Tautan-tautan Akses

40 Ribu Demonstran Protes Aksi Unjuk Rasa 'Sayap Kanan' di Kota Boston


Puluhan ribu massa menentang aksi unjuk rasa "sayap kanan" di kota Boston, hari Sabtu (19/8).
Puluhan ribu massa menentang aksi unjuk rasa "sayap kanan" di kota Boston, hari Sabtu (19/8).

Sekitar 40.000 orang turun ke jalan-jalan di Boston, Massachusetts, hari Sabtu (19/8) untuk memprotes aksi unjuk rasa “kebebasan berpendapat” yang menampilkan para tokoh konservatif dan sayap kanan.

Para pejabat kota khawatir aksi-aksi tandingan bisa bergulir menjadi kekerasan, seperti protes akhir pekan lalu di Charlottesville, Virginia, di mana seorang perempuan tewas setelah seorang demonstran nasionalis kulit putih menabrakkan sebuah mobil ke kerumunan massa tandingan.

“Racist, sexist, anti-gay, Nazi thugs, go away,” demikian slogan demonstrasi tandingan untuk menentang aksi unjuk rasa para tokoh konservatif dan sayap kanan.

Salah satunya, kerumunan massa liberal, yang mendukung keragaman dan mengecam para nasionalis kulit putih. Termasuk James Patin yang berkata, “Mereka (demonstran sayap kanan, red.) adalah orang-orang fasis yang tidak punya tempat dalam komunitas kami.”

Kate Losey menyampaikan sentimen senada, “Saya turun ke jalan hari ini untuk memberitahu para pendukung Nazi agar pulang ke lubang-lubang tempat mereka berasal.”

Di sisi lain, sejumlah kecil massa sayap kanan dan konservatif berunjuk rasa mendukung kebebasan berpendapat. Andrew, yang mengaku sebagai seorang Libertarian, datang untuk mendukung kelompok konservatif, tapi mengatakan dia tidak bisa mendekati panggung.

Andrew menyalahkan polisi karena memasang pembatas keamanan antara kedua kelompok demonstran dan menghalang-halangi kebebasan berpendapat. Ketika aksi kebebasan berpendapat berakhir, polisi memandu sejumlah kecil kalangan konservatif melintasi kerumunan yang jauh lebih besar dan kurang bersahabat ke tempat yang lebih aman.

Tetapi beberapa konfrontasi yang menegangkan masih pecah. Salah satunya, seorang peserta aksi tandingan membantah seseorang yang mendukung aksi kebebasan berpendapat.

Sementara massa membubarkan diri, sebagian pihak bertanya-tanya apakah aksi hari Sabtu itu membuahkan hasil yang berarti.

“Ini aksi yang baik, tapi kita tahu masih ada rasisme sistematik dan itu di luar dari pawai dan aksi massal,” kata seorang peserta aksi.

Malam itu berakhir dengan belasan penangkapan oleh polisi anti huru hara. [vm/al]

XS
SM
MD
LG