasa dan sesuatu yang membuat siapapun anggota Kongres yang rasional berpikir serius tentang hal ini,” ujar Hudak.

Nixon mengundurkan diri sebelum dimakzulkan.

Apakah Trump akan menghadapi penyelidikan pemakzulan juga atau tidak, masih merupakan pertanyaan terbuka, ujar analis hukum Susan Low Bloch di Georgetown University.

“Pemakzulan dilakukan jika terjadi pengkhianatan, tindakan suap dan kejahatan berat dan pelanggaran ringan lainnya. Saya pikir semua orang setuju bahwa ‘menghalang-halangi penyelidikan untuk mendapatkan keadilan’ memenuhi syarat pemakzulan,” ujar Susan

Mundurnya Nixon dari kekuasaan sering disebut sebagai bukti bahwa sistem demokrasi Amerika bekerja, bahkan ketika berada di bawah tekanan berat.

Tetapi menurut Susan Low Bloch ini tergantung pada apa yang terjadi dengan beragam penyelidikan yang sedang dilakukan.

“Mereka sedang diuji dan saya kira kerangkanya – yaitu konstitusi – akan bangga. Saya pikir mereka akan mengatakan, kami memberi Anda sebuah struktur yang memisahkan kekuatan dan yang memiliki ‘check and balances’ yang sejauh ini sangat bagus,” lanjut Susan.

Gambaran kasus Watergate memang sudah memudar dalam sejarah, sebagaimana tragedi Shakespeare berabad-abad lalu. Tetapi 45 tahun kemudian, ketika ada seorang presiden lain yang diselidiki, gema Watergate dapat kembali terdengar lagi. [em]

XS
SM
MD
LG