Tautan-tautan Akses

ILO: Ketidaksetaraan Pekerja Ancam Kohesi Sosial


Protes anti pemerintah di Baghdad atas kondisi ekonomi dan layanan publik yang buruk di Irak (foto: ilustrasi).
Protes anti pemerintah di Baghdad atas kondisi ekonomi dan layanan publik yang buruk di Irak (foto: ilustrasi).

Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperingatkan bahwa meningkatnya jumlah pengangguran dan kesenjangan kini menghalangi orang keluar dari kemiskinan dan mengancam kohesi sosial.

Untuk tahun kesembilan berturut-turut, ILO melaporkan bahwa tingkat pengangguran dunia tetap stabil, yaitu sekitar 188 juta orang. Namun ditambahkan, pengangguran diproyeksikan akan meningkat 2,5 juta orang tahun ini.

ILO mengatakan laporan tentang pengangguran itu sebetulnya lebih buruk, kalau kita perhitungkan adanya 285 juta orang yang tidak punya pekerjaan yang memberi upah cukup. Dengan demikian, tingkat pengangguran dunia saat ini yaitu 5,4% akan meningkat menjadi 13%.

Dirjen ILO Guy Ryder mengatakan ini berarti lebih dari 470 juta atau hampir separuh dari satu miliar orang tidak bekerja atau tidak bekerja penuh waktu. Ditambahkannya, orang-orang ini tidak dapat keluar dari kemiskinan karena merkea bekerja dengan jumlah jam kerja yang lebih kecil dibanding yang ingin mereka lakukan, atau dibayar dengan upah minim untuk pekerjaan yang dilakukan.

Laporan itu mendapati ketidaksetaraan signifikan di tempat kerja yang didefinisikan oleh gender, usia dan lokasi geografis terus meningkat. Ditambahkan, kesenjangan gender terus melebar. Pada tahun 2019, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja mencapai 47%, atau 27% lebih rendah dibanding tingkat prosentase laki-laki.

Situasi bagi anak muda yang berusia 15-24 tahun lebih buruk lagi. Laporan itu mengatkaan 262 juta anak muta tidak memiliki pekerjaan dan tidak mendapat latihan ketrampilan apapun. Ryder mengatakan ketidaksetaraan ini secara politis tidak dapat diterima dan tidak boleh dipertahankan. (em/ii)

Recommended

XS
SM
MD
LG