Tautan-tautan Akses

Kasus Kavanaugh Mobilisir Perempuan AS Berbagi Pengalaman soal Serangan Seksual


Ana Maria Archila, penyintas serangan seksual yang juga Direktur Eksekutif 'Center for Popular Democracy'.
Ana Maria Archila, penyintas serangan seksual yang juga Direktur Eksekutif 'Center for Popular Democracy'.

Beberapa tuduhan serangan seksual terhadap calon hakim mahkamah agung Brett Kavanaugh telah memobilisir perempuan di seluruh Amerika untuk berbagi pengalaman mereka tentang serangan seksual dan meminta pertanggungjawaban mereka yang melakukannya.

Wartawan VOA Katherine Gypson bicara dengan Ana Maria Archila, penyintas serangan seksual yang menemui langsung Senator Jeff Flake minggu lalu dan mungkin menjadi titik balik gerakan #MeToo.

Ana Maria Archila tidak lagi dapat meredam kemarahannya. Ia mendatangi Senator Jeff Flake di lift gedung Kongres sambil mengatakan “Katakan pada saya.. saya ada tepat di depan Anda sekarang.”

“Saya tidak akan mencoba mensensor apa yang akan saya katakan. Saya tidak akan berusaha untuk patuh dan bertingkah laku baik. Saya benar-benar ingin berupaya membantunya memahami pesan yang dikirimnya kepada perempuan di negeri ini,” kata Ana Maria.

Mengubah pandangan Senator Flake dan jalannya proses konfirmasi hakim mahkamah agung telah menjadikan isu serangan seksual dan gerakan #MeToo sebagai pembicaaan hangat di Amerika.

“Ini bukan sekedar interaksi di lift, tapi apa yang terjadi di Amerika di mana ribuan orang menyampaikan kisah mereka,” tambahnya.

Peristiwa di mana Ana Maria mendatangi Senator Jeff Flake di dalam lift itu disaksikan oleh demonstran yang memadati gedung Kongres, dan juga warga di Amerika, yang menyebut hal itu sebagai momentum perubahan. Beberapa demonstran mengatakan kepada VOA.

“Kemarahan perempuan telah dikesampingkan dan dibungkam.”

“Perempuan diberitahu bahwa jika mereka ingin dianggap serius, dipercaya, dihormati; mereka tidak boleh bicara dengan marah atau menggunakan nada marah. Karen ajika mereka melakukannya, mereka akan terdengar tidak rasional, tidak serius, emosional.”

Cuitan Presiden Donald Trump di Twitter menunjukkan hal itu, demikian pula anggota-anggota faksi Republik di Senat yang mengatakan anggota-anggota faksi Demokrat tidak mengambil pendekatan yang tepat.

Senator faksi Republik yang juga ketua Komite Kehakiman Senat Charles Grassley mengatakan, “Mereka (Ana Maria.red) telah mendorong massa menentukan aturannya sendiri.”

Para pendukung Kavanaugh juga mengatakan para demonstran tidak bicara atas nama seluruh perempuan. Kimberly Fletcher, aktivis “Moms March for America” mengatakan, “Kami adalah ‘silent majority’ tetapi kami tidak lagi akan berdiam diri.”

Tetapi persinggungan antara nominasi Kavanaugh dan gerakan #MeToo dapat memiliki konsekuensi politik selain di mahkamah agung. Aktivis dan penulis buku “Good and Mad” Rebecca Traister mengatakan, “Kami melihat sejumlah perempuan mencalonkan diri dan kemudian memenangkan nominasi untuk menjabat, dalam jumlah yang belum pernah ada sebelumnya dalam sejarah, pada hampir setiap kategori. Saya yakin banyak kandidat itu akan mengatakan mereka didorong memasuki dunia politik karena kemarahan.’’

Dan bagi banyak orang yang telah bicara tentang kekerasan seksual.

“Apapun yang terjadi dengan nominasi Kavanaugh, isu kekerasan seksual tidak akan pernah selesai,” tandas Ana Maria. (em)

XS
SM
MD
LG