Tautan-tautan Akses

Imigran Muslim di AS Rindu Berlebaran di Negara Asal


Suasana shalat Idul Fitri di Muslim Community Center (MCC), Silver Spring, Maryland. (VOA/Arif Budiman)
Suasana shalat Idul Fitri di Muslim Community Center (MCC), Silver Spring, Maryland. (VOA/Arif Budiman)

Allaahu akbar…Allaahu akbar…Allaahu akbar…
Laa illaaha illallahu wallahu akbar…
Allaahu akbar walillaahil hamd…

Suara takbir yang berkumandang dari dalam gedung Muslim Community Center (MCC) samar terdengar dari kejauhan. Tidak seperti biasanya, pagi itu keramaian tampak mewarnai pelataran pusat kegiatan Islam yang juga dikenal sebagai Masjid MCC itu.

Ratusan pria, perempuan dan anak-anak tampak bergegas memasuki masjid di New Hampshire Avenue, Silver Spring, Maryland, tersebut. Mereka umumnya berpakaian rapi dan banyak di antara mereka berbusana khas Muslim. Pagi itu mereka bersiap mengikuti sholat Idul Fitri.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, karena meningkatnya pengunjung masjid tersebut, panita penyelenggara Shalat Idul Fitri di masjid itu tahun ini menyediakan empat waktu sholat pada hari lebaran tahun ini. Sholat pertama dilangsungkan pada pukul 7.30 pagi, dan berikutnya adalah pukul 9.00, 10.30 dan 11.15 pagi waktu sertempat.

Sebagian warga Muslim melakukan sholat Idul Fitri di bagian luar masjid Muslim Community Center (MCC), Silver Spring, Maryland. (VOA/Arif Budiman)
Sebagian warga Muslim melakukan sholat Idul Fitri di bagian luar masjid Muslim Community Center (MCC), Silver Spring, Maryland. (VOA/Arif Budiman)

Keputusan ini tidak mengherankan mengingat MCC merupakan pusat kegiatan Islam yang melayani ribuan keluarga Muslim yang tinggal di Maryland, Virginia dan Washington DC.

Imam pada Sholat Ied di MCC juga berfungsi sebagai khatib. Setiap shalat dipimpin Imam yang berbeda, yang juga dibantu bilal yang berbeda.

Abdoul Kadir, imigran asal Somalia, merasa sangat bersyukur karena untuk kali pertama ia bisa berkumpul dengan sejumlah saudara dari kampung halamannya pada lebaran tahun ini, dan terhindar dari kekerasan perang.

“Coba pikirkan apa yang terjadi di negara-negara yang dikoyak perang seperti di Suriah atau Somalia. Kita sangat bersyukur berada di sini,“ kata Kadir.

Meski demikian Kadir mengaku kangen berlebaran di kampung halamannya. Ia mengatakan, tidak ada kemeriahan Ramadan dan Idul Fitri di Amerika.

Baca juga: Warga Muslim Indonesia di AS Rayakan Idul Fitri dalam Kebersamaan

Selain berkumpul bersama sanak dan kerabat, yang juga disyukuri Kadir pada lebaran tahun ini adalah kesehatan keluarganya. Ia mengaku, istrinya sering sakit-sakitan namun ia belum cukup mampu untuk membeli asuransi kesehatan. Untunglah, MCC menyediakan layanan kesehatan murah.

Di MCC terdapat sebuah klinik yang merupakan bagian dari Primary Care Coalition – jaringan 13 klinik kesehatan di kawasan Metropolitan Washington DC yang tujuan utamanya adalah membantu kelompok-kelompok masyarakat miskin atau berpenghasilan rendah. Klinik itu memberikan layanan kepada warga tidak mampu di Kabupaten Montgomery tanpa memandang agama, ras atau golongan.

Fathimah Arkan, imigran dari Pakistan, juga mengaku kangen berlebaran di negara asalnya. Ia menceritakan, sewaktu kecil, lebaran ibarat hari besar yang sangat ditunggu-tunggu dan selama bulan Ramadan, ia dan keluarganya, mempersiapkan berbagai panganan khas lebaran untuk dinikmati keluarga dan sanak kerabat. Sejak pindah ke Amerika, kebiasaan yang sempat menjadi tradisi di keluarganya itu secara perlahan terlupakan.

Meski demikian Arkan mengaku selalu merasa berbahagia pada hari lebaran. Ia merasa hari lebaran adalah hari bersama keluarga, seperti halnya umat Kristen merayakan Natal dan Paskah.

“Keluarga merasakan kebersamaan saat lebaran, seperti halnya umat Kristen yang merayakan Natal atau Paskah,” ujar Arkan.

Sebagian besar jamaah di masjid Muslim Community Center (MCC) adalah para imigran Muslim dari berbagai negara. (VOA/Arif Budiman)
Sebagian besar jamaah di masjid Muslim Community Center (MCC) adalah para imigran Muslim dari berbagai negara. (VOA/Arif Budiman)

Menurut Arkan, lebaran juga memberi kesempatan bagi keluarga dan orang-orang di sekitarnya untuk saling memaafkan setelah menempuh ujian berat Ramadan.

“Saya kira, puasa membuat kita berkontemplasi. Membangkitkan kesadaran diri. Memberi kita kesempatan berkontribusi pada masyarakat,” imbuhnya.

Baca juga: Jauh dari Keluarga, Muslim Indonesia di AS Tetap Semangat Sambut Idul Fitri

Bagi Steve Garth, seorang warga Amerika keturunan Afrika, Ramadan adalah bulan suci yang membuatnya mencoba menjauhkan diri dari urusan politik di dunia.

“Politik tidak perlu dibicarakan. Kini adalah saatnya kita berdoa untuk orang-orang yang telah meninggal mendahului kita, orang-orang yang telah berjasa,” tukas Garth.

Garth mengaku senang MCC banyak dikunjungi imigran. Ia mengatakan, ia suka berdialog dengan para pendatang Muslim itu mengenai Islam dan mengenal lebih jauh tradisi Muslim di negara-negara lain.

Garth juga menghargai toleransi beragama di kawasan Silver Spring.Memperhitungkan membludaknya kunjungan Muslim saat pelaksanaan shalat Idul Fitri,sejumlah gereja menawarkan pelataran parkirnya untuk digunakan.

MCC Islamic Center memang berada di kawasan rumah-rumah peribadatan.Pusat kegiatan Islam itu berada dekat gereja Lutheran Saint Andrew, Gereja Baptis People’s Community dan Gereja Ortodoks Ukraina. Tidak jauh dari MCC, ada wihara Budha milik masyarakat Kamboja, dan sebuah masjid lain bernama Baitur Rehman. [ab]

XS
SM
MD
LG