Tautan-tautan Akses

Dunia Rayakan Jumat Agung di Tengah Pandemi Covid-19


Seorang pria berdiri di depan pintu Gereja Makam Suci (Church of the Holy Sepulcher) yang tertutup pada Jumat Agung di tengah wabah penyakit coronavirus (COVID-19), di Kota Tua Yerusalem, 10 April 2020. REUTERS / Ammar Awad
Seorang pria berdiri di depan pintu Gereja Makam Suci (Church of the Holy Sepulcher) yang tertutup pada Jumat Agung di tengah wabah penyakit coronavirus (COVID-19), di Kota Tua Yerusalem, 10 April 2020. REUTERS / Ammar Awad

Jutaan orang di seluruh dunia merayakan Jumat Agung, yang diyakini umat Kristen sebagai hari Yesus disalibkan di Yerusalem.

Ritual hari suci itu berbeda tahun ini karena sebagian besar umat harus mengikuti upacara khidmat itu di berbagai platform media, bukannya berkumpul bersama di gereja-gereja, sementara dunia berjuang menghadapi COVID-19.

Sebagian besar warga dunia tinggal di rumah untuk memperlambat penularan virus maut itu.

Lebih dari 1,6 juta orang telah terjangkit penyakit itu, sebut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center.

AS menjadi tempat perebakan utama global bagi virus itu dengan catatan lebih dari 466 ribu kasus.

Spanyol dan Italia menyusul, masing-masing dengan mencatat 153.222 dan 143.626 kasus.

Pandemi ini “menimbulkan ancaman signifikan bagi terpeliharanya perdamaian dan keamanan internasional, berpotensi menyebabkan peningkatan keresahan sosial dan kekerasan yang akan sangat mengurangi kemampuan kita dalam memerangi penyakit,” kata Sekjen PBB Antonio Guterres dalam pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB hari Kamis (9/4), sebagaimana dimuat dalam naskah pernyataannya.

Presiden AS Donald Trump, dalam pengerahan mengenai virus itu pada hari Kamis (10/4), tampaknya berpendapat tes massal COVID-19 tidak diperlukan untuk AS meskipun sebagian orang yang terjangkit virus itu tidak menunjukkan gejala-gejalanya.

“Kita berbicara mengenai 325 juta orang dan itu tidak akan terjadi, seperti yang Anda dapat bayangkan, dan ini tidak akan pernah terjadi pada siapapun juga. Negara-negara lain melakukannya, tetapi mereka melakukannya secara terbatas,” komentarnya.

Pemerintahan Trump semakin fokus pada pertimbangan mengenai kapan membuka kembali ekonomi AS, yang sebagian besar ditutup karena wabah virus corona. Lebih dari 16 juta warga Amerika telah mengajukan tunjangan pengangguran. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG