Tautan-tautan Akses

Dunia Adopsi Tradisi Nyepi Bali


Umat Hindu Bali Melakukan Upacara Melis Menjelang Nyepi (foto: Ida Made Santi Utama).
Umat Hindu Bali Melakukan Upacara Melis Menjelang Nyepi (foto: Ida Made Santi Utama).

Setiap tahun masyarakat Hindu di Indonesia khususnya di Bali merayakan pergantian tahun caka dengan perenungan sebagai individu, umat dan anggota masyarakat melalui penyepian. Dunia mengenal tradisi ini sebagai Hari Nyepi dan menghormati pelaksanaannya ketika Bali selama 24 jam menutup diri terhadap dunia luar. Virus corona tampaknya kini membuat warga dunia melakukan tradisi ini.

Tradisi Nyepi kini dilakukan dunia di tengah-tengah pandemi virus corona. Makin banyak negara yang memberlakukan penutupan wilayah dan melarang warganya ke luar rumah kecuali untuk hal-hal yang dianggap sangat penting. Afrika Selatan termasuk salah satu negara yang terakhir kali menutup wilayahnya.

Menjelang tahun baru Caka 1942 umat hindu di Bali dan Indonesia, mulai pukul 6 pagi, 25 Maret 2020 sampai pukul 6 pagi 26 Maret 2020 menyepi dari; pekerjaan (amati karya), api (amaiti geni), menghibur diri (amati lelanguan), bepergian (amati lelungan). Umat dan warga Bali tidak diperkenankan untuk keluar rumah dan melakukan aktivitas apapun di luar pekarangan tempat tinggal mereka.

Umat Hindu Bali Lakukan Persembahyangan Dengan Menjaga Jarak (Turah Marz).
Umat Hindu Bali Lakukan Persembahyangan Dengan Menjaga Jarak (Turah Marz).

Warga Hindu di Indonesia meyakini tradisi Nyepi yang menahan diri dari ke empat hal tersebut tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri namun juga bagi masyarakat luas dan alam semesta. Selama 24 jam alam akan bebas dari prilaku manusia, termasuk penggunaan listrik, teknologi serta aktivitas yang mencemari dan merugikan alam semesta.

Nyepi menurut budayawan Cokorda Sawitri yang sedang meneliti awal mula budaya Batur di Bali, telah dilaksanakan oleh warga Bali sebelum abad ke 7 Masehi. Ini menurut Sawitri didasarkan atas catatan pada lontar-lontar peninggalan yang ada di Bali.

Masyarakat Bali tahun ini juga diberi pembatasan aktivitas tambahan dari pemerintah daerah.

"Di Denpasar sendiri walikota Denpasar menyarankan warganya tidak pulang kampung, biasanya warga Denpasar yang sebagian besar adalah warga dari kabupaten-kabupaten lain pulang kampung untuk Nyepi. Tapi tahun ini tampaknya warga mengikuti himbauan dari walikota," ujarnya.

Gubernur Bali sebelumnya juga telah menerbitkan peraturan yang melarang upacara Melasti yaitu memohon air suci ke laut atau sumber air, dua hari menjelang Nyepi dalam jumlah umat yang besar. Larangan juga diberlakukan pada pawai Ogoh-ogoh yang biasanya dilakukan sehari sebelum Nyepi. Pawai ogoh-ogoh yang mencerminkan berbagai wujud kebatilan, keburukan dan godaan yang dihadapi manusia dan alam ini, dari tahun ke tahun menjadi obyek wisata populer dan menarik jutaan wisatawan.

Kepala dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa mengatakan pembatasan ini demi masyarakat.

“Upacara Nyepi saat ini dilaksanakan sangat terbatas untuk kumpul-kumpul masyarakat yang terlalu ramai , karena itu dikhawatirkan akan terjadi terpaparnya virus itu kepada orang lain. Jadi pembatasan itu dilakukan memang untuk memutus rantai penularan di masyarakat sehingga beban RS akan menjadi berkurang.”

Upacara Melis Menjelang Hari Nyepi (foto: Ida Made Santi Utama)
Upacara Melis Menjelang Hari Nyepi (foto: Ida Made Santi Utama)

Gubernur Bali, I Wayan Koster hari Senin, 23 Maret 2020 menambahkan lagi pembatasan itu dengan memperpanjang pelaksanaan Nyepi dan meminta warga Bali untuk tetap berada di rumah pada tanggal 26 Maret 2020.

Meskipun sebagian besar warga Bali menaati larangan menjelang pelaksaan Nyepi mulai Rabu, namun ada sebagian kecil kelompok masyarakat yang masih melakukan aktivitas umat dalam jumlah lebih dari 20 orang. Beberapa mendapat teguran langsung dari aparat dan menyesali tindakan mereka.

Keberangkatan dan kedatangan di Bandara Internasional Ngurah Rai di Denpasar juga ditutup selama 24 jam pada tanggal 25 Maret 2020 terkait Nyepi. Sebelumnya tingkat kedatangan di bandara ini juga sudah mengalami penurunan drastis akibat virus corona.

“Pada tanggal 21 Maret, kunjungan hanya 1800 per harinya padahal biasanya mencapai 10.000 sampai 11.000 per hari.”

Virus corona telah berdampak parah pada industri pariwisata Indonesia yang sangat bergantung pada Bali, namun masyarakat Bali yang gigih tetap melaksanakan tradisi Nyepi dan memahami larangan-larangan yang diberlakukan pemerintah, sementara sebagian mengatakan Nyepi tahun ini dilakukan bersama warga dunia. [my/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG