Tautan-tautan Akses

Harga Naik, Bank Tutup Menambah Penderitaan bagi Warga Kabul


Seorang pejuang Taliban berjalan melewati salon kecantikan dengan gambar perempuan dirusak menggunakan cat semprot di Shar-e-Naw di Kabul pada 18 Agustus 2021. (Foto: AFP/Wakil Kohsar)
Seorang pejuang Taliban berjalan melewati salon kecantikan dengan gambar perempuan dirusak menggunakan cat semprot di Shar-e-Naw di Kabul pada 18 Agustus 2021. (Foto: AFP/Wakil Kohsar)

Seminggu setelah Taliban merebut Kabul, semakin banyak warga di ibu kota Afghanistan menghadapi kesulitan sehari-hari. Mereka kehilangan pekerjaan, bank-bank masih tutup dan harga makanan melambung.

Ribuan orang memadati pintu-pintu masuk bandara dan berebut agar bisa naik pesawat keluar Kabul. Keadaan itu menggambarkan situasi yang memburuk di kota itu sejak pemerintah yang didukung Barat terguling.

Seiring berjalannya waktu, kekhawatiran mengenai makanan dan pendapatan semakin menambah ketidakpastian di negara yang ekonominya hancur karena tidak adanya bantuan internasional.

"Saya tidak tahu harus memikirkan apa dulu, keamanan saya atau memberi makan anak-anak dan keluarga saya," kata seorang mantan polisi yang kini bersembunyi. Dia kehilangan upah senilai Rp3,7 juta sebulan yang diandalkan untuk menghidupi isteri dan empat anaknya.

Sebelum Taliban memasuki kota itu sekalipun hari Minggu (15/8), kondisi semakin memburuk. Kemajuan pemberontak itu di berbagai kota menyebabkan nilai mata uang afghani melemah terhadap dolar AS, dan menyebabkan harga bahan pokok melambung. [vm/jm]

XS
SM
MD
LG